Jaenuary sampai di rumahnya dengan perasaan yang tidak baik. Ia sedang marah. Tetapi, ia sendiri tidak tahu alasan di balik kemarahannya. Apakah tertuju pada Snow? Ataukah pada Mark Chello?
Ia melewati kamar Jaevano yang terbuka dan lekas masuk ke kamarnya dengan menutup pintu itu keras-keras. Membuat Jaevano yang sibuk dengan permainan komputer ikut terkejut karenanya. "Ary! Kenapa lagi anak itu?"
Jaenuary merebahkan diri di atas ranjang. Menatap langit-langit kamar. Raganya ada di sini tetapi pikirannya jauh melayang. Pintu yang semula tertutup itu kembali terbuka. Ada sosok Jaevano di sana. "Kamu kenapa, Ary?"
Jaenuary bergeming.
"Apa kamu kesal karena ada gadis yang mengajakmu berkencan?"
Ia tetap diam, tak menjawab ucapan kembarannya.
"Mungkin, ada anak laki-laki yang ingin mengajakmu untuk berkencan sekarang?" Jaevano terkekeh. "Kali saja kamu sudah bosan dengan gadis-gadis itu."
Si pemilik kamar masih diam sembari memikirkan kembali rentetan kejadian tak terduga ini. Ia makan malam dengan keluarga besar, datang ke kafe milik temannya, bertemu gadis menyebalkan yang tahu namanya, dan datang ke panti hanya untuk menemukan Snow tengah memeluk pacarnya—Mark Chello—dengan erat. Ya, Jaenuary mengira bahwa Mark adalah kekasih Snow.
"Ini apa Ary?" Suara berat Jaevano kembali mengganggunya. Namun, ketika buku Narnia itu hampir berpindah tangan, Jaenuary lekas bangkit dan merampasnya.
"Urus urusanmu sendiri, Jaeno!"
***
Pintu depan panti itu diketuk pagi-pagi sekali. Pukul setengah lima. Bu Dewi dengan wajah merah dan bengkak ketika bangun tidur melihat anak laki-laki asing membawa bungkusan dan berkata ingin bertemu dengan Snow. Maka, Bu Dewi sendiri yang datang ke kamar gadis itu dan membangunkannya dengan kasar. Snow mengenakan sweater cokelat susu dengan celana pendek di atas lutut berwarna hitam. Segera setelah mendengar ada anak laki-laki asing, Snow terperanjat dan lekas berlari menemuinya.
"Kak Janu?!" napasnya terengah.
Jaenuary memberinya bungkusan berisi buku Narnia itu dengan wajah datar.
"Kita belajar pukul tiga sore. Aku tunggu di gazebo seperti biasa."
Snow tertarik bada bungkusan itu tetapi pernyataan Jaenuary membuatnya merasa tidak enak hati. "Kak Janu... Maaf tapi hari ini aku ada urusan. Aku harus pergi dengan..."
"Sampai nanti pukul tiga, Salju."
***
Pemakaman paling utama di kota mereka terletak di atas bukit. Maka siang itu, sepulangnya dari sekolah, Snow sudah dijemput oleh Mark dan mereka menaiki bis kota untuk waktu yang sangat lama. Satu jam perjalanan akhirnya terbayarkan kala mereka sampai di puncak. Dikelilingi hutan pinus, keduanya berjalan beriringan sambil bergandengan tangan. Snow membawa bunga putih di dekapannya untuk diberikan pada kedua orang tua Mark.
Jalan menanjak itu membawa mereka ke suatu pemakaman paling besar di Kota Pandawa. Mark membawa Snow mendekati salah satu pohon yang menjulang tinggi ke angkasa. Di pohon itu, ada lilitan kain putih dan papan nama yang bertuliskan: Mr. Chello & Mrs. Chello. Kedua orang tua Mark yang telah tiada. Bagaimana Mark mengenal Snow? Mereka dulu tinggal di panti yang sama. Namun, nasib baik dialami Mark. Pamannya dari kota lain datang untuk membawanya pulang dan merawatnya seperti anak kandung mereka sendiri. Mark meninggalkan Snow. Maka, ketika pemilik panti berpindah tangan pada Bu Dewi, beliau tidak mengetahui siapa itu Mark Chello dan kenapa ia begitu dekat dengan Snow Kimmy.
"Mark, are you okay?"
Laki-laki itu menghapus jejak air matanya. Ia kemudian mengangguk.
Snow lalu melanjutkan sesi berdoa untuk kedua orang tua Mark. Ia memejamkan mata, mengucapkan banyak doa yang semoga saja akan sampai pada yang di atas sana. Setelah itu, Snow mengambil bunga yang ia bawa dan mengikatkannya di dekat papan nama itu. Mengganti bunga yang telah layu sebelumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jaenuary | Jaemin X Winter
Fanfiction[THE DREAM SERIES 1 - COMPLETED] Jaenuary Lentino bertemu dengan Snow Kimmy, gadis cantik yang penuh dengan kemurungan. Keduanya terpaksa dipertemukan dalam suatu kejadian yang dapat mengubah jalan hidup mereka. Apa yang akan terjadi selanjutnya? . ...