Still Cold?

1.8K 60 26
                                    

Boboiboy © Animonsta Studio

Warning : No Super Power, Oneshoot, BoboiboyYaya, slight!ThornYaya, OOC, TYPO.

Genre : Romance, Angst


Happy Reading

Yaya berkali-kali menggosokkan telapak tangan lalu meniupnya untuk menghalau dingin angin malam yang menerpa.

Di sampingnya, Boboiboy menatap lekat Yaya.

Mereka sedang melakukan rutinitas bersama setiap malam; duduk di atap, menatap jutaan bintang yang berkelipan di angkasa.

Boboiboy melepas jaketnya, memakaikannya pada tubuh kecil Yaya.

"Eh?" Yaya menatap Boboiboy yang tersenyum lembut ke arahnya.

Pipinya yang sudah memerah karena udara dingin, semakin merah mendapat perlakuan sedemikian manis dari lelaki yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua tahun yang lalu.

Boboiboy merangkul bahu Yaya dari samping, menyandarkan kepala Yaya pada bahunya sendiri. Tangannya terus mengusap-usap kepala Yaya yang tertutup hijab merah mudanya.

Tidak ada satupun yang memulai pembicaraan. Sama-sama menikmati heningnya suasana.

Menit demi menit berlalu. Yaya merasakan tangan Boboiboy mendingin.

Tanpa bicara, Yaya melepas jaket yang melindungi tubuhnya. Ia memakaikannya pada tubuh ringkih Boboiboy.

"Kamu yang lebih membutuhkannya, Yaya," tolak Boboiboy halus.

Yaya tidak membalas. Boboiboy pun akhirnya diam.

Selesai memakaikan jaketnya, Yaya membimbingnya berdiri. Perempuan itu kemudian berbalik membelakanginya, lalu mundur satu langkah hingga punggung Yaya menempel pada dadanya.

Yaya memasukkan satu per satu tangannya pada lengan jaket Boboiboy. Melesak sejajar dengan kedua tangannya. Jadilah, mereka mengenakan satu jaket bersama.

"Begini lebih adil 'kan?" Yaya mendongak, berusaha menatapnya.

Boboiboy tersenyum tipis. Ia menggerakkan kedua tangannya untuk memeluk Yaya, sehingga tangan Yaya pun terbawa, memeluk dirinya sendiri.

"Aku selalu tau kamulah yang paling bisa buat aku lupain semuanya."

Yaya menggeram. Kenapa Boboiboy harus mengungkit itu?

"Kamu pasti sembuh, Boboiboy. Jangan buat aku takut!" ucap Yaya sedikit berteriak.

"Jangan takut. Aku bakal jaga kamu dari sana." Boboiboy membalasnya dengan tenang.

"Boboiboy..." lirih Yaya.

Boboiboy menggerakkan tangannya semakin erat memeluk Yaya.

"Aku nggak bisa terus di sini. Ngegantung kamu. Jadi, lebih baik kalo kamu cari yang lain dari sekarang," tutur Boboiboy getir.

Ia tahu, umurnya tidak akan lama lagi. Kalaupun nanti Tuhan berbaik hati menambah jatahnya bermain di dunia, mungkin ia bisa menikahi Yaya. Tapi, sampai kapanpun ia takkan pernah bisa seperti suami pada umumnya. Ia tidak bisa melakukannya kepada Yaya.

Yaya tidak akan punya masa depan jika hidup bersamanya. Ia hanyalah seorang pemuda yang terasingkan dari hidupnya sendiri. Hanya Yaya dan adiknyalah yang sering berkunjung dan bermain bersamanya. Memperlakukannya seperti manusia pada umumnya. Bukan sebagai monster seperti anggapan kedua orangtuanya.

Kumpulan Cerpen BoboiboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang