27. Perang Dunia

2.4K 174 1
                                    

Nathan sesekali melirik jam tangannya. Sore ini, ia harus menemani Mara dalam acara jumpa fans dengan para penggemarnya. Siang tadi, Mara datang ke kantornya dan memintanya untuk menemani gadis itu. Nathan menolak secara halus dengan alasan ia sedang sibuk dan tak ada waktu untuk jalan-jalan. Namun pesan dari Regina yang masuk ke ponselnya membuatnya mau tak mau mengiyakan permintaan Mara. Ia tak sanggup kalau mamanya sudah terlihat memohon seperti itu. Ia tak mengerti dengan orang tuanya. Apa karena kecantikan dan kekayaan serta prestasi yang gemilang dalam karirnya yang membuat mereka begitu antusias menjodohkan Nathan dengan Mara? Nathan sendiri belum menyetujui perjodohan ini. Ia hanya menjaga citra orang tuanya di depan orang tua Mara. Dan di sinilah ia sekarang, di sebuah restoran pizza setelah menemani Mara menjumpai para penggemarnya mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua, lelaki maupun perempuan. Nathan terkejut ketika Mara dengan tanpa persetujuannya memperkenalkan Nathan sebagai kekasihnya dan calon tunangannya di depan publik. Ia ingin protes, tapi ia masih berbaik hati untuk tidak mempermalukan Mara di depan para penggemarnya. Dengan rasa jengah dan kesal, ia meninggalkan Mara yang sedang meladeni para penggemarnya yang meminta tanda tangan dan juga beberapa wartawan yang mengerubunginya meminta kebenaran dari kabar tersebut. Ia benci situasi ini, menjadi konsumsi publik.

"Minggu depan, aku akan berangkat ke Paris untuk menjadi model yang mempromosikan baju-baju musim panas. Aku harap kamu bisa ikut mendampingiku di sana. Kamu harus melihat penampilanku di atas catwalk secara live!" Nathan mengaduk-ngaduk green tea late-nya. Ia tak berminat mendengar celotehan Mara yang mendominasinya dari tadi.

"Lihat nanti aja kalau gak sibuk." jawab Nathan singkat. Mara menghela nafasnya. Ia benar-benar harus bersabar menghadapi sikap dingin dan acuh Nathan. Ia belum menyerah.

"Ah..., aku rasa kamu bakalan nyesel kalau lewatin kesempatan ini. Jarang-jarang lo aku nawarin orang buat liat penampilan aku secara langsung di depan dia." ucap Mara diselingi dengan canda. Nathan mendongakkan wajahnya.

"Kita pulang sekarang, ya! Kamu butuh istirahat, aku juga. Besok aku harus kerja lagi." Nathan benar. Saat ini ia sudah lelah dan ingin istirahat.

"Tapi...," Nathan keburu beranjak dari duduknya. Dengan terpaksa, Mara mengikuti Nathan yang sedang berjalan ke arah kasir.

"Huh! Untung gue suka. Kalau enggak, udah gue buang cowok kayak gitu. Berani-beraninya nolak gue!" omelnya dengan wajah ditekuk sambil berjalan mengikuti Nathan ke luar.

***

Alika berdiri di depan pintu ruangan Nathan. Ia terlihat ragu untuk masuk ke dalam. Ia tidak siap bertemu Nathan lagi setelah apa yang dialaminya kemarin dan juga yang dilihatnya di restoran. Ia benar-benar merasa rendah diri setelah ucapan menghina yang terlontar dari bibir gadis yang mengaku sebagai calon tunangan Nathan. Diberanikannya dirinya untuk masuk ke dalam. Setelah masuk, di depannya Nathan sedang serius menatap laptopnya. Alika berjalan pelan ke arah Nathan. Seharusnya, ia tak secanggung ini mengingat mereka sudah dekat layaknya sahabat. Nathan belum menyadari kedatangan Alika. Matanya masih fokus menghadap layar di depannya.

"Pak...." Nathan mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Alika tersenyum tipis.

"Ini daftar jadwal yang sudah saya buat untuk kunjungan ke beberapa perusahaan cabang di bulan ini." ucap Alika sambil menaruh sebuah map di meja kerja Nathan. Nathan memandang Alika intens.

"Pak Nathan?" Nathan mengerjapkan matanya.

"Eh... I-iya, maaf." Nathan langsung meraih map yang diserahkan Alika dan membukanya.

"Kalau begitu saya permisi dulu." Alika baru berbalik saat suara Nathan mencegahnya untuk keluar.

"Tunggu!" Alika berbalik lagi dan menatap Nathan.

Where Is Heaven? (SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang