20

760 54 17
                                        

Jaenuary tengah duduk di salah satu kursi menunggu keberangkatannya. Ia di antar oleh Mama, Papa, dan sepupunya. Setelah perjalanan panjang dengan kereta menuju Bandara Pandawa. Wajah Snow terus hadir dalam bayang-bayang hingga mimpinya.

Tapi mau bagaimana pun juga, keputusannya sudah bulat. Ia ada di sini sekarang. Hanya menghitung jam sebelum akhirnya raganya akan ada di dalam pesawat yang terbang menuju benua lain. Eropa. Meninggalkan Pandawa.

"Aku tidak akan bisa bertemu denganmu untuk waktu yang lama, Snow."

***

Giselle Isaiah menemui Mark Chello dan mengatakan semua informasi yang baru didengarnya dari Jaenuary. Begitupun Mark juga mengatakan informasi yang sama seperti yang didengarnya dari Helios. Keduanya begitu panik, dan semakin terkejut ketika Bibi Maryam mengubungi dan mengatakan bahwa Snow pingsan dan tengah dirawat di klinik.

Mereka menjaga Snow dan menunggu hingga gadis itu siuman. "Snow?" Isaiah mendekat ketika kelopak mata Snow mulai terbuka.

"Isaiah? Mark?"

Setelah Snow cukup kuat, mereka mengatakan hal yang mereka ketahui dan Snow merasa harus segera menemui Jaenuary. Keputusan itu didukung oleh Mark yang segera menghubungi kenalannya untuk memberikannya tiga tiket kereta.

"Ayo, cepat, Isaiah!"

Mereka bertiga menghentikan taksi dan segera membelah jalanan Kota Pandawa. Sesampainya di stasiun, mereka berlari seakan tak ada hari esok. Mark dan Isaiah terus menenangkan Snow yang takut jika mereka terlambat datang ke bandara.

"Bagaimana jika Kak Janu sudah terbang dan aku benar-benar tak bisa menemuinya?"

Mark menjawab, "Kamu pasti menemuinya, Snow."

"Kita akan sampai satu jam lagi, Snow, Helios mengatakan bahwa jadwal keberangkatan Ary adalah pukul sepuluh. Kita masih punya waktu tiga puluh menit."

Satu jam di kereta terasa seperti satu abad. Snow sama sekali tidak bisa tenang. Ketika ia mendengar bahwa Jaenuary sebenarnya mencintainya dan ia hanya salah paham akan hubungan Snow dengan Mark, gadis itu tak bisa tidak panik. Jaenuary harus mengetahui kebenarannya dan ia harus meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

Kereta sampai di pusat Kota Pandawa, ketiganya segera turun dan mencari taksi.

"Pak, tolong menyetir segera ke bandara."

Taksi itu bergerak secepat kilat. Pukul 09.45, mereka sampai di bandara dan Snow segera berlari ke gerbang keberangkatan. Tak terasa, air matanya jatuh, ia tak akan membuat kesalahan yang sama. Jaenuary harus mendengar isi hatinya sebelum anak laki-laki itu pergi. Penjaga bandara menghentikan Snow yang menerobos masuk.

Pukul 09.50.

"Maaf Nona, Anda harus keluar, jalur ini khusus untuk penumpang Airlines-1308."

"Ijinkan aku menemuinya atau aku hancurkan bandara ini!"

***

Jaenuary tidak mendengarkan ucapan petugas bandara. Ia meninggalkan bawaannya dan berlari secepat kilat ke gerbang keberangkatan. Ia menemukan gadis itu. Tengah menangis putus asa. Di hadang oleh seorang petugas.

"Awas! Saya akan menemui gadis itu dengan atau tanpa ijinmu!"

"Kak Janu!"

"Snow!" Jaenuary membawa gadis itu dalam pelukannya yang sangat erat. Snow tak lagi bisa menahan tangisnya dan mereka berpelukan.

Jaenuary membawa wajah polos Snow yang terlihat lelah dengan kedua tangannya, mendekati wajahnya sendiri dan ia mencium gadis itu. Snow tak menolak, ia membalasnya juga. Lama. Tak ada di antara keduanya yang saling berbicara. Semua kalimat itu diganti dengan sebuah ciuman hangat yang singkat.

Jaenuary | Jaemin X WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang