BAGIAN 4

483 61 20
                                    

HEART IS OPEN

Yudha meletakkan semua berkas di atas nakas samping tempat tidur. Kamar hotel itu berukuran cukup luas sehingga ia merasa harus hati-hati menyimpan berkas agar tak terlupakan.

Usai mandi dan mengganti baju, ia segera meraih ponselnya dan melihat-lihat inbox pada e-mailnya dari Jimmy. Semua berisi foto milik Elzia saat berada di kampusnya.

Yudha tersenyum-senyum sendiri. Jemarinya menekan nomor ponsel Elzia dan menunggu jawaban.

"Halo...," suara Elzia terdengar sangat merdu - bagi Yudha.

"Hai..., sudah selesai belajarnya?," tanya Yudha tanpa basa-basi.

"Ya..., ya..., sudah selesai. Baru saja," Elzia langsung berubah menjadi gugup.

"Kau sakit? Kenapa suaramu terputus-putus?," pancing Yudha yang sebenarnya sedang menahan tawanya.

"Aku..., aku baik-baik saja," jawab Elzia.

"Benarkah? Oh ya..., aku ingin bilang kalau hari ini kau cantik sekali saat memakai baju berwarna orange cerah, sangat cocok dengan warna rambutmu," ujar Yudha.

Elzia pun segera berpaling dan menoleh ke sekitarnya seakan mencari sesuatu.

"Kau ada di Singapore kan?," tanya Elzia.

"Ya..., aku di Singapore, bahkan aku baru saja selesai mandi setelah rapat panjang dengan dewan direksi. Memangnya kenapa?."

"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku pakai baju berwarna orange?," Elzia seperti orang bodoh.

Yudha tertawa, ia tak dapat menahannya lagi. Elzia sampai harus menjauhkan ponselnya sesaat dari telinganya karena agak terganggu.

"Aku punya banyak mata untuk memperhatikanmu, jadi selama aku tak ada jangan coba-coba berbuat macam-macam."

Elzia tersenyum jengkel.

"Contoh perbuatan macam-macam yang kau maksud itu apa?," Elzia menantang.

"Jangan keluar malam," jawab Yudha cepat.

"Hah? Lalu bagaimana aku akan pergi bekerja kalau tak boleh keluar malam?," Elzia menggerutu.

"Berhentilah bekerja. Lagipula gajimu juga tak seberapa dan lebih banyak kau menerima rasa lelah," balas Yudha.

Elzia mencibir tanpa sepengetahuan Yudha.

"Lalu kau pikir makanan dan uang akan jatuh dari langit jika aku tak bekerja?."

Yudha terkekeh.

"Akan kusuruh Jimmy mengantarkan makanan kapanpun kau mau."

"Aku takkan makan uangmu."

"Benarkah? Lalu kenapa mencopetku jika tak berniat memakan uangku? Lagipula siapa menyuruhmu makan uang?."

Elzia terdiam sesaat dan memikirkan apa yang Yudha katakan. Makan uang???

"Sekarang aku yakin sekali kalau kau sudah gila," Elzia membuat kesimpulan.

"Ya..., kau penyebabnya. Jadi mulai sekarang kau harus bertanggung jawab atas kegilaanku," Yudha membulatkan keputusan.

Elzia gemas setengah mati dan segera menutup ponselnya. Ia meneguk segelas jus mangga di hadapannya dalam sekali teguk karena kesal.

"Kau terlihat sangat kehausan," ujar Cassandra yang entah sejak kapan telah berada di hadapannya.

Elzia terbatuk-batuk sesaat. Cassandra memutar kedua bola matanya dan segera menyodorkan sekotak tissue pada Elzia.

"Kau seperti adikku, ceroboh...," ejeknya.

"Kau yang datang seperti hantu, tak bersuara tapi tiba-tiba muncul begitu saja," balas Elzia.

Cassandra hanya mengabaikan kata-kata Elzia dan segera membuka modulnya. Elzia mengeluarkan sweater milik Cassandra yang dipinjamkan oleh wanita itu kemarin. Ia menyodorkannya.

"Ini kukembalikan, thanks," ujar Elzia.

Cassandra tak berpaling dari modulnya.

"Kau terlalu lemah. Untuk menyingkirkan Jessica pun kau tak mampu. Padahal kalau mau dibandingkan, kau lebih segala-galanya dari dia," ujar Cassandra.

Elzia mendesah pelan.

"Kecuali kekayaan, itu yang membedakan statusku dengan Jessi," balas Elzia.

Cassandra tersenyum miring, pertanda ia mengejek. Elzia merasa bingung.

"Jadi harta bisa membuat dia terinjak hah? Kalau begitu aku bisa menginjaknya dengan mudah ya...," Cassandra melirik ke arah Jessica yang sedang menatapnya karena duduk bersama Elzia.

"Cassandra..., kau tak perlu main-main dengannya," bisik Elzia.

"Oh El..., kau terlalu penakut! Dia itu takkan berani macam-macam denganku," balas Cassandra.

"Ya aku tahu, tapi bukan berarti kau harus menggunakan kekuasaanmu untuk menghakiminya. Dia takkan berubah jika kau memakai cara seperti itu," cegah Elzia.

Cassandra kembali memutar kedua bola matanya karena gemas pada Elzia.

"Sekarang kau terdengar seperti Kakakku," ejek Cassandra.

"Kalau begitu Kakakmu mengajarimu dengan benar, kau tak boleh bertindak diluar batas. Bukan karena nama baik, tapi karena harga dirimu sebagai wanita," tambah Elzia seraya membereskan modulnya.

"Hei..., kau mau kemana?," cegah Cassandra.

"Pergi! Aku tak mau bicara dengan orang yang hobi menggunakan kekuasaan," jawab Elzia.

Cassandra berdecak.

"Maaf, aku takkan melakukan apapun pada Jessica. Janji...," ujar Cassandra memohon dengan memperlihatkan puppy eyes-nya.

Elzia mendesah sesaat lalu kembali duduk. Cassandra mengabaikan modulnya dan fokus pada Elzia.

"Kau masih bekerja di cafe?," tanya Cassandra.

"Ya..., aku masih harus bekerja di sana jika ingin tetap kuliah. Kau jarang datang akhir-akhir ini," Elzia mencari tahu.

"Aku sedang malas keluar, lagipula Kakakku yang paling tua sedang keluar negeri, jadi tak ada yang mengantarku," jawab Cassandra.

"Kakak perempuanmu sering datang setiap sore ke cafe bersama anak SMA," Elzia memberi tahu.

"Pria???."

"Wanita!!!."

"Oh..., ku kira dia suka dengan berondong," Cassandra berkomentar pedas.

"Aku belum pernah lihat dia membawa pria selain bodyguard-nya selama ini."

"Divia memang tak pernah membawa pria manapun ke cafe, bahkan sahabat-sahabatnya. Tempat itu berkesan untuknya, tapi entah dengan pria mana kesan itu terukir."

Cassandra terlihat berpikir.

"Kau masih tak mau bicara dengannya?," bujuk Elzia.

Cassandra menggelengkan kepalanya.

"Dia baik sekali, aku melihat sikapnya pada anak SMA itu. Dia seakan mencurahkan rasa sayangnya yang tak bisa dia beri untukmu pada gadis itu. Pelampiasan..., tapi sangat tulus," Elzia terus memikirkan bagaimana sikap Divia yang ia lihat.

"Bisa kita membicarakan yang lain? Aku malas membicarakannya," pinta Cassandra.

Elzia hanya bisa menggelengkan kepalanya pertanda bahwa dirinya menyerah membujuk Cassandra.

"Mungkin hanya keajaiban yang bisa membuka hatimu untuk Kakakmu sendiri."

* * *

Ini lanjutannya...
Happy reading...
Jgn lupa vote and comment 😊

Mrs. Lee (Sequel Of Divia ; Cinta Tak Berbatas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang