[6] Deja Vu

107 5 0
                                    

Daun daun yg tertiup angin itu membuat mereka terbang kesana kemari. Aku yg sedang duduk membaca buku diatas rumput dekat danau di senja ini pun sudah tak terlalu fokus dengan bacaanku karena angin yg meniup lembaran demi lembaran buku ku. Ku tutup buku itu setelah memberinya pembatas halaman. Memandangi langit senja di danau ini seorang diri sebelum pria berambut hitam itu ikut duduk di sampingku.

"Angin nya terlalu ribut ,kenapa kau masih disini?" Pria itu membuka percakapan denganku.

"Tidak ,angin ini tidak ribut. Ini hanya angin rindu. Angin yg akan menyampaikan rinduku padanya" aku menjawab tanpa menoleh padanya.

"Kau masih memikirkannya Alexa ?" Aku menoleh padanya sebelum akhirnya aku menjawab.

"Tidak ,sudah ku bilang aku tidak memikirkanya. Aku hanya rindu padanya. Itu saja" lagi-lagi dia memulai percakapan yg tak ingin aku ingat. Aku bangkit dari duduk ku setelah memasukkan buku itu kedalam tas. Namun saat aku akan melangkah ,dia menahan pergelangan tanganku.

"Berhenti bersikap kekanakan seperti ini Agatha Alexandra Arfian. Itu sudah terjadi satu tahun yg lalu. Dan kau masih seperti ini ? Apa disana dia akan senang melihatmu yg terus menerus menyendiri seperti ini ?" Baru kali ini dia menyebutkan nama lengkapku. Aku menarik nafas lalu membuangnya perlahan setelah menghapus air mata yg entah sejak kapan menetes di pipiku.

"Sudahlah Jose ,aku tidak ingin mengingatnya lagi. Izinkan aku pergi" setelah mendengar ucapanku barusan ,dia melepaskan tangannya dari pergelanganku lalu pergi dari hadapannya.

"Maafkan aku Alexa ,ini semua aku lakukan hanya untukmu. Aku mencintaimu Alexandra"

"Alexa!" Pekik seseorang yg menyadarkanku dari lamunan yg entah sejak kapan aku mulai kembali mengingatnya.

"Berhenti berteriak seperti itu Alura" aku mencebikkan bibirku dan menatapnya ,kesal.

"Abisnya elo ngelamun mulu ihh" oke ,ini memang salahku yg lagi-lagi melamun. Tapi itu bukan salahku. Salahkan saja otakku yg terus menerus memikirkan hal yg tak harus aku pikirkan.

"Ya maaf Ra" hanya itu yang bisa aku ucapkan.

Ohya aku lupa ,saat ini aku dan Alura sedang berada di taman belakang rumahku. Aku yang mengajakku untuk berkunjung kesini setelah dia mengantarku pulang dengan mobil miliknya. Masih ingat kan kalau aku tadi ke kampus diantar ayah ? Saat aku sedang menelepon ayah ,dia tidak bisa menjemputku karena harus berkunjung ke rumah kakek bersama bunda. Kak Ale ? Dia sedang nongkrong cantik bersama kedua temannya di  caffe yang tak jauh dari area kampus. Dan akhirnya Alura menawarkan ku untuk pulang bersamanya.

"Lo mau cerita apaan sih semalem di telpon ? Emang gue nyelametin apaan" tanya Alura  memulai percakapan. Duduk bersamaan di sebuah ayunan besi yg waktu dulu sering sekali aku mainkan.

"Semalem orangtua nya kak Alex dateng kesini"

"Ya terus kenapa ?" Alura menggigit sebuah kue kering yg sudah disiapkan bi inah di atas meja samping ayunan tempat kami duduk.

"Orangtua gue sama orangtua nya kak Alex itu sahabatan dari kecil ,dan kata bunda masih ada satu keluarga lagi yg harusnya hadir. Tapi karena mereka lagi ada urusan mendadak yg gak bisa ditunda ,mereka gak bisa dateng. Semalem waktu lo nelpon itu lo nyelametin gue yang ditatap diam-diam sama dia. Gue risih banget diliatin kaya semalem" aku berhenti bercerita sejenak untuk melihat reaksi Alura yg tiba-tiba mengerutkan keningnya.

"Wait ,semalem harusnya keluarga gue meet up sama sahabatnya. Tapi ya waktu kita mau siap-siap ,Oma gue masuk rumah sakit karena sakitnya kumat. Apa jangan jangan..."

AlexandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang