Penderitaan Jenni dimulai sejak hari pertama dia masuk sekolah. Yang dilakukan adalah menampar dan menghina pangeran sekolah yang juga ternyata ketua geng + preman sekolah bernama Juna.
Ternyata kata preman tidak cukup untuk menilai mereka. Bisa dib...
"Iya silahkan masuk" kata orang didalam ruangan tersebut.
"Permisi."
Didalam sana terlihat satu wanita berumur empatpuluh tahun dengan wajah tegang sedang berdiri didepan meja dan satu lagi yang sedang duduk dibalik meja adalah wanita berusia empatpuluh tahunan juga yang sedang tertawa terbahak-bahak sambil melihat layar di Hp-nya.
"Ya, ada apa ya?" Kata wanita berwajah tegang tersebut.
"Permisi bu, saya murid baru dan ingin bertemu dengan kepala sekolah."
"Oh ya silahkan duduk." Wanita tersebut mengarahkan ke sofa ditengah-tengah ruangan tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mana berkas-berkas kamu?"
"Ini bu." Gue mengeluarkan amplop berwarna coklat dari dalam tas.
"Kenapa kamu baru pindah saat sudah kelas duabelas dan sudah lewat dua bulan?" Tanyanya ramah.
"Anuu buu. Eeee... Ada urusan keluarga hingga saya harus pindah kesini."
"Berarti kamu bisa masuk kelas 12-B ya."
"Baik bu, terima kasih." Segera gue menuju pintu keluar.
"Tunggu!" Kata seorang wanita yang dari tadi duduk dibelakang meja.
"Ya bu?"
"Sini mendekat."
Setelah Jenni mendekat wajahnya terlihat sangat terawat dan pasti waktu mudanya dia sangat cantik. Sekarang aja masih terlihat cantik banget.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa kamu yang ada divideo ini?" Mukanya berubah serius.
Shit mampus gue!Kenapa videonya bisa langsung kesebar gini sih.
"Eeee.... Iya bu. Maaf bu saya bikin ulah dihari pertama sekolah" Gue menundukan kepala.
"Ohh.. tenang aja tidak apa-apa." Sambil sedikit tertawa. Lalu tiba-tiba ekspresinya berubah serius lagi.
"Kalau boleh tau, permasalahannya seperti apa? Kenapa kamu menamparnya?"
Otomatis Jenni menceritakan kornologi tersebut.
"Menurut saya dia pantas dipukul bu karena setelah hampir menabrak dia tidak ada penyesalan sama sekali. Anak seperti itu pasti dimanja dan menurut saya harus diajarkan tata karma."
"Hahahaaaa....kamu boleh pergi." Wanita tersebut teratawa tidak berhenti sampai gue menutup pintu.
Shit! Baru aja didalam tegang sekarang sepertinya gue bakal dihabisin. Sial banget bisa ketemu ini cowok. Dia balas dendam nggak ya kalau ketemu gue? Kalau dia balas dendam mampus dah gue.
Jenni berjalan cepat berharap dia nggak melihatnya.
"Heh! Tunggu" Teriaknyanya.
Jenni pura-pura tidak dengar dan tetap berjalan cepat. Tetapi dia lari lalu menarik kasar tangan Jenni.
"Aww.." Teriak gue kesakitan. Tarikannya yang kasar otomatis membuat sikut Jenni yang terluka ini terasa perih.
"Apa-apaan sih lu! Lepasin nggak! Sakit tau tangan gue! Dasar Banci!"
Seketika mukanya kembali dengan ekspresi menyeramkan dan satu tangannya lagi diangkat seperti ingin memukul.
"Stop-stop bro.. Cewek ini" Kata salah satu temannya.
Tangannya yang tadi hendak memukul Jenni berubah menggenggam kerahnya.
"Apa banci kata lu?!" Suaranya terdengar tajam.
"Iya lah jelas banci! Cuma cowok banci yang bikin cewek luka dan nggak minta maaf" Kata Jenni santai. Sumpah Jenni sendiri sebenernya takut ngomong seperti itu. Tapi Jenni gamau terlihat takut.
Cowok itu langsung aja menarik Jenni dengan kasar dan pergi meninggalkan kelima temannya. Jenni tentu saja memberontak. Tapi tangannya sangat kuat menggenggam tangan Jenni. Terlebih lagi tangan Jenni nggak kuat memberontak kuat-kuat karena sikutnya masih terasa sangat perih.
"Weh bro mau kemana?" Teriak salah satu temannya.
"Jangan ada yang ikutin gue!"
"Dasar cowok brengsek!" Jenni masih berusaha melepaskan genggaman tangannya.
"Apa?!" Tiba-tiba saja cowok tersebut berhenti berjalan dan langsung mengendong Jenni seperti karung beras.
"Heh! Apa-apaan lu! Turunin gue!! Turuninn cowok brengsek!!!" Tentu saja teriakan Jenni membuat orang-orang disekitar sana melihatnya.
Cowok brengsek ini membawa Jenni ke UKS.
Masih ada jiwa malaikat juga nih cowok. Gue pikir mukanya doang malaikat tapi hatinya iblis.
Cowok itu membanting Jenni diranjang. Lalu dia terlihat seperti mencari-cari sesuatu dilemari.
Bel tiba saja berbunyi tanda masuk kelas. Jenni langsung berdiri dan jalan menuju pintu keluar UKS. Tapi tangan cowok itu lebih cepat karena berada disebelah pintu dan langsung menutup pintu itu kembali dengan membantingnya. Lalu dikunci pintu tersebut dan dimasukan ke dalam saku celananya.
"Duduk! Selagi gue masih baik." Perintahnya.
Jenni kembali duduk diranjang UKS. Cowok itu menghampiri dan mencoba mengobati Jenni.
"Gue udah obtain luka lu. Sekali lagi bilang gue banci lagi gue telanjangin." Katanya pelan.
"Nama lu siapa? Kelas berapa?" tanyanya.
"Jenni, 12-B"
Terlihat senyuman tipis diujung bibirnya.
Loh, kok gue bego ya. Ngapain juga gue kasi tau. Sial karena muka malaikatnya ini berhasil membius gue sesaat. Tapi nggak-nggak gue nggak boleh mandang dia malaikat. Pokoknya dia iblis!
"Ternyata sekelas. Oke Jenni mulai sekarang lu harus ingat! Nama gue Juna dan gue nggak akan ampunin sikap lu ke gue tadi pagi. Mulai sekarang siap-siap aja!" Lalu dia meninggalkan Jenni begitu saja setelah memberi ultimatum.