16. Kecurigaan Regina

2.6K 201 0
                                    

Ting Tong Ting Tong ....

Suara bel yang lumayan nyaring membangunkan Nathan dari mimpi indahnya. Dengan menahan kantuk, ia beranjak sambil mengumpat kesal merutuki siapa yang berani mengganggu tidur nyenyaknya di bawah selimut tebalnya. Dengan wajah yang masih berantakan dan kaos putih juga boksernya, ia berjalan menuju pintu tanpa melihat siapa yang datang. Langsung saja ia membukakan pintunya.

"SIAP—" belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, suara tinggi seorang wanita paruh baya dengan penampilan berkelasnya yang membuatnya terlihat cantik dan muda di usianya yang tidak muda lagi menginterupsinya.

"Astaga Nathan!!! Kamu gak lihat ini sudah jam berapa??"

"Ma-Ma...." cicit Nathan yang masih syok dengan suara tinggi Regina. Kesadarannya langsung terkumpul saat itu juga. Ia bersyukur tidak sedang membawa perempuan ke apartemennya seperti dulu. Mamanya sering berkunjung tiba-tiba tanpa memberitahunya terlebih dahulu untuk mengontrol kehidupan putranya yang jauh darinya. Untung ia pandai membaca situasi agar tidak ketahuan sering membawa perempuan yang berbeda hampir tiap malamnya ke sini. Jika mamanya tahu, bisa disita langsung apartemennya. Kedua orang tuanya mendidiknya dengan baik dan menjadikannya lelaki dewasa yang bertanggung jawab dalam mengemban tugas dan buktinya, ia sekarang menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan keluarganya. Pergaulan dengan teman-temannya serta fisik dan kekayaan yang menunjang membuatnya menjadi seorang playboy yang terkenal banyak mengencani wanita-wanita cantik berkelas dan modis mulai dari artis, wanita karir, model dan masih banyak lagi mangsanya. Semuanya hanya semata berdasarkan kebutuhan biologis saja, tidak lebih. Hingga ia bertemu dengan seorang gadis berhijab yang untuk pertama kalinya mengusik hatinya.

"Perempuan mana lagi yang kamu bawa?" tanya Regina menatap curiga Nathan. Nathan menghela nafasnya sejenak.

"Perempuan mana? Gak ada perempuan di sini, kok. Aku cuma sendiri."

"Mama tahu kamu suka bawa perempuan-perempuan nakal ke sini. Jangan kamu kira Mama bodoh gak tahu apa-apa." Nathan menunduk tak bisa berkata apa-apa. Mamanya pasti selalu mengirimkan mata-mata untuk mengawasinya.

"Kami mendidikmu dengan baik. Menyekolahkanmu ke Amerika supaya kamu bisa menjadi penerus yang bisa diandalkan, berpendidikan dan berbudi luhur. Mama sangat mengharapkan tanggung jawab kamu, Nathan. Berhentilah bersenang-senang dengan alkohol dan pelacur yang sudah merusak otakmu!!" Nathan hanya menunduk tak berani menatap wanita yang paruh baya itu.

"Kamu bahkan jarang beribadah ke gereja. Kelakuanmu seperti orang yang tidak berpendidikan saja, tidak punya tujuan hidup. Mama harap kamu berhenti bermain kotor dengan teman-temanmu itu. Atau kami akan mencabut semua fasilitasmu dan menyerahkan jabatanmu kepada yang lebih baik!!" Nathan terkejut dengan kata-kata mamanya. Seketika, wajahnya berubah sendu. Ia akui telah banyak mengecewakan kedua orang tuanya. Mereka berdua adalah orang yang paling berjasa dalam menyelamatkan hidupnya. Tanpa mereka, Nathan tak tahu akan seperti apakah dirinya. Mungkin ia tak akan berada di tempat mewah ini, mendapat fasilitas yang sangat menunjang hidupnya, bahkan sampai menduduki sebuah jabatan tertinggi di sebuah perusahaan besar. Tanpa mereka, mungkin Nathan sekarang hidup terlunta di jalanan atau bahkan sudah meninggalkan dunia ini karena tak kuat menanggung derita hidup. Ia tak berani menatap wajah wanita yang sangat disayanginya tersebut. Ia tak berani membayangkan, bagaimana jika keduanya tahu apa yang beberapa waktu ini ia jalani.

"Ma-maafkan aku, Ma... Aku belum bisa membuat kalian bangga. Aku janji akan berubah menjadi lebih baik lagi." ucap Nathan sambil menatap wajah wanita di depannya yang masih tetap cantik di usia tuanya.

"Mama pegang janji kamu. Buktikan jika ucapanmu tidak hanya sebatas di mulut saja!!" tegas Regina sambil menatap Nathan tajam.

"Iya, Ma. Mama masuk dulu ke dalem. Udah sarapan belum, Ma?"

Where Is Heaven? (SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang