8

753 98 20
                                    

"Isaiah, apakah kamu sudah menulis rangkuman cerita Narnia?" Savika bertanya pada kawan barunya. Kantin siang itu begitu ramai. Mereka dapat melihat siswa dan siswi saling berlalu lalang membeli makanan.

Gadis itu mengangguk. "Aku sudah mengerjakannya beberapa hari yang lalu. Tapi belum selesai. Kenapa? Apakah kamu kesulitan?"

Savika mengangguk. "Sedikit. Kamu mau membantuku?"

"Boleh. Nanti kita kerjakan di Kafe Horangi saja. Kopi di sana enak!"

"Baiklah. Aku harus pergi untuk rapat organisasi. Sampai bertemu di kelas."

Sepeninggal Savika, Isaiah dapat melihat Snow Kimmy di meja tengah yang kini tertidur dengan buku catatan terbuka. Ada dua lembar rangkuman buku Narnia di sana. Namun, ada dua teman laki-laki mereka yang berbuat licik dengan mengambil foto pekerjaan milik Snow. Tanpa diduga, Isaiah mendekati mereka dan merampas ponsel salah satunya. Menghapus beberapa foto tanpa ijin. Suara pekikan itu membuat Snow terjaga dari tidurnya.

"Oh, apakah seperti ini cara siswa SMA Pandawa berprestasi? Dengan mencuri pekerjaan milik temannya sendiri? Iya?!" Amarah Isaiah ternyata menyeramkan. Dua anak laki-laki itu diam tak berkutik. Meski kejadian ini mengundang banyak perhatian orang, Snow tetap tidak terlalu peduli dengan omongan orang lain. Maka, ketika suasana kembali tenang seperti semula dan Isaiah duduk di hadapannya, Snow tidak mengusir teman sekelasnya itu.

Sebagai gantinya, Snow tersenyum padanya. "Terimakasih."

"Apa kau sudah mau berteman denganku?"

Bola mata Snow memutar, "Dasar menyebalkan!"

Isaiah tertawa. "Tidak, aku bercanda. Kau tetap tidak mau berteman denganku, tak apa. Omong-omong, apakah kakak laki-lakimu berkuliah di Universitas Pandawa?"

Snow melirik dan menatap lekat mata Isaiah. Dia tahu? Ah, pasti kejadian di halte itu.

"Aku hanya merasa pernah melihat wajahnya di suatu tempat. Beberapa hari yang lalu? Atau kemarin? Aku tidak terlalu mengingatnya."

"Kenapa memangnya?" Kini Snow yang bertanya dengan tidak sabar.

"Namanya Ary?"

"Bukan."

***

Gazebo di belakang gedung fakultas masih ditempati mereka pada pukul empat. Snow membaca buku Narnia keenam milik Jaenuary yang menceritakan tentang sebuah kursi perak misterius.

"Baik, Snow, apa cerita di buku keenam?" Jaenuary menatap Snow dengan pandangan lembut.

"Ratu ini begitu mencurigakan. Kenapa tiba-tiba mereka muncul di hadapan Eustace? Aku rasa, pangeran yang hilang adalah orang di samping ratu itu."

Jaenuary mengangguk-angguk. "Lihat, kamu tidak memiliki kesulitan dalam membaca dan memahami makna dalam novel ini. Kenapa kamu masih butuh bantuanku, Snow?"

Gadis itu juga tidak tahu. Dia memang benci membaca. Apalagi harus menggali makna tersembunyi dalam sebuah buku, rasanya ia tidak sanggup. Tapi, ketika berada di dekat anak laki-laki itu, semangatnya bertambah. Snow jadi semakin rajin. Dan ajaibnya, mungkin kini ia suka membaca. "Aku tidak tahu, Kak. Berada di dekat kamu yang membuat aku bersemangat. Mungkin aku butuh motivasi."

"Dariku? Kita baru kenal."

"Pertama bertemu kamu sudah menarik perhatianku."

Aku?

"Buku-buku sastramu. Ketika melihatnya di lantai bis tempo hari, aku langsung tahu, wah anak laki-laki itu pasti pintar dan dia berkuliah mempelajari tentang bahasa. Pasti dia bisa membantuku. Jadi aku mendekatimu dan ya, kita di sini sekarang." Snow melanjutkan kalimatnya.

Jaenuary | Jaemin X WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang