Penderitaan Jenni dimulai sejak hari pertama dia masuk sekolah. Yang dilakukan adalah menampar dan menghina pangeran sekolah yang juga ternyata ketua geng + preman sekolah bernama Juna.
Ternyata kata preman tidak cukup untuk menilai mereka. Bisa dib...
Pagi harinya Jenni terbangun dengan kepala yang sedikit pusing. Terdengar suara berisik dari arah luar kamarnya. Jenni bangun dan menuju dapurnya untuk mengecek sekalian dia minum.
Disana Jenni melihat Juna yang sedang menuangkan makanan ke piring.
"Nih makan, habisin ya gue udah susah-susah masak."
Jenni menurut saja dan menarik kursi untuk makan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Di lemari makanan lu nggak ada yang lain apa selain makanan instan?" Tanya Juna.
"Gue nggak ada waktu buat masak. Kok lu ada disini Jun?"
"Nggak inget semalem siapa yang nolongin lu?"
"Kalo gitu, kenapa lu masi disini?"
"Mau bawa lu pulang."
"Ha? Maksudnya?"
"Ya maksudnya bawa lu pulang kerumah gue. Disuruh nyokap. Gue juga ogah bawa lu ke rumah kalau nggak karena disuru nyokap." Bohong Juna. Padahal selama ini dia merasa senang waktu Jenni tinggal ditempatnya. Hari-harinya makin berwarna. Tapi sejak Jenni sudah tidak tinggal dirumahnya dirinya merasa bosan.
"Yaudah bilang aja gue nggak mau.'
"Kenapa gitu? Harus mau pokoknya." Tanya Juna cepat.
"Ya pokoknya gue nggak mau satu rumah sama lu. Sudah cukup kemarin gue habis-habisan dikerjain lu."
"Ah! Terserah lu lah." Juna meninggalkan Jenni dengan kesal.
Saat Jenni sedang mencuci piring Juna meneriakinya.
"Jennn!!"
Jenni langsung menghampiri Juna yang berada dikamarnya. Juna membuka-buka lemari Jenni seperti mencari-cari sesuatu.
"Lu ngapain sih Jun! Sembarang banget buka-buka." Jenni merasa risih lemarinya dibuka-buka tanpa ijinya.
"Cari handuk." Jawab Juna singkat.
"Jangan buka!"
Tiba-tiba saja Jenni menutup kembali lemari pakaiannya yang ingin Juna buka.
"Apaan sih Jenn." Juna berusaha menggeser badan Jenni. Tapi Jenni tetap tidak mau beranjak dari tempat dan menutupi lemarinya dengan badannya.
"Nggak ada disini handuknya." Kata Jenni cepat.
"Kenapa sih panik gitu."
"Eemm... Soalnya disini a-daa..."
"Ada apa?"
"Eemm.. a-da... Ya ada pakaian dalam gue." Bohong Jenni.
"Lu mandi aja sana. Nanti gue ambilin handuk. Gue juga lupa ada dimana." Jenni sambil mendorong tubuh Juna menuju kamar mandi.
Kemudian Jenni membuka lemarinya lagi mengecek samurainya.
Aman - Batin Jenni.
Lalu Jenni mengambil samurainya untuk dipindahkan ketempat yang lebih tersembunyi. Saat Jenni menutup pintu dan membalikan badannya.
"Juna..." Reflek Jenni tutupi samurainya dengan badannya.
Jenni sangat kaget. Jantungnya berdetak kencang. Bingung apa yang harus dia katakan.
"Jenn, lu buat apa nyimpan samurai."
"Ee-mm buat jaga-jaga doang kok. Gue kan tinggal sendiri." Jawab Jenni cepat sambil meninggalkan Juna.
Juna memperhatikan ukiran samurai tersebut saat Jenni meninggalkannya. Didalam kamar mandi Juna terus berfikir. Sepertinya dia pernah melihat samurai tersebut. Tapi dia lupa dimana pernah lihat dan kapan.