25. Perjodohan?

2.3K 164 0
                                    

"Nanti malam jam 8, kamu datang ke restoran biasa kita berkumpul!" pinta Yesaya datar. Nathan merasa tak enak dengan sikap dingin papanya setelah insiden 1 hari yang lalu. Yesaya sengaja memanggil Nathan ke ruangannya di kantor. Nathan sempat bertanya-tanya ada apa papanya memanggilnya. Ia berharap emosi lelaki paruh baya itu sudah reda.

"Ada acara apa, Pa?"

"Ada pertemuan dengan sahabat sekaligus rekan bisnis Papa. Papa harap kamu tidak mengecewakan Papa kali ini!" jawabnya dengan nada yang masih terdengar dingin. Meski Nathan penasaran ingin menanyakan lebih lanjut, namun ia mencoba tidak membantah papanya untuk saat ini. Ia tak mau mencari masalah lagi dan memancing amarah papanya.

"Baiklah, Pa."

"Sekarang, kamu boleh keluar." Nathan beranjak dari kursinya. Sebelum ia meraih knop pintu, ia berbalik sejenak.

"Pa...."

"Hmm...." Yesaya hanya bergumam.

"Maafin aku...." Yesaya menatap Nathan sekilas. Ia hanya mengangguk. Nathan segera berbalik dan meninggalkan ruangan papanya. Ia tersenyum sedih.

***

Nathan mematut dirinya di depan cermin. Ia memakai kemeja hitam polos yang terlihat maskulin dan pas di tubuh tegapnya serta celana jeans biru putih pudarnya. Setelah menyemprotkan parfum, ia menata rambutnya supaya agak rapi. Sambil bercermin, ia menduga-duga hal yang akan terjadi dalam pertemuan nanti. Kenapa perasaanya tidak enak? Ia mencoba mengenyahkan asumsi-asumsi negatif itu. Ia meraih dompet dan kunci mobilnya dan beranjak keluar dari apartemennya. Ia masuk ke mobilnya dan mulai mengendarai menembus kemacetan jalan ibu kota.

Ia sudah sampai di restoran mewah favorit keluarganya. Setelah memarkirkan mobilnya, ia berjalan masuk ke dalam dan mencari ruangan privat yang ditempati oleh keluarganya. Setelah berkeliling sebentar, akhirnya ia menemukan kedua orang tuanya dan Grace, juga sepasang suami istri yang sedang asyik mengobrol santai dengan orang tuanya. Nathan menghampiri mereka.

"Maaf telat...." sapa Nathan kepada orang-orang di sana. Mereka menoleh kepada Nathan yang tersenyum tipis dan duduk di sebelah Grace yang sedang meminum red wine-nya.

"Ini Nathan? Wah..., sudah besar ternyata. Terakhir ketemu, dia masih pakai baju kodok." canda lelaki paruh baya berwajah oriental itu sambil tertawa. Nathan tersenyum tipis.

"Iya. Dia sudah dewasa sekarang dan menduduki jabatan sebagai CEO di kantor menggantikanku. Nathan, kamu masih ingat kan siapa Om ini?" Nathan mencoba mengingat lelaki paruh baya sahabat papanya ini.

"Kalau gak salah..., Om Nick, ya?" lelaki paruh baya itu tersenyum mengangguk.

"Ya, betul. Aku Om Nick yang dulu selalu berkunjung ke rumahmu sewaktu kecil sebelum kami sekeluarga pindah ke Kanada." Nathan melirik wanita bule di samping lelaki yang dipanggilnya Om Nick itu.

"Dan ini Tante Xavie. Kamu ingat, 'kan?" wanita paruh baya yang cantik itu tersenyum.

"Hi, Nathan? You look more handsome and mature now...." pujinya sambil tertawa yang diikuti oleh yang lainnya.

"Thanks, Aunty." jawab Nathan sambil tersenyum sopan.

"Malam semua!" sebuah suara lembut mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara. Seorang gadis cantik dengan dress merah selutut dengan blazer putih bulu-bulunya dan tas hitam yang terlihat glowing juga stiletto merah yang senada dengan dress-nya ditambah make up yang terlihat natural, namun tak mengurangi kesan glamour-nya.

Where Is Heaven? (SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang