6 - Kita Dikejar

3.3K 120 0
                                        

Ternyata Jenni dibawa ke parkiran. Setelah sampai didepan mobil dia melepaskan genggamannya.

Dibuka pintu mobil penumpang. Lalu dia lempar tasnya dan tas Jenni.

"Cepat masuk!"

"Nggak!" Kata Jenni jutek. Lalu Jenni mengambil langkah ingin meninggalkannya tapi tidak berhasil. Tangannya kembali ditarik lagi dan dipaksa masuk ke mobil.

Tinn..tinn..tinnnn...

"Bukain pak!" Perintahnya ke satpam.

"Mau kemana den? Masih jam pelajaran. Nanti saya kena marah kepala sekolah."

"Cepetan pak! Saya disuruh guru piket anterin dia ke dokter."

"Siap den."

Sukses sudah itu satpam dibohongin.

"Kita mau kemana?" Tanya Jenni galak. Tapi tidak dihiraukan sama sekali.

Tidak lama kemudian dia baru membuka mulutnya.

"Kenapa tangan lu sakit?"

Ternyata dari tadi Juna menyadari Jenni yang sedang mengurut pergelangan tangannya.

"Ya lah jelas! Lu nariknya nggak pakai otak!"

Kemudian tiba-tiba saja dia ngebut. Tau sendiri gimana kecepatan mobil bertipe sport kalau sudah digas kuat-kuat.

 Tau sendiri gimana kecepatan mobil bertipe sport kalau sudah digas kuat-kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Eh..eh... awas! Ada orang mau nyebrang gila!" Tapi tetap tidak dihiraukan dan Juna masih saja ngebut.

Orang yang hampir ditabrak tersebut berteriak mengutuk kesal. Tentu saja pasti kesal. Orang itu melompat kaget sama seperti yang pernah Jenni alami.

"HEH GILA! Lu tadi hampir bunuh orang woy!" Teriak Jenni padanya.

Tiba-tiba saja dia rem mendadak dari posisi ngebut. Hampir saja kepala Jenni menabrak dashboard mobil. Tapi lengannya sudah keburu menahan dada Jenni sehingga kepala Jenni aman-aman saja.

"WOY BANCI GILA! Untung ini tempat sepi. Kalau rame lu udah bikin tabrakan beruntun tau nggak!"

"Katanya tangan lu sakit ya gue ngebut. Sekali gue berhenti lu juga ngomel. Mau lu apa sih?!"

"Ya tapi lu nggak usah berhenti dadakan juga! Bawa mobil juga pelan dikit nggak bisa apa?! Lagian apa hubungannya sih tangan gue sakit sama lu ngebut."

Darah Jenni sudah naik sampai ubun-ubun.

Gue bisa cepat kena struk ini mah marah-marah mulu.

Tiba-tiba saja Juna mendekatkan badannya ke arah Jenni. Mukanya sangat berdekatan seperti ingin mencium. Matanya tidak berhenti menatap. Langsung saja Jenni tutup mukanya dengan kedua tangan sambil berteriak.

Tek.. Bunyi sabuk pengaman dipasang.

"Hahahaa... Lu pikir gue mau cium lu? Dasar mesum." Tawanya sangat menjengkelkan. Ingin Jenni berdebat tapi sudah terlanjur malu.

"Kalau mau gitu-gituan nanti aja dikamar gue" Katanya lagi.

Jenni hanya diam tak merespon karena sudah terlanjur malu. Sepanjang jalan dia hanya senyam-senyum. Tapi mending dia senyam senyum seperti ini dari pada marah-marah kayak tadi.

Tiba-tiba saja mukanya berubah serius.

"Pegangan yang kuat." Katanya tiba-tiba.

"Ada apaan emangnya? Awas ya kalau ngebut lagi."

"Ada yang ikutin kita."

"Hah? Siapa?" Tanyanya kaget. Jenni melihat kebelakang ada sekitar dua mobil tanpa plat yang mengikuti.

"Udah pegangan aja yang kuat. Buka laci depan lu ambilin pistol gue."

Segera Jenni buka laci dan hanya menatap pistol tersebut.

"Cepetan sini pistolnya."

Reflek Jenni langsung mengambil pistol tersebut dan menyerahkannya. Tangannya gemetaran memegang pistol itu. Jenni benci menyentuh benda ini.

Berbeda dengan Juna yang sangat santai memegang pistol sambil mengendarai mobil.

Tiba-tiba saja diperempatan ada tambahan dua mobil dan dua motor. Mereka semua menutupi diri dengan helm hitam dan baju serba hitam.

"Shitt!! Dimana sih bodyguard gue." Sambil memukul stir kemudinya.

Kemudian Juna mengambil handphone yang berada disakunya dan memberikan ke Jenni.

"Buka Hp gue. Password 2211. Terus buka kontak cari yang namanya bodyguard terus telp."

"Yang mana? Nomornya banyak banget." Kata Jenni panik.

"Yang mana aja. Loudspeaker."

"Kalian pada dimana sih?! Gue diikutin orang nih!"

"Maaf tuan kita ketinggalan waktu tuan ngebut. Lokasi tuan dimana? Perlu saya kasi tau nyonya dan tuan besar untuk kirimin pasukan?"

"Jangan kasi tau mom dad. Nanti ribet! Gw disekitar pasar pagi. Cepetan susul. Gue ulur mereka daerah sini."

Naughty KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang