Namun...
"Mwo? Kenapa dengan, Seung? Ahhh... Baiklah, aku akan kesana..." ahjumna terlihat khawatir saat menelpon. Baek yang tak tahu apa-apa, bingung dengan apa yang terjadi. "Baek, ayahmu... Ayahmu kecelakaan. Dia sedang kritis. Maafkan, ahjumna, Baek... Kita harus kesana sekarang", ujar ahjumna itu dan mengajak Baek ke rumah sakit, setelah ibunya pun dibawa kesana. Baek mengikuti perkataan ahjumna-nya sambil terus menangis lemah.
Saat di rumah sakit...
"Dokter, bagaimana keadaan, Seung? Apakah masih kritis?" tanya ahjumna Baek pada dokter. Namun, sang dokter menggeleng pelan. Bagai tak ada harapan lagi untuk menyelamatkan nyawa ayah Baek.
"Appa... Ayo, lihat appa, ahjumna... Appa baik-baik saja, kan?" tanya Baek sambil terus menerus menarik ahjumna-nya. Meminta untuk mengantarkannya ke ruangan ayahnya berada. Namun, sang ahjumna hanya diam dan menangis. Kemudian, memeluk Baek dengan penuh kasih sayang. "Ada apa dengan, appa? Jawab ajhumna..."
"Maaf, Baek... Ayahmu sudah tiada... Aku turut berduka cita, Baek... Maafkan ahjumna, Baek..." ujar ahjumna menangis pelan. Baek juga ikut menangis. Tangisannya menggema di lorong rumah sakit. Baek merasa hatinya sakit. Bayangkan saja, dimana kedua orang tuanya meninggal bersamaan.
"Baek, kau pulang dengan ahjumna. Chan akan senang kalau kau ke rumah. Kau tak mungkin sendirian di rumahmu, kan?" kata ahjumna, atau ibu Chanyeol sahabatnya. Baek mengangguk pelan seraya memeluk nyonya Park. Dia ikut hingga ke rumah Chanyeol. Pemakaman kedua orang tuannya mungkin masih besok pagi. Dan, besok adalah hari terakhir dimana Baek bisa melihat wajah ibu dan ayahnya.
"Baek... Kau kesini? Ahhh... Eomma, kau yang membawa Baek kesini?" sambut Chanyeol senang. Namun, tak seperti dirinya, Baek dan ibunya sembab dengan air mata. Bahkan Baek masih menangis. Air matanya terus bergulir.
Nyonya Park menjelaskan semua yang terjadi pada anaknya. Seketika, Chanyeol ikut menangis, ia turut sedih dengan apa yang terjadi.
"Chanyeol, Baek akan disini beberapa waktu, hingga sanak saudaranya memutuskan dia ikut siapa. Bolehkan Chan?" pinta ibunya, dan tentu saja Chan mau jika sahabatnya tinggal disini. Dengan bahagia Chan mempersilahkan Baek memilih kamar. Namun Baek ingin tidur bersama Chan, dan sahabatnya menyetujuinya dengan senang hati.
"Ahhh... Bahagianya diriku bisa tidur dengan kau, Baek... Aku bahkan tak memiliki teman untuk tidur. Meski aku punya kakak. Yah... Bagaimanapun, Yoora noona tak akan mau menemaniku tidur", celetuk Chan saat waktu tidur tiba. Namun, Baek tak menanggapi apapun kecuali tangisannya yang berlanjut. "Baek... Sudahlah... Mereka tak akan kembali meskipun kau menangis sepanjang malam. Tidurlah, Baek... Atau kau akan bangun kesiangan saat pemakaman besok."
"Ne, Chan... Arraseo. Tapi aku lapar..." ujar Baek sambil memegang perutnya yang berbunyi.
"Ah, eomma... Baek lapar... Memangnya kita tak makan malam?" teriak Chanyeol menghampiri ibunya.
"Ne, Chan... Ibu lupa... Ini ibu masih memasak... Tunggu, ya, sayang", ujar nyonya Park. Chan duduk di kursi makan bersama Baek. Di kursi lain, duduklah eonni Chan yang bernama Park Yoora.
"Chan, dimana ayahmu? Dia belum pulang?" tanya Baek berbisik. Chan menjawabnya dengan mengangguk pelan. "Katanya, sih, ayahku sedang sibuk di Seoul. Jadi, bagaimanapun juga dia masih disana malam ini", jawab Chan juga berbisik. Setelah lama menunggu, makan malam sudah tersedia.
Mereka menyantap makan malam dengan mengobrol sesekali. Setelah makan malam, semuanya kembali ke kamar tidurnya masing-masing. Baek tertidur tanpa ada isakan tangis lagi. Chan bersyukur kawannya bisa tertidur nyenyak hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Best Friend - EXO Vampire
Hayran KurguAnak kecil itu merasa dunia tak adil padanya... Bahkan saat dia bahagia, kesengsaraan terus saja mengikuti... Namun, saat sahabatnya datang memberikan bantuan, semua terasa indah dan canda tawanya mulai terpancar lagi... Disitulah ia memahami jika...