BAGIAN 3

496 69 21
                                    

TALK AGAIN

Elzia berdiri di depan gedung tempat pertama kali ia bertemu dengan Yudha. Matanya terus menatap ke setiap orang yang keluar-masuk gedung itu dan berharap Yudha ada di sana.

Ini sudah seminggu sejak mereka bertengkar. Elzia menyadari jika dirinyalah penyebab pertengkaran itu. Entah kenapa saat itu ia merasa marah akan sikap Yudha yang terlalu baik, padahal ia tak tahu jika maksudnya memang baik.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, namun tetap saja Yudha tak terlihat di area gedung itu. Elzia mendesah lelah dan berbalik untuk pergi ke kampus sebelum terlambat.

Yudha menatap punggung gadis yang mulai menjauh dari area kantornya itu dari balik jendela ruangannya di lantai enam. Hatinya terus tergugah untuk menghampirinya, namun entah mengapa ego-nya terus menerus melarang.

Krakkk!

Seseorang membuka pintu ruangannya, ia pun berbalik dan menatap sosok adiknya di ambang pintu ruangan.

Divia!

Dengan kaos berwarna pink dan jaket kulit berwarna hitam plus celana jeans, wanita itu tak terlihat seperti wanita kantoran pada umumnya.

"Jadi pergi ke Singapore?," tanya Divia.

"Ya..., aku jadi pergi," jawab Yudha.

"Lalu kenapa kau malah bertengger di jendela? Apakah pesawat akan menjemputmu di sana?," sindir Divia.

Yudha terkekeh. Ia lupa kalau Divia kadang humoris.

"Temui Arizh Alfredo hari ini di area konstruksi, pantau pembangunanya dan catat yang diperlukan," pinta Yudha.

"Ya aku tahu," jawab Divia yang sekarang sudah sibuk dengan ponselnya.

"Kau punya pacar?," tebak Yudha.

Gantian Divia yang terkekeh. Bryan yang sedari tadi ada di samping wanita itu pun ikut tersenyum diam-diam.

"Kenapa hanya pacar yang ada di otakmu? Kapan kira-kira aku akan memiliki Kakak ipar?," balas Divia.

Yudha tak menjawab dan memilih untuk bergegas menuju bandara. Jimmy - sopir pribadi sekaligus sekretarisnya - segera membukakan pintu mobil untuk Yudha saat pria itu tiba di depan kantor. Mobil pun melaju menuju bandara.

"Wanita itu menunggu lagi di depan kantor," ujar Jimmy yang lebih mirip dengan pengumuman.

"Ya, aku melihatnya," ujar Yudha seraya menatap keluar jendela mobil.

"Dia akan terus menunggu di depan kantor sampai bertemu denganmu," lanjut Jimmy.

"Ya, aku tahu."

"Nona Divia akan ke kantormu selama kau berada di Singapore, dan jika dia melihat wanita itu di depan kantor tentu saja dia akan bertanya-tanya lalu terbongkarlah rahasiamu," Jimmy mencoba memberi pengertian.

Yudha pun sadar seketika setelah Jimmy memperingatkannya. Jika Divia tahu, maka tentunya semua akan tahu. Mempunyai pacar adalah hal paling diharapkan semua orang untuk Yudha. Namun Yudha tak suka terekspose oleh siapapun.

"Kita ke kampusnya," pinta Yudha.

"Kau akan terlambat naik pesawat," ujar Jimmy.

"Pokoknya bawa aku ke kampusnya," Yudha merengek seperti anak kecil.

Jimmy terkekeh diam-diam. Putera satu-satunya keluarga Lee memang sangat aneh, terkadang tegas, terkadang santai, tapi terkadang juga kekanak-kanakan.

Jimmy segera memarkirkan mobilnya sembarangan saat tiba di kampus yang mereka tuju. Yudha segera berlari menuju kantin tempat Elzia menyendiri.

Darimana ia tahu?

Jangan tanya, Yudha adalah stalker nomor satu sejak SMP. Ia bisa mendapatkan informasi apapun yang ia inginkan dalam waktu singkat.

Elzia yang tengah membaca modul sambil mengunyah keripik kentang pun tersedak saat tiba-tiba Yudha duduk di hadapannya.

Mereka saling menatap.

"Jangan ke kantorku lagi," ujar Yudha.

Elzia merasa terbuang seketika.

"Maksudku, jangan menungguku lagi seperti orang bodoh dan panas-panasan di bawah terik matahari. Bagaimana kalau kulitmu jadi hitam?," Yudha memberi alasan.

"Aku hanya ingin meminta maaf," ujar Elzia pelan.

Yudha tersenyum. Manis. Sangaaaattt manis!

"Aku tidak marah. Aku tak menemuimu karena banyak pekerjaan. Sekarang aku harus ke bandara untuk pergi ke Singapore, kita tak akan bertemu selama seminggu ke depan. Tapi selama aku pergi, Jimmy akan mengantar-jemput dirimu ke kampus. Aku akan langsung menemuimu jika tiba kembali dari Singapore," jelas Yudha.

Elzia hanya terdiam dalam keterpanaan. Pria itu menyempatkan diri untuk berpamitan hanya untuknya? Terkadang Elzia merasa hidupnya adalah mimpi.

"Hei..., kau baik-baik saja kan?," Yudha membuat lamunan Elzia buyar seketika.

"Ya..., ya..., aku baik-baik saja," jawab Elzia.

"Tolong jangan buat aku khawatir. Aku akan meneleponmu tiga kali sehari dari Singapore."

"Memangnya kau punya nomor ponselku?," Elzia terlihat bodoh.

Yudha kembali tersenyum, pria itu tak menjawab. Ia hanya bangkit dari kursinya dan mendekat pada Elzia untuk mencium kening wanita itu.

Wajah Elzia memanas dan tentu saja berubah menjadi merah. Semua mata menatap ke arah mejanya sejak tadi, dan kini disuguhkan oleh pemandangan ala Romeo dan Juliet.

Yudha mengacak puncak kepala Elzia dengan lembut sebelum pergi.

"Aku akan merindukanmu," ujarnya.

Elzia yang masih terpaku di tempatnya pun segera sadar dan menatap Yudha lekat-lekat.

"Hati-hati di perjalanan, jangan lupa berdoa," ujar Elzia.

Yudha kembali tersenyum dan segera berbalik menuju area parkir lagi dimana Jimmy telah menunggunya. Elzia pun kembali fokus pada modulnya meskipun tidak seratus persen.

Jessica yang sudah geram sejak tadi pun segera menghampiri meja Elzia dan menumpahkan jus di kepala wanita itu.

Elzia terkejut setengah mati karena siraman jus yang dingin. Ia menatap Jessica yang sedang tersenyum puas di hadapannya.

"Bagaimana rasanya? Segar?," tanya Jessica.

"Apa yang kau lakukan Jess?," tanya Elzia.

"Yang kulakukan? Membangunkanmu dari tidur panjang!!! Sadar diri Elzia Vallerie!!! Kau itu hanya kotoran!!!," teriak Jessica yang disaksikan oleh semua pengunjung kantin.

Byurrr!!!

Siraman kuah bakso panas yang penuh dengan sambal dan kecap pun mendarat di tubuh Jessica dengan sukses!!!

Jessica menatap ke arah wanita yang menyiramnya, namun tatapannya melemah seketika. Ia tak berani menatap wanita itu karena derajatnya sudah jelas..., jatuh dan tak berharga.

"Itu balasan karena kau berani menyiram orang yang tak pernah mengganggumu."

Elzia terpana dengan apa yang orang itu lakukan untuknya. Tampang Jessica seratus persen lebih buruk dari tikus got. Wanita itu pun menyodorkan sweater berwarna biru muda pada Elzia, Elzia pun menerimanya dengan rasa malu.

"Gantilah bajumu, nanti kau sakit," ujarnya.

Wanita itu pun berlalu setelah Jessica tak lagi berada di dekat Elzia. Elzia masih terpaku, ia menatap punggung wanita dari jurusan Ekonomi itu dengan pikiran yang penuh tanda tanya.

Wanita itu.

Cassandra Lee!

* * *

Ini lanjutannya...
Happy reading...
Luv u All...
Jgn lupa vote and comment 😊

Mrs. Lee (Sequel Of Divia ; Cinta Tak Berbatas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang