Page 9

4.3K 212 2
                                    

Tak lama mba iyah tadi diganti dengan temannya, seorang pria yang sepertinya terlihat lebih pengalaman.

Sempat terdengar mereka berbisik-bisik. Rupanya mbak iyah masih fresh graduate dalam hal peruqiahan.

Dia baru beberapa kali mengikuti ruqiah dan mengobati orang. Asem lho aku ternyata dibuat kelinci percobaan. Pantes aja tadi tangan mba iyah agak gemetaran ketika menyentuh badanku, dalam hatiku.

Setelah itu mba iyah tadi diganti dengan peruqiah pria, yah klo dilihat peruqiah kali ini lumayan handsome lah, wah kumat lagi ganjenku.

Tapi aku hanya bisa mengagumi tidak lebih, karena walau bagaimanapun tetap yang di rumah My True Love.

Peruqiah pria tadi langsung mengambi air botol kemasan tanggung yang masih bersegel, lalu dia membacakan beberapa kalimat dalam Quran.

Aku disuruh meminum air tersebut. Sempat ada sedikit keraguan timbul dalam diriku. Tapi karena ku memang niat dan ku lihat peruqiahnya juga meyakinkan, maka langsung ku minum air itu seteguk, lalu seteguk lagi, dan masih ada tersisa air dalam botol tersebut.

Lalu aku kembali disuruh konsentrasi. Selang beberapa menit, aku di tanya si pria peruqiah. "Apa yang mba rasakan, dibadan gimana?" tanya peruqiah itu.

Aku hanya menjawab "tidak ada apa apa mas, biasa saja".

Peruqiah tadi agak bingung, karena beliau sepertinya kurang konsentrasi karena banyaknya peserta ruqiah yang mulai menyemut.

"Nanti pertemuan berikutnya kita ruqiah lagi ya, karena mba ini harus berkali-kali diruqiah" janji peruqiah itu. Lalu aku diberi sedikit amalan, agar nantinya bisa membantu mempermudah ruqiah berikutnya.

Dengan sedikit kecewa aku melangkah keluar dari acara ruqiah massal itu. Harapanku agar bisa sembuh hari itu juga belum kesampaian.

Aku tahu dan yakin kalau dalam diriku masih ada sesuatu yang 'buruk'. Aku tetap khusnudzon, mungkin ada rencana yang telah disiapkan Sang Khaliq untukku.

Aku tetap berusaha dan ikhtiar terus. Belum tiba aku di pintu keluar, ada lagi suara yang memanggil namaku, suara itu awalnya lirih tapi sedih. "Riris..riris" beberapa kali suara itu memanggilku, kucari sekelilingku tidak ku temukan.

Langkahku tetap ku lanjutkan. Sampai di parkiran, suara itu hilang dengan sendirinya. Temanku yang sedari tadi tidak berani banyak tanya. hanya sekali bertanya "kamu tidak apa apa kan ris, semuanya baik?" "entahlah..." jawabku sekenanya. 

Ruqiah Membawa PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang