Next Year, Ok?

668 41 5
                                    

Boboiboy © Animonsta Studio

Warning : AU, No Super Power, Oneshoot, fullTaufanPOV, OOC, TYPO.

Genre : Humor


Happy reading,
Taufan terus memerhatikan adik bungsunya sejak pagi. Tidak biasanya Air keluar dari kamarnya dalam keadaan berantakan.

Mata berkantung yang memerah, wajah pucat, ditambah lagi jerawat yang ikut menyambut pagi Taufan di dahi Air.

Menjelang siang, sampai sekarang hampir malam, Air sama sekali tidak menginjak lantai kamarnya barang selangkah pun. Bantal sofa yang selalu menjadi teman tidur siangnya pun teronggok begitu saja di karpet bawah.

Taufan dan ketiga saudaranya yang lain juga tidak tidur sejak semalam. Tapi, keadaan mereka tidak separah Air.

Air tampak gelisah sepanjang hari. Berkali-kali melirik jam dinding. Bahkan, Taufan berani bersumpah bahwa ia sempat melihat Air hampir menangis. Ia jadi curiga jika Air menyembunyikan sesuatu.

Adiknya itu juga lebih diam. Memang Air pendiam, tapi belum sepatah katapun keluar dari mulutnya hari ini, walaupun hanya gumaman. Tidak sama sekali.

Taufan memutuskan untuk mengamati Air seharian karena sudah menyadari keanehannya sejak sarapan pagi. Ia sudah akan mengejeknya jika saja kepekaannya tidak bekerja.

"Air."

Tidak tahan, Taufan mencoba menegur sang Adik. Percobaan pertama, gagal.

"Hei, ada masalah?"

Mata Air meliriknya sebentar sebelum akhirnya kembali mengabaikannya.

"Kalau memang kamu ada masalah, cerita sama Kakak. Jangan disimpen sendiri," bujuk Taufan sabar.

Air menatap matanya lama. Taufan mengangkat sebelah alisnya. "Ya, cerita sini."

Tanpa menjawab, Air beranjak dari sofa, pergi ke kamarnya. Taufan menghela napas. Membujuk memang bukan keahliannya, tapi setidaknya ia sudah berusaha meyakinkan. Meski sikapnya sedikit kekanakkan, ia juga sadar tanggungjawabnya sebagai seorang kakak.

Air kembali dari kamarnya. Anak itu menyodorkan ponselnya kepada Taufan. Dengan penuh tanda tanya, Taufan menerimanya. Jangan-jangan preman sekolah musuh Kak Hali ngancam Air. Harus kasih tahu Kak Hali ini, batinnya.

"Baca."

Taufan menurut. Tidak menyadari itulah kata pertama yang diucapkan Air hari ini.

"AHAHAHAHAHA!"

Tawa meledak. Taufan memegangi perutnya yang sakit karena tertawa terlalu keras.

"Jadi... karena ini kamu diem seharian?"

Air mengangguk.

"Kamu nggak bohong 'kan?"

Air menggeleng.

"Kamu beneran Air adikku yang cerdas itu 'kan?"

Kali ini pelototan tajam Air menghujam Taufan. "O-oke, calm down, My Baby," ucapnya terbata.

"Tapi, serius ini. Kamu percaya begitu aja sama chat ini?"

Air mengangguk polos. Taufan bergeser, merapatkan posisi duduknya dengan sang Adik. Mengangkat ponsel Air lurus-lurus dengan wajah keduanya. Persis seperti akan mengajari. Dan dengan polosnya juga Air mengikuti.

"Baca baik-baik, ya." Taufan menunjuk kata per kata dari chat kiriman Api.

"Perhatian. Jangan tidur. Pada tanggal 31 Desember 2017. Pukul 11.59 malam. Karena. Kemungkinan. Akan. Bangun. Tahun. Depan." Taufan membaca dengan menekankan setiap katanya.

Wajah Air berubah.

1 detik...

31 Desember.

2

11.59 malam.

3

Tahun depan.

Jelas saja! Lewat dua menit saja sudah pergantian tahun.

Kesimpulannya, mau tidur jam berapapun, jika itu tanggal 31 Desember malam, jelas kemungkinan bangunnya tahun depan.

"Api..." desis Air tajam. Ponsel di tangannya direbut kasar. Diremas kuat.

Jika ponsel terbuat dari kardus, mungkin saat ini sudah tidak akan berbentuk lagi.

Satu pelajaran. Ini salah satu alasan kenapa ponsel sebagian bahannya dibuat dari besi.

Air berjalan menuju kamar Api. Tidak ada niatan Taufan untuk menghentikan. Belum pernah juga melihat pertarungan Air vs Api.

Brak!

"Ada ap--AMPUN AIIR! KAMU KENAPA?!"

"AMPUN! HUWEEE!"

Taufan cekikikan sendiri di tempatnya.

"Mereka kenapa?"

Bruk!

"HUWA! HANTUU!"

Taufan yang tidak menyadari kedatangan orang lain pun terkejut. Sampai-sampai ia terjatuh dari sofa tempatnya duduk.

"Apa sih, Kak Hali!" gerutu Taufan kesal. Ia mengusap-usap dadanya. "Untung nggak jantungan--"

"AMPUN! API MINTA MAAF, AIR! API NGGAK TAHU! SUMPAH!"

Teriakan kembali terdengar. Taufan melirik kakak pertamanya. Hanya untuk mendapat tatapan tajamnya.

Halilintar sudah akan berjalan menuju kamar Api, jika saja Taufan tidak menahan tangannya.

"Jangan. Dipisah nanti aja."

Duk!

Taufan mengusap kepalanya dengan cemberut.

"Kakak macam apa kamu?"

Sang Kakak langsung meninggalkannya. Taufan mencibir.

"Situ nggak nyadar? Kakak macam apa kamu?"





FIN

Nggak tau mau dilanjut apa lagi. Semoga terhibur, ya.

Kumpulan Cerpen BoboiboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang