SEBUAH PERMULAAN
Yudha menatap jendela kantornya dengan tatapan kosong. Sudah hampir enam bulan berlalu sejak Elzia pergi, dan selama itu pula Yudha selalu saja terdiam dengan tatapan yang sama.
Tatapan kehilangan.
Agra mendekat kepada puteranya tersebut dan berdiri di sampingnya.
"Papa tidak pernah mengajarimu untuk membohongi orang lain," ujarnya pelan.
"Aku tidak bermaksud membohonginya Pa..., aku hanya ingin tahu apakah dia bisa menerimaku meskipun aku bukan berasal dari keluarga besar manapun," jelaa Yudha.
"Kondisinya berbeda Yudha..., Elzia adalah wanita yang sangat tahu menempatkan dirinya. Dia tidak akan melakukan hal-hal yang akan membuatmu kecewa. Bayangkan..., Mikail yang dulunya notabene adalah seorang playboy pun memiliki penilaian yang berbeda terhadap Elzia, lalu bagaimana bisa kau justru membohongi wanita baik-baik seperti dia?."
Yudha menatap Agra seraya tersenyum lelah.
"Lalu apa gunanya kita membicarakan ini sekarang Pa? Semua sudah terlambat, Elzia tak ingin melihatku lagi dalam kehidupannya," ujar Yudha, penuh rasa putus asa.
Agra hanya bisa mendesah pelan, Yudha memang anak yang paling sulit untuk dihadapi.
Cassandra mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan Yudha setelah mendengar pembicaraan Papa dan Kakaknya itu. Ia memutuskan untuk pergi menemui Divia di kantornya.
Berulang kali ia berpikir keras tentang cara untuk mengembalikan kepercayaan Elzia terhadap Yudha, dan pada saat yang sama ia menemui jalan buntu dalam pikirannya.
Divia sudah menyelesaikan beberapa berkas dan menyerahkan sisanya pada Bryan saat Cassandra tiba di ruangannya dengan wajah muram.
"Ada apa denganmu? Apakah Mikail berbuat sesuatu yang membuatmu sedih?," tanya Divia, khawatir.
Cassandra menggelengkan kepalanya, ia pun memeluk Divia yang sudah berdiri di hadapannya. Ia menangis.
"Harusnya aku lebih peka terhadap El..., harusnya aku tahu kalau pria misterius yang dicopetnya waktu itu adalah uncle..., seharusnya aku tahu agar semua tidak menjadi berantakan seperti ini," sesalnya.
Divia membelai rambut panjang Cassandra dengan lembut.
"Hei..., adikku yang cantik ini tidak boleh menangis. Dengarkan aku..., aku akan berusaha mencari di mana keberadaan Elzia dan aku akan bicara dengannya. Serahkan padaku, aku akan mengembalikan keadaan seperti semula," janji Divia.
Cassandra menganggukan kepalanya sambil mengusap airmatanya yang masih mengalir. Ia benar-benar berharap.
* * *
Bryan memarkirkan mobilnya di depan kantor milik Yudha, ia bergegas masuk untuk menemui Jimmy yang sudah jelas berada di ruangannya sendiri.
Pria itu sedikit terkejut saat menatap wajah Bryan yang tiba-tiba muncul di kantornya.
"Hai Bryan..., ada perlu apa sehingga kau datang tanpa memberitahuku?," tanya Jimmy.
"Aku mau bertanya tentang keberadaan Elzia, Divia memintaku untuk menemuimu," jawab Bryan, tanpa basa-basi.
Jimmy mendesah pelan.
"Yudha sudah menemuinya, itu sudah lewat sebulan yang lalu. Tapi Elzia tetap tidak mau bertemu lagi dengan Yudha, dan... ."
"Berikan saja alamatnya!," tegas Bryan.
Jimmy menatap Bryan dengan kesal.
"Kalau aku tidak mau?," tantang Jimmy.
"Maka kau akan lihat bagaimana Iblis betina bangun dan murka di hadapanmu," jawab Mikail, yang entah sejak kapan berada di ambang pintu ruangan itu.
Bryan tetap menatap Jimmy dengan datar. Mikail mendekat.
"Dan di tambah dengan murkanya Iblis jantan yang sedang berdiri di hadapanmu saat ini," ancam Mikail.
"Kenapa aku harus takut?," ejek Jimmy.
"Karena, ketika aku menelepon adik kesayanganku..., Arka, maka tamatlah riwayat Helena Wallis di tangan Bella Mothkva," jawab Mikail dengan senyuman Iblisnya.
Bryan dan Mikail pun beradu tatap.
"Aku tidak suka saat Ratuku pulang dengan airmata di wajahnya, dan penyebabnya adalah patah hati Kakak iparku," ujar Mikail.
"Lalu apa hubungannya dengan Helena Wallis?," tanya Bryan.
"Itulah masalahnya..., si bajingan munafik ini diam-diam bekerja sama dengan Helena Wallis untuk menyingkirkan Elzia dari kehidupan Yudha. Helena..., bertujuan ingin menjadi Nyonya Lee, sementara bajingan ini bertujuan ingin memiliki perusahaan sendiri atas namanya," jelas Mikail, dengan wajah dramatis.
"Ah..., jadi Helena menjanjikan sebuah perusahaan pribadi untuknya jika dia berhasil menjadi Nyonya Lee setelah menikah dengan Yudha?," tebak Bryan.
HAHAHAHAHAHAHA!!!
Mikail dan Bryan tertawa terbahak-bahak tanpa beban. Wajah Jimmy memerah karena emosi yang sedang berusaha ia tahan.
"Sebuah mimpi yang teramat sangat konyol," ejek Bryan.
"Ya..., percayalah aku sudah tertawa sendiri di mobil selama dalam perjalanan ke sini ketika mendapatkan informasi itu," tambah Mikail yang masih tertawa terpingkal-pingkal.
Seseorang membuka pintu dan ikut berpesta dalam derai tawa yang luar biasa itu.
"Aku sudah mendengar semuanya..., luar biasa..., bagaimana Yudha bisa mempercayai orang ini dan menjadikannya sekretaris???," tanya Ari.
"Kau ada di sini?," tanya Mikail.
"Aku baru saja selesai rapat dengan Agra Prasetya Lee..., oh ya..., apakah kalian ingat waktu Divia akan di paksa berjodoh dengan Arizh Alfredo dan melarikan diri dari rumah? Agra Prasetya Lee langsung menceraikan Martha Lee yang saat itu berstatus Nyonya Lee tanpa berpikir dua kali. Jadi..., apa yang akan di dapatkan perempuan tolol bernama Helena itu jika Yudha tahu tentang masalah ini?," pancing Ari.
"Tentu saja..., kehancuran!!!," jawab Bryan, dingin.
HAHAHAHAHAHAHAHA!!!
Ari dan Mikail kembali tertawa terbahak-bahak.
"Aku sudah tak sabar ingin melihat seseorang di hancurkan oleh anggota keluarga Lee," ujar Mikail.
"Aku pun begitu," tambah Ari.
Bryan kembali menatap Jimmy yang sudah terpojok.
"Jadi..., kaulah yang mampu menentukan semuanya saat ini. Berikan alamat Elzia padaku, atau kau akan hancur hanya dalam hitungan detik," ancam Bryan.
"Dan jangan coba-coba melapor pada Helena, biarkan saja dia berpikir bahwa dirinya akan menjadi Nyonya Lee, lalu kami yang akan menghancurkannya dengan cara kami sendiri," tambah Mikail.
Jimmy tak punya pilihan lain, ia pun menuliskan alamat di atas sebuah kertas dan menyerahkannya pada Bryan.
"Bagus..., kau cukup pintar untuk tak menghancurkan dirimu sendiri hanya karena sebuah tawaran recehan dari Helena. Aku akan merahasiakan pengkhianatanmu pada Yudha, tapi tetaplah diam di tempatmu dan bekerjalah seperti biasanya. Kabari aku, jika Helena menghubungimu," Ari memberikan penawaran.
"Ya..., aku akan mengabarimu," balas Jimmy, pasrah.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Lee (Sequel Of Divia ; Cinta Tak Berbatas)
Teen FictionAku melihatmu, bukan karena siapa dirimu, berasal darimana, pantas atau tidak. Tapi aku melihatmu, karena hatiku menginginkan demikian. - Yudha Yudhistira Lee - Aku masih tak mengerti, pertemuan pertama kita bahkan jauh dari kata mengesankan. Bagaim...