Dia adalah Jingga, dan Aku suka.
====================================
Rakka menggenggam kotak makan pemberian Kayla erat-erat. Sorot matanya mematikan. Sepanjang koridor menuju lokernya tidak ada yang berani menyapa Rakka, bahkan meliriknya pun tidak ada yang berani. Mereka semua hanya mencuri-curi pandangan. Takut kalau ditatap malah akan kena bagian.
"Lo masih suka ketemu Randy?" Tangannya masih terus mencengkram lengan Rakka.
Rakka menatap Davin kaget "enggak." Jawabnya kemudian.
Davin lantas mengendurkan cengkramannya, "semalem Randy telpon gue dan ngajak gue balik. Dia bilang kalau lo masih suka dateng kesana. Gue coba buat nggak percaya, karena gue tau mulut-mulut macam Randy bakalan terus ngeluarin bisanya."
Rakka menganggukan kepalanya santai, tapi hatinya tidak karuan. Namun seketika cengkraman Davin kembali mengencang.
"Kalau lo masih berhungungan sama Randy jangan pernah deketin Kayla!" Lalu Davin melepas cengkramannya, dan berjalan meninggalkan Rakka yang mematung mendengar ucapan Davin.
Rakka menonjok dinding disamping lokernya berkali-kali, matanya memerah, ucapan Davin membuat suasana hatinya kacau. Seluruh pasang mata yang melihat Rakka menatapnya dengan tatapan cemas dan penasaran.
"Lo kenapa?"
Disaat seperti ini, hanya Kayla yang berani menghampiri Rakka. Tadi, saat Kayla baru saja duduk di kursinya, Kak Dikta datang menghampiri dengan nafasnya yang tersendat-sendat. Katanya Rakka bikin onar di lorong deket loker kelas XI. Kayla pun langsung berjalan mengikuti Dikta. Dan saat sampai, Kayla melihat Rakka sedang memukuli dinding dan menjadi tontonan siswa lainnya.
Rakka terdiam untuk sesaat, tatapannya masih ke arah dinding. Ia mengatur nafasnya sebelum akhirnya berbalik kesamping menatap Kayla.
Ia menatap Kayla lembut, "Kayla? Ngapain?" Ia paksakan untuk tersenyum.
Kayla tidak menjawab, tatapannya beralih kearah tangan kanan Rakka yang mengeluarkan darah. Kemudian ia menatap Rakka tidak percaya, tangannya yang tadi berada di bahu Rakka kini menjalar naik ke telinga Rakka, ditarik telinga Rakka hingga kepala lelaki itu ikut tertarik. Rakka membulatkan matanya
"Ikut gue ke UKS!" Ucapnya seraya mengambil alih langkah menuju UKS. "Lo kenapa sih? Nyiksa diri? Kalau kesel tuh bilang sama orangnya. Emang lo kaya gini bakalan nyelesain masalah?" Langkahnya terhenti. Ia menatap sekelilingnya, melihat seluruh siswa yang menatap kearah dirinya dan Rakka yang berada dibelakangnya. Ia lalu berkata dengan nada suara tinggi, "Nggak usah liat-liat." Dan Rakka pun memberikan tatapan tajam keseluruh siswa yang berada disitu, tanpa Kayla tau tentunya. Lalu mereka melanjutkan langkahnya.
Tanpa aba-aba mereka serentak langsung mengalihkan pandangan kesegala arah, kemanapun, asal tidak ke dua manusia itu. Tapi tetap saja mereka memperhatikan melalui ekor matanya.
Banyak tatapan iri melihat kejadian ini, tetapi tidak sedikit juga yang menatapanya seperti: iya gue tau lo dapat hak buat bebas ngapain aja sama Rakka tapi tolong itu calon gue jangan dijewer juga kali.
See. Cuma Kayla yang berani melakukan hal-hal seperti itu. Dan mendapatkan izin lisensi dari Rakka. Rakka tidak akan marah, menatap tajam saja tidak pernah ia lakukan ke Kayla. Kayla si siswa kelas X yang saat MOS sudah bikin onar dan malah mendapatakan segalanya, segalanya termasuk Rakka.
"Kayla ini sakit." Ucapnya sambil meringis.
Kayla tidak menghiraukan, ia tetap menjewer telinga Rakka hingga mereka sampai di UKS.
"Duduk situ" ucapnya sambil menujuk kearah brankar. "Mana tangannya? Sini gue obatin." Ucapnya lagi sambil mengambil alkohol, obat merah, dan juga perban.
Rakka mengulurkan tangan kanannya, "begini doang Kay. Nanti juga sembuh sen-"
Kayla langsung menarik lengan Rakka. Tangannya sibuk mengobati luka ditangan Rakka. Rakka pasrah lalu ia memperhatikan wajah Kayla sambil tersenyum, tangan kirinya yang bebas ia ulurkan untuk menyelipkan sebagian rambut Kayla ke belakang telinganya. Kayla tetap fokus.
"Udah." Tatapannya beralih ke wajah Rakka, dengan tatapan sebal. "Besok-besok jangan kaya gitu lagi. Denger nggak?"
Mengangguk. Kemudian Rakka berdiri, tangannya mengacak-acak rambut Kayla. Mereka saling pandang hingga suara deheman mengalihkan pandangan mereka.
Davin berjalan kearah mereka berdua, tatapannya mengarah ke Rakka "Mau terus-terusan lo di UKS?" Tanyanya sarkas. Kemudian menatap Kayla gantian, "dicariin Dean. Katanya buruan. Lo ada ulangan Fisika kan?" Suaranya sangat lembut, berbanding terbalik dengan sebelumnya.
Rakka membulatkan matanya, lalu memasang wajah seperti biasanya lagi. Sedangkan Kayla menepuk jidatnya, panik. Ia lantas mendorong dua lelaki itu keluar dari ruang UKS. Takutnya kalau ditinggal berdua di UKS mereka akan berantem. Mungkin nggak hanya saling adu tinju tapi saling bunuh dengan peralatan medis yang berada diruang UKS.
***
Mungkin bagi seluruh orang ia adalah Kayla, tapi bagi Rakka ia adalah Jingga. Dengan segala keindahannya. Tingkahnya yang periang tanpa mereka tau ia menyembunyikan luka yang begitu dalam. Luka yang sampai saat ini belum bisa Rakka obati. Dia adalah Jingga nya Rakka, Mikaila Jingga Askara.
"Ngelamun aja lo!"
Sebuah tepukan mendarat di bahu Rakka, yang sedari tadi tidak memperhatikan guru biologinya. Rakka hanya menatap jengkel teman sebangkunya itu, lalu ia kembali menatap arah papan tulis.
Dikta mendekatkan tubuhnya kearah Rakka, tangannya masih sibuk mencatat, pandangannya tidak teralihkan dari papan tulis, "lo kapan mau baikan sama Davin? Lo tau kan Davin juga deket sama Kayla, come on Ka. Cobalah buat berdamai."
***
Terimakasih buat antusias kalian baca cerita aku. Ini tulisan pertama ku yang aku publish, biasanya cuma diem aja difolder aku. Aku berdoa dan berharap banyak yang suka. Maaf atas segala kekurangannya yaa.
Mulai minggu depan aku bakalan update setiap hari rabu dan jumat :)
See you next part! ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Dan Senja
Teen FictionDisaat harapan membuat mereka bermimpi indah, tetapi kenyataan seakan menampar mereka. Menyadarkan mereka, bahwa cerita Tuhan tak sejalan dengan rencana mereka. Apakah bisa seorang Mikaila Jingga Askara menyembuhkan lukanya disaat sang pemahat hati...