"Mas ...."
Danik langsung bergerak bangun waktu aku meletakkan kepala di lengannya.
"Aku gak enak badan," lanjutku.
Tangannya yang besar langsung menyentuh dahi dan leherku, membandingkan suhu tubuhnya dengan milikku.
"Mas bisa izinin aku kan hari ini?"
Danik mengusap pipiku pelan. "Kita ke dokter ya?"
Aku menggeleng pelan. "Palingan ntar sore juga udah enakan kok. Kayanya aku cuma kecapean, Mas."
Rasanya tuh akhir-akhir ini emang banyak banget kerjaan kantor. Pergi pagi pulang malem. Sama dengan Mas Danik.
Aku gak mau berharap kalau aku lagi hamil. Udah berapa kali dalam 6 bulan ini aku ngecek, tapi berujung nihil.
Danik meluk tubuhku sambil mengusap-ngusap rambutku lalu dia meletakkan pipinya disana. "Kalau engga dicek, kita ga tau kamu lagi kenapa."
Aku membenamkan wajah di dadanya. "Aku cuma kecapean Mas. Serius."
Yakin banget Danik pengen aku hamil. Selama ini aku ga pernah nunjukin tanda-tanda hamil soalnya. Aku juga ga berani bilang kalau aku sering ngecek dan hasilnya negatif.
Aku takut dia tambah sedih.
"Mas siap-siap gih, berangkat kerja. Ntar aku siapin sarapannya."
"Engga. Ga usah."
"Apanya yang ga usah?"
"Ga usah nyiapin sarapan. Aku buat sendiri aja entar. Kamu istirahat aja ya? Ntar kalo masih ga enak badan, telpon aku biar kita langsung cek."
Aku cuma bisa ngangguk.
"Hana?"
Aku mengerjapkan kelopak mataku pelan sembari membiasakan cahaya masuk ke penglihatanku.
Danik pulang ketika aku masih tertidur. Seharian ini aku habiskan cuma buat tidur dan ga sadar kalau Danik udah pulang.
Danik duduk di tepi ranjang sambil merapikan beberapa helai rambutku.
"Badan kamu makin panas."
Iya sih, makin panas. Dan dia panik banget.
"Kita ke dokter ya?"
Aku masih tetap menggeleng. "Mungkin karena baru bangun kali, Mas."
"Tadi pagi kamu janji kalau masih engga enakan mau ke dokter? Tapi sekarang badan kamu masih panas, sayang. Kita ke dokter ya?" Pintanya sekali lagi.
Aku gak mau. Aku gak mau dengar kalau aku ternyata sakit dan masih belum hamil. Rasanya kok sedih banget ya.
Danik ikut tidur di sebelahku dan mengambil kepalaku untuk disandarkan ke lengannya.
"Kalau ga dicek, kita gak tau kamu sakit apa," ucapnya pelan sembari memainkan rambutku.
"Aku gak mau ke dokter. Aku cuma mau istirahat sama Mas."
"Kamu harus ke dokter, Han. Biar kamu cepat pulih."
Tapi aku gak mau, Mas.
Aku mulai frustasi dengan ajakannya sampai-sampai aku nangis.
"Aku cuma gak mau kamu sakit," lirihnya.
Kalimatnya barusan yang keluar dari bibirnya membuatku berjuta kali merasa bersalah. Seharusnya aku ga boleh egois. Cuma gara-gara satu kenyataan yang harus dihadapi, aku sampe ngebuat Danik makin sedih.
Danik menangis dalam diam, aku bisa mendengar suara isakan yang ditahannya.
Dan berakhirlah dengan dokter pribadi Danik yang datang ke rumah. Karena udah malem juga aku kasian sama Danik yang udah capek.
"Mba Hananya harus istirahat ya. Sama ini ada gejala anemia jadi harus minum tablet ini sama vitaminnya jangan lupa diminum, oke?"
Aku mengangguk.
"Hmm Dok." Suara Danik mampu menghentikan Dokter yang lagi nulis resep.
"Iya kenapa?"
"Istri saya ... ngg ... lagi engga ngisi ya?"
Dokter itu cuma senyum tipis. "Sepertinya tidak ada tanda-tanda kalau Mba Hananya lagi hamil."
Danik senyum canggung terus ngeliat ke arahku. Aku tau ini bakal terjadi jadi aku udah siapin mental. Tapi kenapa ya masih aja sedih dengernya.
"Mba Hananya ga boleh capek kalo mau ngisi. Banyak konsumsi asam folat juga. Saya tambahkan saja ya di resep."
Aku dan Danik cuma bisa senyum tipis sampai mengantar Dokter itu ke pintu rumah.
Danik ngegenggam tanganku dan membawaku ke ruang tv.
Kami cuma diam. Aku masih sedih dengan pernyataan dokter tadi. Mungkin Danik sama sedihnya denganku tapi air wajahnya ia usahakan sedatar mungkin.
Aku merenggangkan sedikit genggamannya tapi dia tampak tak mau melepaskannya.
Aku menatapnya sekejap. Ia balas menatapku.
"Tadi kamu mau istirahat sama Mas kan? Ayo kita istirahat. Mas bakal nemenin kamu terus kok."
Di ujung kalimat dia tersenyum, tapi aku tau kalau sebenarnya dia ingin menangis. Gatau kenapa, ngeliat dia berusaha nutupin ksedihannya bikin hati aku merasa tercambuk.
+Hana IG story

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA VU✔
FanfictionPerjalanan Hana yang mengulang memori dan tentang Daniel yang mengembalikan perasaan. Spin Off dari cerita "Tacendaㅡ[kang daniel]" So please read Tacenda FIRST before read this book!