13. Kedamaian

3K 228 0
                                    

"Nathan, kita pergi ke gereja hari ini! Mama perhatikan kamu jarang terlihat pergi beribadah." seru Regina, Mama Nathan saat melihat Nathan di tangga dengan pakaian santai kaos hitam dan celana pendek rumahan kotak-kotak. Nathan berhenti saat akan menuruni tangga lagi. Ia akui, ia hampir tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di gereja. Ia terlalu sibuk dengan dunianya. Menghabiskan waktu di klub malam sepulang dari kantor dan menghabiskan sisa malam dengan perempuan yang berbeda di ranjangnya. Ia memang manusia yang berlumur dosa yang tersesat dalam kesenangan duniawi yang fana ini. Banyak menghabiskan waktu di apartemennya membuatnya lepas kontrol karena jarang bertemu dengan orang tuanya semenjak ia mulai kuliah di luar negeri dan berlanjut hingga sekarang, membuatnya menjadi lelaki bebas dan liar. Karena ia begitu sayang dengan mamanya, akhirnya ia mengiyakan saja.

"Iya, Ma."

"Apakah selama berada jauh dari kami, kamu sering pergi beribadah?" selidik Regina. Nathan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kadang-kadang, Ma." Nathan hanya nyengir saja saat jujur kepada Regina. Mamanya itu menatapnya tajam.

"Kami selalu mengingatkanmu untuk selalu mengingat Tuhan di mana pun kamu berada. Jangan karena kami menginzinkanmu mandiri, kamu bisa bebas semaumu. Kamu mengerti kan, Nathan?!" Nathan hanya mengangguk.

"Iya, Ma. Maafin aku." jawab Nathan santai sambil mengikuti mamanya keluar untuk pergi beribadah.

***

Nathan mengikuti orang-orang yang sedang bernyanyi di dalam gereja. Ia duduk di barisan paling belakang, sementara kedua orang tuanya di barisan paling depan. Entah karena efek jarang beribadah atau karena hal lain, ia merasa bosan berada di dalam sana. Ia tak merasakan kedamaian seperti saat ia mendengarkan suara lantunan ayat suci Al-Qur'an yang menggetarkan hati meskipun baru sekali mendengarnya. Diambilnya ponsel dari sakunya dan memasangkan headset ke telinganya. Diputarnya Surat Al-Kahfi yang sengaja ia download saat ia merasa sedang penat dan stress. Tak dipedulikannya orang-orang di sekelilingnya karena mereka sendiri sedang sibuk bernyanyi. Ia tahu ini gila, mendengarkan suara dari kitab suci agama lain di tempat ibadah agama yang dianutnya. Tapi sejak seminggu lebih ini, ia rutin mendengarkan suara ayat suci Al-Qur'an yang selalu memberikannya ketenangan dan kedamaian yang tak pernah ia dapatkan, bahkan di saat sedang di gereja sekali pun. Sampai orang-orang bubar keluar, baru ia melepas headset-nya dan melenggang keluar dengan hati yang damai.

***

Hampir setiap hari akhir-akhir ini, Nathan selalu menyempatkan diri untuk lewat dan mampir sebentar di depan mushola tempat ia pertama kali jatuh cinta saat mendengar suara lantunan ayat suci Al-Qur'an beberapa waktu yang lalu. Ia diam-diam selalu mengamati orang-orang yang berwudhu dan beriringan masuk ke dalam dan melaksanakan sholat. Ia mengamati setiap gerakannya secara seksama beserta bacaan-bacaannya. Seperti saat ini, ia sedang berdiri di ambang pintu mushola mengamati orang-orang yang sedang melaksanakan sholat dzuhur.

"Pak Nathan?" sapa suara lembut seorang perempuan membuat Nathan menoleh dan setengah kaget.

"Alika...." Alika mengerutkan keningnya heran melihat Nathan berdiri di ambang pintu mushola sedang mengamati orang-orang yang sholat.

"Bapak lagi apa di sini?" tanya seorang gadis di sebelah Alika yang berambut sebahu dengan diikat setengah ke belakang yang memakai pakaian kantor dengan rok di bawah lutut.

"Eh..., e-enggak... Kebetulan lewat sini aja habis dari minimarket." jawab Nathan berbohong sambil tersenyum supaya tidak terlihat salah tingkah.

"Kalian mau sholat juga?" tanya Nathan kepada kedua gadis itu. Alika dan temannya itu mengangguk.

Where Is Heaven? (SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang