You're so ...

1.3K 61 28
                                    

Boboiboy © Animonsta Studio

Warning : No Super Power, Oneshoot, ThornYaya, OOC, TYPO.

Genre : Humor
.
.
.
.
.

Happy reading,

"Yaya, udah ada tanda-tanda belum?" Thorn tiba-tiba datang ke dapur dan menanyakan hal yang tidak Yaya mengerti.

"Tanda apa?" Tidak kunjung menemukan titik terang, akhirnya Yaya bertanya.

"Kamu udah hamil?" tanya Thorn untuk yang ke sekian kalinya selama dua bulan ini.

"Oh," gumam Yaya. "Belum, Thorn," lanjutnya sabar.

"Tapi, kita udah hampir tiga bulan," sanggah Thorn. "Apa perlu kita ke rumah sakit buat periksa?"

Yaya yang tengah serius memotong wortel menghentikan kegiatannya hanya untuk menatap Thorn.

"Nggak perlu. Kita sehat 'kok. Mungkin belum waktunya. Sabar, ya," tolak Yaya. Perempuan itu mengusap pelan lengan Thorn yang tertutup kemeja hijaunya.

"Tapi, kita harus nunggu sampai kapan?" Thorn bertanya dengan raut sedih.

"Kamu sabar, ya. Banyak-banyak belajar juga biar tau penyebabnya," kata Yaya menenangkan.

"Hmm, oke..." gumam Thorn pelan. Wajahnya menunduk.

"Ayolah, jangan sedih. Kamu pasti bisa." Yaya tersenyum lembut. "Kita pasti bisa, Thorn," tekannya.

Thorn mengangguk lemas. Senyum kecil terbit di bibir tipisnya meski masih terlihat sedih.

Yaya mendesah kecil melihatnya. Entah bagaimana cara menjelaskannya kepada Thorn. Pemuda yang kini berstatus menjadi suaminya itu masih saja seperti anak-anak. Pemikirannya terlalu polos untuk umurnya yang sekarang.

Tapi, Yaya tidak habis pikir jika Thorn, Si Polos ini bisa menjadi seorang direktur di perusahaan yang ia bangun sendiri. Yaya akui, untuk pekerjaan, sikapnya cukup dewasa, dengan pikiran kritis khas anak-anaknya juga mampu memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi.

Thorn bukan orang yang mudah menyerah untuk urusan pekerjaan. Tapi, kali ini pemuda itu tampak putus asa. Ia juga pernah bercerita kepadanya bahwa ia merasa gagal sebagai suami karena tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarganya.

Membangun rumah tangga bersama seorang yang bersifat kekanakkan tidak seburuk yang ia kira. Yaya malah merasa jauh lebih tenang karena Thorn selalu bercerita dengan detail setiap harinya. Jadi, kecil kemungkinan mereka mengalami perselisihan.

Tangan Yaya terulur menangkup wajah sedih Thorn, menariknya, lalu menciumnya sekilas.

Thorn mengerjap. Mata hijaunya yang bening menatap Yaya bingung.

"Jangan sedih-sedih gitu. Nanti aku ikut sedih," ujar Yaya mencoba menghangatkan suasana.

Perlahan, senyum Thorn melebar. "Aku nggak sedih, dan nggak bakal bikin kamu sedih," tukasnya.

Yaya tersenyum hangat mendengarnya. Ini juga merupakan salah satu keuntungan untuknya. Sikap kekanakkan itu mudah ditangani saat sedih. Hanya perlu sedikit pancingan manis, mood-nya langsung akan membaik.

"Sarapan duluan sana, atau mau nungguin supnya?" tawar Yaya.

"Nungguin sup." Thorn menjawab dengan semangat. "Aku bantu apa sekarang?" tawarnya ceria. Binar matanya selalu berhasil membuat hati Yaya menghangat. Meskipun daripada suami, Thorn lebih cocok menjadi adiknya.

Kumpulan Cerpen BoboiboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang