Perjalanan Hana yang mengulang memori dan tentang Daniel yang mengembalikan perasaan.
Spin Off dari cerita "Tacendaㅡ[kang daniel]"
So please read Tacenda FIRST before read this book!
Waktu gua masuk ke kamar rawat inap Danik, dia lagi duduk nyender ke dinding sambil baca buku.
Gila emang si Danik hobinya baca buku. Gua ngeliat soal ujian aja udah pusing.
Dia naikin kacamatanya. "Lagi istirahat ya?"
Gua ngangguk sambil duduk di sebelahnya. "Udah minum obat?"
"Udah. Liat kamu aja yang belom."
Tae. Hobinya ngeju mulu sampe eneg gwa.
"Oh ya mas." Gua nunjukin satu tas belanjaan ke Danik. "Aku baru gajian, keinget Mas, jadi aku beliin kaos hehe. Walopun bukan merek mahal, tapi dipake ya?"
Danik senyum. "Pastilah. Kamu udah makan?"
Gua ngangguk terus nempelin kepala ke bahunya.
"Makan siang sama Chanyeol?"
Gua tabok bahunya. "Dihh engga kok. Aku makan sama Sejeong. Sejeong titip salam katanya semoga cepet sembuh."
Danik nutup bukunya terus ngelus rambut gua. "Kirain kamu masih main sama Chanyeol."
"Haduuu udah deh ga usah bahas Chanyeol lagi."
Dia terkekeh. Lalu tangannya diatur ke punggung gua, narik gua ke dalam pelukannya. Gak lupa dia mendaratkan bibirnya di puncak kepala gua.
Gua membenamkan wajah di dadanya.
"Mas kok ga pernah bilang sih punya dua pekerjaan sama aku?"
"Kamu engga pernah nanya."
Iya sih. Danik jarang banget cerita masalah pribadinya sama gua. "Tapi kan mas bisa cerita. Kalo stres sendiri jangan dipendam. Kali aja aku bisa bantu."
"Saya mau gombalin tapi takut kamu eneg lagi jadi ga usah deh ya."
"Hahaha apaan sih." Tangan gua ngedusel bahu Daniel. Tolong ini gua PW banget sampe ngantuk.
Gua negakin kepala sampe tatapan kami bertemu. "Mas emangnya aku lama banget ya kalo kerja?"
Dia natap gua sambil ngerutin dahinya. "Kenapa? Sebenernya sih iya. Kamu emang lama kalo kerja. Tapi itu kan sesuai dengan kapasitas kerja kita. Percuma cepet tapi ceroboh."
"Mas, aku sedih waktu tau masuk jalur relasi. Ada yang ngomongin aku dibelakang."
"Hah siapa?"
"Aku ga sengaja denger waktu di toilet."
"Hana, dengar ya. Waktu itu ada tiga orang dengan poin wawancara yang sama, termasuk kamu. Jadi mau tidak mau kita putuskan pakai jalur relasi."
Oke udah seharusnya gua ga suuzon sama Danik.
"Harusnya kamu patahkan rumor mereka. Kamu buktikan kalau jalur relasi gak patut dipandang sebelah mata. Kamu harus nunjukkin profesionalnya kamu. Bukannya malah marah sama diri sendiri dan ngebuat situasi seakan-akan mereka benar."
Sialnya Danik bener.
Gua meluk Danik erat.
"Sebenarnya kamu bisa tanpa saya, Han. Itu yang membuat saya takut. Takut kalau kamu ga butuh saya lagi, terus pergi dari hidup saya." Katanya sambil ngelus rambut gua.
"Mas ngomong apa sih."
"Saya cuma mau ngeliat kamu membutuhkan saya."
Danik meluk gua dan ngeletakin pipinya di kepala gua. Kita diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing.
"Mas, aku pengen gini terus."
Dia terdiam sebentar, "Maksudnya?"
"Ngeliat mas, meluk mas, deket terus sama mas, dengerin omelan mas setiap saat."
Danik terdiam.
Oke, emangnya gua kecepetan ya kalo ngode minta dinikahin sama dia?
Danik masih terdiam dan itu ngebuat gua juga ikutan diam.
"Han kamu ga balik ke kantor?"
EH SIAL GUA LUPA SAKING ENAKNYA NDUSEL SAMA DANIK.
Gua buru-buru nyisir rambut dan make sepatu.
"Mas kenapa baru ngingetin sih?"
"Ya saya kira kamu ga balik lagi ke kantor????"
"Hadeh. Ya udah aku balik dulu ya ke kantor. Ntar sore aku kesini lagi. Dah Maaas."
Gua ngecup dahi Danik. Dia senyum gemes sambil nyubit dagu gua.
Hnggg sayang banget akutu sama dia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WOI INI JASTIN KENAPA JADI MIRIP DANIK BANGET WOI?????????? MARAH NIH MARAH