"Mama?"
"Ary? Ada apa, sayang? Apa yang kamu butuhkan?"
Anak laki-laki itu membuka lebar pintu kamar Mamanya. Ia menutupnya kembali dan berjalan mendekati Mama yang tengah merajut pakaian dari kursi santainya. Ia mengecup kening Mama sekilas.
Mama tersenyum menyambutnya. "Kamu tidak kuliah hari ini?"
Putranya terkekeh, "Ma, sekarang sudah libur semester."
"Oh ya, astaga, Mama lupa. Sudah semakin tua saja."
"Hush, Mama masih muda, masih sangat cantik. Mama sedang membuat apa?"
Netranya tertuju pada benda yang berusaha dibuat oleh Mama. "Ini syal spesial buatan Mama untuk kakak kamu. Di luar negeri pasti dingin sekali ketika salju turun. Mama takut kakak membeku dan tidak bisa pulang ke rumah lagi menemui Mama."
Jaenuary tertawa, mengingat wajah tampan kakaknya. "Ma, Kakak punya selusin pakaian hangat. Aku juga mau dibuatkan syal oleh Mama."
"Kalian ini memang suka sekali bertengkar ya, padahal saudara. Apalagi kamu dengan Jaevano. Astaga, kalau Mama tiada, siapa yang akan melerai kalian ya? Papa mungkin akan bergabung menjadi wasit dan bukannya meminta kalian berhenti bertengkar," kata Mama menjawab dengan humor. "Ary juga mau dibuatkan?"
Jaenuary mengangguk. "Mungkin Jaevano mau juga."
"Tentu, barang apapun yang kamu punya Jaevano juga punya."
"Dia suka meniruku."
"Mulai lagi saling mengejeknya?" Goda Mama. "Memangnya kamu mau pergi ke mana, Ary? Sampai ingin dibuatkan syal seperti kakak kamu?"
Pertanyaan Mama menjadi jawaban atas kedatangan Jaenuary malam itu ke kamar Mama. Ia lalu membuka resleting jaketnya, dan mengeluarkan sebuah amplop cokelat dengan logo Universitas Pandawa tercetak terang dan jelas di sana. "Mama dan Papa baca dulu ya. Jangan terburu-buru mengambil keputusan. Masih ada satu minggu lagi."
"Surat apa ini, Ary?"
***
Snow dan seluruh siswa SMA Pandawa sudah melaksanakan ujian akhir dengan sangat baik. Kepala Sekolah mengumumkan bahwa seratus persen, mereka semua yang kini berada di kelas tiga akan lulus. Hanya tinggal menghitung hari sebelum prosesi wisuda akan dilaksanakan. Giselle Isaiah juga telah pindah ke rumah Bibinya. Ia dan Snow kini menjadi teman baik. Snow sering mengajak Isaiah untuk bersantai di kafe milik Mark Chello.
Seperti apa yang diimpikan oleh Isaiah, gadis itu telah mengikuti tes tulis untuk masuk ke sekolah keperawatan. Begitu pun Snow. Ia menyadari bahwa merawat orang lain sangat menyenangkan dan memuaskan batin. Beberapa waktu yang lalu, Bu Dewi memberikan surat penerimaannya pada Snow dan mereka sangat berbahagia untuknya.
"Selamat atas diterima di sekolah keperawatan, Snow." Itu suara Mark. Mereka tengah berjalan di trotoar, setelah Snow selesai bekerja di klinik.
Gadis itu tersenyum. "Semua ini juga berkat dirimu, Mark."
"Snow, maafkan aku ya? Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu padamu."
Snow mengambil tangan kiri Mark dan menggenggamnya. "Mark, ayolah. Kamu adalah sahabatku. Aku tidak mungkin marah terlalu lama padamu. Lagi pula, memiliki perasaan itu tidak salah. Setiap orang berhak memilih siapa yang ingin mereka cintai."
Dengan senang hati, Mark juga menggenggam tangan kanan Snow. "Terimakasih. Kamu ternyata sudah dewasa, Snow. Di mataku, kamu hanyalah anak kecil yang suka sekali berteriak jika tidak diberikan mainan."
Keduanya lalu tertawa.
"Snow, boleh aku bertanya?"
"Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaenuary | Jaemin X Winter
Fanfic[THE DREAM SERIES 1 - COMPLETED] Jaenuary Lentino bertemu dengan Snow Kimmy, gadis cantik yang penuh dengan kemurungan. Keduanya terpaksa dipertemukan dalam suatu kejadian yang dapat mengubah jalan hidup mereka. Apa yang akan terjadi selanjutnya? . ...