Hari ini aku sudah masuk sekolah lagi, keadaanku juga sudah lebih baik dari sebelumnya. Tapi satu yang mengganjal, aku terus saja memikirkan pria itu. Pria yang aku temui di Ruko waktu itu. Pernah aku ke Ruko itu lagi hanya untuk mencarinya, namun tak pernah kudapatinya. Aku hanya bisa mendengarkan earphon yang disimpangnya, entah ia sengaja atau ia lupa?
Aku melewati koridor sekolah tak jarang teman-temanku dari kelas lain menyapaku dan mengucapkan turut berduka. Akhh! Itu yang membuatku malas ke Sekolah, karna sudah kuduga pasti ia mengucapkan turut berduka. Bukan aku tak suka, tapi aku sakit jika harus mengingatnya lagi. Mending aku mengingat laki-laki itu, dan caraku mengingatnya adalah menatap hujan dan mendengarkan lagu-lagu yang terdapat dalam earphonnya ditengah suara hujan.
Sekarang aku tak membenci hujan lagi, karna memang ia tak perlu dibenci benar katanya hujan turun bukan untuk menyakiti, tapi untuk menenangkan. Buktinya sekarang aku berada didepan kelas menatap hujan saat semua orang berlarian memasuki kelas. Ahhh! Laki-laki itu, apa dia juga memikirkanku? Seperti aku memikirkannya?
Dia mengajakku bahagia bersama hujan? Caranya gimana? Sungguh! Laki-laki itu benar-benar sudah bergabung dipikiranku.
***
"Non, makanannya dimakan atuh non," kata simbok memelas, selalu begitu. Aku terkadang kasihan melihatnya jika ia terus saja berusaha membujukku untuk makan, namun aku tidak bisa apa-apa saat makanan memang tak bisa masuk dalam mulutku.
"Lihat deh, tubuh non tambah kurus aja," kata simbok lagi. Aku melihat badanku, memang kata orang-orang disekitarku berat badanku menurun, apa karna banyaknya yang aku pikirkan?
"Hmm baiklah aku akan makan, tapi dikit aja yah mbok." Akhirnya aku berusaha menyendok makanan yang diberikan simbok dipiringku, karna bagaimana pun juga aku tidak mungkin membuatnya terus-terusan khawatir terhadapku yang tidak mau makan.
"Kok udahan non?" Tanyanya saat aku meminum air yang sudah disiapkannya lalu menumpahkannya sebagian dipirinku. Aku menggeleng menanggapinya. "Aku udah kenyang mbok," ucapku.
Setelahnya aku kembali ke kamarku, lagi-lagi aku masih mengurung diri. Belum bisa terbuka sekali dengan orang-orang. Aku terduduk ditepi ranjang lalu meraih earphon pria itu yang kuletakkan dinakas dan menekan tombol on-nya lalu kembali mendengar lagu-lagu didalamnya.
Kau yang sembunyi dimana kah kini? engkau mendengarkannya
Simak sebuah syair dan kalimat tegar resapanku padamu
Setelah kau ingkari tanpa ada bahasa yang bisa kumengerti
Entah dimana dirimu?
Dimana hatimu?
Bicara yang jujur jangan kau larikan diri, entah dimana dirimu? Dimana hatimu?
Kau biarkanku menerka tak tentuEntah dari mana setetes air mataku tiba-tiba terjatuh mendengar lagu itu, aku mengusapnya pelan lalu memutar bola mataku. "Kamu siapa?" Tanyaku kepada ruang sunyi ini. "Sekarang kamu dimana?" Tanyaku lagi yang entah kepada siapa.
Sungguh! Aku benar-benar menginginkan pria itu, entah kenapa aku langsung terjebak olehnya.
Suara petir kembali mengagetkan lamunanku tentang dia, aku terperanjak bersamaan dengan turunnya hujan yang begitu deras, tunggu! Kenapa hujan begitu sering turun? Apa ini memang musimnya? Akhh aku tidak tahu tentang musim-musim, sekarang yang kutahu aku menemuinya saat hujan turun.
Aku keluar di balkon kamarku menatap hujan lebih dekat dan perlahan aku menjulurkan tanganku kearah hujan. Entah kenapa bibirku tertarik membentuk senyuman saat merasakan titihan hujan mengenai tanganku. "Apa ini yang dimaksudnya bahagia bersama hujan?" Tanyaku dalam hati.
Mataku menangkap dua anak kecil dibawah sana yang berkejar-kejaran dibawah hujan, mereka terlihat bahagia. Lagi-lagi aku tersenyum melihatnya.
Rasa inginku untuk mencoba berada dibawah hujan tiba-tiba muncul. Aku berjalan memasuki kamar lalu turun dan keluar dari rumah. Dengan hati-hati aku berjalan menerobos hujan menuju taman belakang. Kenapa rasanya perih? Kenapa sangat sakit? Ini pertama kalinya aku berada dibawah hujan lebat setelah kejadian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang dia (END)
Genç KurguDia seseorang yang aku kaitkan dengan hujan, dia seseorang yang mengajariku makna hujan yang bisa jatuh berkali-kali, dia seseorang yang mengajariku kebahagiaan menari dibawa lebatnya hujan. Tapi ini bukan soal hujan juga bukan tentang hujan, tapi i...