Boboiboy © Animonsta Studio
Warning: AU, Supernatural
.
.
Happy reading
.
Dua pasang mata menatap jauh ke depan. Hening di antara keduanya begitu dingin dan hampa. Meski wajah itu tampak bersinar, iris biru menyala yang terbingkai kacamata bulat itu tidak. Hanya ada kesedihan dan sepi yang pekat di dalamnya.
Lain hal dengan sepasang mata lain di sana.
"Fang, bintangnya banyak."
"...."
"Dulu, kamu suka warnain kanvas pake cat biru yang dicampur kuning, ungu, sama hitam. Terus, kamu ciprat-ciprat cat putih. Kata kamu, itu gambar langit malam yang banyak bintangnya."
"...."
Sembari bercerita, ia menyodorkan donat wortel ke hadapan pemuda bernama Fang itu. Tanpa suara, Fang mengambil donat itu, lalu memakannya lambat. Tidak terlihat berselera. Namun, gadis yang sejak tadi mengajaknya mengobrol tersenyum melihatnya.
"Kamu masih sama, ya?"
Lagi, sunyi menyambutnya. Ada keinginan untuk mendapatkan lebih dari sekadar tatapan kosong itu. Lebih dari kebisuan itu. Namun, ia sadar selamanya itu tidak akan pernah ia dapat.
Gadis itu menunduk sejenak, mengesat sudut matanya yang berair. Tersenyum getir. "Fang, kalau aku minta kamu ucapin satu kata egois nggak?" tanyanya gamang.
"Waktu kamu pergi, aku lakuin apa pun biar kamu datang lagi. Aku pikir waktu itu kedatangan kamu aja udah cukup. Tapi, waktu kamu udah datang, aku mau kamu ngobrol sama aku. Kenyataannya, aku nggak akan puas." Ia melanjutkan. Tahu tidak akan mendapat jawaban.
Fang benar-benar tidak menjawab. Mulutnya mengunyah donat dengan kaku. Ia tersenyum lagi. Tangannya dengan telaten membersihkan sisi bibir pemuda itu.
"Ying," panggil seseorang dari belakang.
Terpaksa, gadis itu menoleh. Padahal, selama bisa, ia tidak ingin melepas pandangannya barang sedetik pun dari Fang.
Pemuda yang baru saja memanggilnya itu berjalan mendekat. Wajahnya kaku. Kedua tangannya terkepal kuat. Langkahnya lambat, tapi berat.
"Cukup. Berhenti sebelum terlambat. Mau sampai kapan?" desak pemuda yang baru saja sampai itu.
Perawakannya tidak jauh berbeda dengan Fang. Hanya sedikit lebih dewasa dan tidak berkacamata.
Iris birunya seakan ditusuk tatapan tajam pemuda itu. "Meski tidak secara langsung, kalian sudah putus."
Ying menggeleng. Mereka tidak putus. Karena saat pergi, Fang tidak mengucapkan apa pun. Dan saat datang lagi, meski terus bungkam, Fang tidak terlihat akan memutuskan hubungan mereka.
"Jangan ikut campur," desisnya tajam.
Kedua tangannya tiba-tiba ditarik. Ia terpaksa berdiri. Pemuda yang mirip dengan Fang itu mencengkeram pergelangan tangannya terlampau keras. Namun, ia tidak gentar. Mata birunya menajam.
"Apa lagi?!" sentaknya.
"Kubilang cukup! Kamu mau membunuh dirimu sendiri?!" Wajah pemuda itu mengeras. Sedikit, ia merasakan tiba-tiba saja tubuhnya bergetar takut. Lalu, irisnya menangkap mata tajam itu memerah, kemudian meluncurkan cairan bening.
Ia menutup matanya. Hatinya goyah.
"Aku mau lakukan apa pun demi tetap bersama dia," ucapnya lambat, namun tegas di saat yang sama. Lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri. Ia menoleh ke arah Fang sebentar sebelum kembali menatap pemuda itu. Cengkeraman tangannya ia sentakkan sampai terlepas.
"Dengar aku!"
Kali ini, kedua bahunya dicengkeram kuat. Ia mendongak, hendak balas membentak. Namun, sepasang mata tajam yang basah itu menguncinya seketika. Entah bagaimana, ia terperangkap begitu saja di dalamnya.
"Dia bukan Fang. Kamu tahu, tapi menolak menerima!" tekan pemuda pemilik mata tajam itu. "Relakan dia. Jangan korbankan apa pun lagi untuk hal sia-sia."
Sesuatu dalam dirinya bergejolak murka. Demi apa pun, tidak boleh ada yang menentangnya. Semua usahanya untuk membawa Fang kembali kepadanya tidak ada yang sia-sia.
"Bagaimana bisa Abang Kaizo memintaku merelakan dia, sementara Abang sendiri mengorbankan hidupmu untuk dia?" Kaizo, sang pemilik mata tajam itu terdiam. "Bukankah kita sama?" desaknya.
Ini di luar kebiasaannya. Ia sadar bahwa dirinya yang dulu adalah gadis remaja dengan tingkah seperti anak kecil kelebihan energi. Namun, setelah menemukan Kaizo—pemuda yang mirip dengan Fang itu—sedang melakukan suatu ritual, ia berubah.
Dengan rasa ingin tahu yang menguat, tapi dengan perilaku yang semakin kejam setiap harinya. Dia, bukan lagi gadis remaja biasa.
"Aku menyesal!"
Cengkeraman di bahunya lepas, berubah menjadi kepalan. Kepalan tangan pemuda yang ia panggil abang itu bergetar, tanda betapa kuatnya remasan di sana.
"Karena aku, teman-temannya pun pergi. Aku egois!"
Kerapuhan yang baru saja ia lihat benar-benar meluruhkan keyakinannya.
"Masih belum terlambat untuk berhenti. Jadi, aku mohon."
Mata basah itu menatapnya teduh. Lebih dalam lagi, ia menemukan penyesalan yang teramat di sana. Kesedihan, kesepian, ketakutan, dan... rindu.
"Jangan ada lagi yang pergi," tandas pemuda itu tegas.
Kelopak matanya menutup. Lalu, tangisnya pecah saat itu juga. Tubuhnya dilingkupi kehangatan dan kepalanya mendapat usapan lembut yang sangat ia rindukan.
Ia tidak pernah tahu bahwa Kaizo, kakak dari kekasihnya ini, bisa seolah menjadi Fang seutuhnya untuk dia. Kaizo melakukan semua yang selalu Fang lakukan saat bersamanya.
Bruk!
Fang ambruk dari kursi taman yang semula didudukinya.
"Ying, matamu...," Kaizo tampak terkejut. "Kau kembali!"
"A—apa?" Ying meraba sudut matanya. Sebelah tangannya berusaha mengeluarkan cermin kecil dari saku rok birunya.
"A—abang...," lirihnya.
Kedua iris biru menyala itu telah berubah kembali menjadi cokelat.
"FANG!"
......
Aku bingung aku bingung aku bingung
*pengen jambak rambut sendiri tapi gak tega/Yang nggak paham, Ying ini melakukan 'ritual' pemanggilan arwah. Tapi aku nggak berani menjelaskan karenaaa ya kan beneran ada yang praktik.
Aku takut penjelasan ini disalahgunakan.
Intinya, yang sudah pergi itu pasti tidak akan pernah bisa kembali ke dunia. Mereka sudah memiliki kehidupan baru, dan tentu menunggu kita menyusulnya. Jangan tergiur ritual yang akan mempertemukan kerinduan kita. Percayalah, meski terlihat berhasil, roh yang datang bukanlah roh orang yang sama.
Sekian dari saya, sampai jumpa di fic selanjutnya^^
*ini hanya edisi publish draft, yang aku edit seperlunya saja
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Boboiboy
FanfictionBerisi kumpulan cerpen. Boboiboy © Animonsta Studio Story Lionella Ayumi©, 2017