BAGIAN 12

401 47 9
                                    

A REAL HUG!

Helena menyeret Mellisa untuk mengikuti Elzia ketika kelas berakhir. Elzia tak menyadari hal itu dan terus saja berjalan menuju taman di belakang kampus.

Jessica terlihat keluar dari ruangan khusus milik Isabella Maureen Motkhva. Helena dan Mellisa pun berhenti mengikuti Elzia untuk menghampirinya.

"Hei, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?," tanya Helena.

Jessica mengusap airmatanya dengan kasar, lalu menatap Helena dan Mellisa bergantian.

"Divia dan Cassandra Lee mengancamku untuk mengembalikan dompet yang dicopet oleh perempuan jalang itu!!! Mereka benar-benar mengancamku!!!," ujar Jessica dengan kasar.

"Sialan!!! Jadi dia benar-benar mengadukanmu ya???," Mellisa memutar kedua bola matanya.

"Kalian harus lakukan sesuatu pada perempuan jalang itu!!! Dia harus diberi pelajaran!!!," Jessica benar-benar kesal.

"Tenang saja, kami berdua sudah punya rencana," ujar Helena dengan smirk jahatnya.

Elzia melipat kembali surat itu dan memasukkannya ke dalam tas. Ia tak mendengar langkah kaki seseorang yang telah mendekatinya dari arah belakang. Hingga ketika ia menoleh...,

Bugh!!!

Sebuah pukulan mendarat dengan keras di wajah Elzia sehingga membuatnya terjatuh di atas rerumputan. Kepalanya seketika menjadi pusing dan pandangannya mengabur. Elzia berusaha untuk bangkit.

Sebuah tangan menjambak rambutnya dengan keras.

Arrrrggghhhh!!!

Elzia menjerit kesakitan.

"Bagaimana rasanya? Sakitkan???."

Elzia mengenal suara itu. Helena!

"Ini balasan karena kau berani mengadukan Jessica pada Divia Lee!!!," tambah Helena.

Bugh!!!

Satu pukulan lagi mendarat di wajah kiri Elzia. Elzia hanya bisa menangis dan pasrah. Ia tak mampu melawan sama sekali.

"Kau harusnya sadar, bahwa kau hanya sampah!!! Siapa dirimu sehingga berani mengadu pada Puteri keluarga Lee???," bentak Helena.

"Wanita jalang tidak tahu diri!!! Kau harusnya berada di kubangan lumpur agar sadar seberapa rendah derajatmu!!!," tambah Mellisa.

Plakkk!!!

Plakkk!!!

Helena menampar pipi Elzia dua kali dengan keras. Wajah Elzia memerah dan rasa sakitnya mulai menjalar ke kepala.

"Aku mohon..., hentikan..., sakit...," rintih Elzia.

Airmatanya semakin deras, Helena dan Mellisa hanya tertawa mendengar rintihan itu. Mereka tak berniat berhenti.

Mellisa mengambil gunting dari dalam tasnya dan mendekat pada Elzia. Wanita itu sudah bersiap untuk menggunting rambut Elzia, Helena tersenyum jahat.

"Rambutmu ini sepertinya harus dirombak ulang, sangat jelek kulihat saat ini," ujar Mellisa.

"Jangan..., aku mohon jangan...," Elzia memohon sambil terisak.

Airmatanya mengalir deras, kedua pipinya masih terasa sakit dan kini rambutnya akan digunting oleh kedua perempuan berhati Iblis.

Mellisa mencengkram rambut Elzia dan bersiap mengguntingnya.

"Katakan selamat tinggal pada rambut indahmu!!!," desisnya jahat.

"BERHENTI!!!."

Satu teriakan keras cukup untuk menghentikan perbuatan Helena dan Mellisa. Tatapan mata itu menghunjam tepat pada mereka berdua. Mereka pun lari ketakutan meninggalkan tempat itu.

Yudha Yudhistira!

Pria itu segera mendekat dan meraih tubuh Elzia. Elzia memeluknya sambil menangis. Yudha membiarkannya dan membalas pelukan itu.

"Maaf karena aku terlambat," bisik Yudha yang sangat merasa menyesal.

Elzia masih terisak.

"Kau..., ti..., dak..., terlambat...," balas Elzia terbata-bata.

"Katakan padaku mana yang sakit?," Yudha memperhatikan wajah Elzia yang memar.

Perlahan Yudha menyentuh memar itu sehingga Elzia kesakitan. Ia kembali memeluknya.

"Ayo kita ke dokter," ajak Yudha.

Ia memapah tubuh Elzia menuju mobilnya di area parkir. Tubuh Elzia sangat lemah, Helena benar-benar menyiksanya tanpa ampun. Yudha segera membawanya ke rumah sakit terdekat.

Di rumah sakit, seorang Dokter memeriksa memar-memar di wajah Elzia dan tak lama ia keluar dari ruang perawatan untuk menemui Yudha.

"Memarnya cukup parah, tapi akan sembuh dalam beberapa hari ke depan. Yang saya khawatirkan adalah psikologisnya, dia terlihat sangat shock dan terguncang," jelas Dokter tersebut.

Yudha segera masuk ke ruang perawatan setelah Dokter pergi. Elzia menatapnya dan berusaha untuk bangun.

"Hei, istirahatlah dulu. Jangan lakukan apapun," cegah Yudha dengan hati-hati.

Mata Elzia kembali berkaca-kaca. Yudha duduk di sampingnya seraya membelai rambut wanita itu dengan lembut. Elzia bersandar di bahu Yudha sehingga pria itu bisa menepuk punggungnya pelan-pelan.

"Terima kasih," bisik Elzia.

"Aku tak melakukan apapun. Kau terluka, karena aku tak menjagamu dengan baik," balas Yudha.

Elzia kembali terisak, ia menggelengkan kepalanya.

"Kau sudah berbuat terlalu banyak. Kau sudah terlalu berlebihan dalam menjagaku dari mereka. Aku yang tak tahu diri karena terus berpikir bahwa dirimu hanya berpura-pura peduli padaku."

Yudha mengeratkan pelukannya, seraya membelai rambut Elzia.

"Tak masalah, kau boleh berpikir apapun tentangku. Itu instingmu, karena kau memang tak bisa seratus persen percaya pada pria asing, dan aku masih asing untukmu. Jangan sesali, itu hal yang alami," Yudha menenangkan Elzia.

Elzia membalas pelukan Yudha dan membiarkan dirinya tenggelam dalam rengkuhan pria itu. Sesaat semuanya begitu hening, hanya ada suara nafas mereka masing-masing yang begitu pelan.

Mereka memaknai saat itu dengan perasaan masing-masing.

"Aku mencintaimu Elzia Vallerie, aku sangat mencintaimu," ungkap Yudha sekali lagi.

Dan kali ini, Elzia tersenyum saat mendengarnya.

Kenapa perasaanku menjadi begitu tenang dalam dekapanmu???

* * *

Ini lanjutannya...
Happy reading...
Jgn lupa vote and comment 😊

Mrs. Lee (Sequel Of Divia ; Cinta Tak Berbatas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang