♡36

1.2K 213 51
                                        

Halo maaf kalo aku ga update update nihㅠㅠ













Ga tau kenapa hari ini aku pengen aja masak buat bekal Mas Danik. Jadi dengan segala niat dan sedikit bumbu surprise, siang ini aku nganterin bekal ke ruangan Danik.


Kantor seperti biasa dan agak kaget ngeliat aku dateng bawa bekal hehehe. Tapi aku ga ngeliat Sejeong di kantor. Mungkin dia lagi makan siang sama Jaehwan?


Aku nyiapin diri di depan pintu ruangan Danik. Ya minimal aku harus keliatan ngagetin deh ya biar dia agak kaget hehehe.


Tapi bukan jantung Danik yang kaget, melainkan jantungku. Di depanku Danik lagi nyium perempuan yang sama sekali aku ga kenal.



Dia bener-bener nyium kaya yang dia biasa lakuin dengan aku, dengan perempuan itu yang duduk di pangkuannya. Bahkan saking fokusnya, dia ga sadar aku udah berdiri diam selama dua menit.



"Mas?" Akhirnya aku coba mengeluarkan energi yang barusan ilang entah kemana.



Mereka berhenti.


Danik tampak agak gelagapan setelah melihat aku mendekati mereka. Perempuan itu ngancingin kemejanya yang udah setengah terbuka.


Gila. Ini gila!


Aku ga bisa ngapa-ngapain selain nutup mulut dan nangis. Perempuan itu hendak pergi tapi tangannya ditarik sama Danik.


"MAS!"



Danik ngeliat tajam kearahku. "Kamu membentak saya?"



"Mas siapa perempuan ini?"



Danik merengkuh perempuan itu ke pelukannya. "Dia akan memberikan saya sesuatu yang gak bisa kamu berikan ke saya."



Aku gak percaya dia ngomong kaya gitu. Aku nyoba tahan semua perasaan sakit ini sampe bibir aku ngilu karena aku gigitin. Ternyata sesakit ini ya ngeliat pasangan sendiri main di belakang? Dunia serasa runtuh. Pikiran jadi memilih jalan lintas. Dada serasa dihujam beribu baja.


Dadaku sesak. Lebih sesak daripada sebelumnya. Ini terlalu sesak, sampai kepala ini berputar dan tubuhku limbung. Mataku tertutup rapat dan terisak.


"Sayang?"


Sontak aku terperanjat.


Di hadapanku, Danik sedang mengelap keringatku dengan wajah panik. Panik sekali sampai wajahnya sedikit memucat.


Ternyata hanya mimpi.


Tapi tetap saja sesaknya masih ada sampai sekarang. Dan aku kesal sekali melihat wajahnya yang terlalu dekat denganku. Muak sekali sampai secara tidak sadar aku menamparnya.


Memang cuma mimpi, tapi bayangannya serasa nyata. Aku gak kuat ngeliat hal itu kalau benar-benar terjadi. Jangan sampai terjadi juga sih.


"Kamu mimpi apa?"


Bahkan untuk mendengar suaranya aja aku udah muak. Kuedarkan wajah ke ujung kamar, mendapati jarum jam masih di dua pertiga malam.


"Malam ini aku gak mau tidur sama Mas. Aku mau tidur di luar aja." Tanganku langsung mengambil bantal dan keluar kamar.


"Hana, kamu kenapa?"


Aku gak jawab dan langsung memosisikan diri di sofa ruang tengah.


DEJA VU✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang