♡40

1.3K 211 98
                                        

Bismillahirrahmaanirrahiim...
















5 tahun kemudian ...


"Abah, kita mau kemana?"


Daniel mendorong pintu kayu yang ada di depannya. Pemandangan buket bunga yang cantik menyeruak mata mereka berdua.


Ohya, yang tadi itu Kang Danna. Ya siapa lagi kalo bukan jagoan Daniel dan Hana? Danna udah besar, udah 5 tahun. Udah bisa ngedipin cewe cantik yang lewat. Ajarannya Jihun nih emang kurang ajar.


"Mau beli bunga bentar. Danna mau bunga yang mana?"


Danna langsung menggaruk rambutnya. "Bunga untuk siapa, Bah?"


Daniel tersenyum tipis, "Buat Mbah Putri sama Mama."


Dengan sigap Danna langsung nunjuk satu bunga dengan kelopak yang engga terlalu besar dan berwarna merah muda. Persis bunga yang mereka beli 6 tahun yang lalu ketika Daniel menyambangi makam ibunya bersama Hana untuk yang pertama kalinya.


Danna memang secara fisik sangat mirip dengan Daniel, bahkan senyum lebarnya juga sama persis, dan jangan lupa tahi lalat di bawah matanya juga dihibahkan ke anak semata wayangnya itu. Tapi sifat dan segala sesuatu yang ada di dalam diri Danna sangat mirip dengan Hana.


Daniel memeluk erat anaknya itu.


"Mama ga suka ya sama bunga itu?"


"Suka kok. Malahan Mama keliatan cantik banget kalo ada bunga ini."


Danna tersenyum. "Danna seneng deh kalo Mama megang bunga ini!"


Daniel menyubit hidung Danna pelan lalu membayar buket bunga yang telah dipilih.


Setelah mereka keluar dari toko bunga kecil itu, langkah kaki mereka terhenti di bangunan atas bukit. Daniel masih ingat jelas alamat terakhir yang akan ia kunjungi itu dan Danna mengikutinya di samping sambil menggenggam tangan Daniel. Danna juga sudah hapal kotak kaca itu dan melihat Daniel meletakkan bunga yang mereka beli barusan.


"Ayo berdoa." Bisik Daniel.


Mereka berdua tenggelam dalam suasana hening sambil memanjatkan doa-doa penenang jiwa. Setelah itu Daniel merapikan beberapa foto di dalam kotak itu sambil tersenyum.


"Abah jangan nangis."


Daniel menatap anaknya sambil tertawa kecil. "Abah gak nangis kok!"


"Iya, tapi bentar lagi pasti nangis."


Daniel merapatkan lututnya pada bumi sambil membenarkan rambut Danna yang tertiup angin pelan. Ia memeluknya.


"Setiap kita kesini pasti Abah nangis."


Daniel mengelap air matanya pelan agar engga ketahuan sama Danna.


"Tuh kan Abah nangis lagi."


"Engga kok. Abah cuma kangen sama Mama Abah."


Danna menatap Daniel tak percaya. "Danna juga kangen sama Mama tapi Danna engga nangis tuh."


Daniel tertawa pelan melihat anaknya tumbuh lebih hebat darinya. Ia bertanya-tanya bagaimana karakter Danna nanti ketika sudah dewasa.


Danna menghapus sisa air mata Daniel di pipinya. "Abah jangan nangis ya? Masa kalah sama Danna?"


DEJA VU✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang