"Pergi! Kumohon pergilah!" Teriak seorang gadis dibalik pintu kamarnya.
"Tidak sampai kau menerima hukumanmu," jawab pria diluar kamar.
"PERGI !! KAU-"
Brrakkkk....
Pria itu mendobrak pintu kamar gadis itu dengan mudah. Membuat gadis kecil itu semakin ketakutan dengan pria yang membawa tongkat bisbol."Sepertinya kau ingin dihukum seperti kakakmu ya?" Tanya pria itu seraya menyeringai.
Pria itu semakin mendekat dan mengangkat tinggi-tinggi tongkatnya.
-
Aku membuka mataku cepat. Nafasku memburu. Aku rasakan keringatku sangat banyak.
Mimpi buruk itu lagi.Aku memijat kepalaku yang agak pusing gara-gara tadi bangunnya nggak kayak biasanya.
Sebelum aku mendengar suara pintu yang dibuka dengan buru-buru."Myung-ah, ada apa? Kenapa berteriak?" Tanya Seungkwan yang langsung duduk di kasurku.
Kenapa dia kerumahku?
"Aku tidak berteriak."
"Mimpi buruk lagi?" Tanya Seungkwan sambil memegang kedua pipiku. Aku hanya mengangguk pelan.
"Aku takut, Boo. Pria itu terus muncul di mimpiku." Lirihku.
"Jangan takut. Aku disini." Seungkwan selalu bisa menenangkanku.
"Kenapa kau ke rumahku?" Tanyaku penasaran.
"Oh.. Ibuku menyuruhku mengantarkan makanan. Lalu aku mendengarmu berteriak."
Aku hanya ber-oh ria dengan perjelasannya. Mungkin aku berteriak saat tidur.
"Baiklah. Aku pergi dulu ya. Aku ada janji dengan Jiyeon." Pamit Seungkwan yang aku jawab dengan anggukan.
Jiyeon, Kim Jiyeon. Kekasih Seungkwan.
terkadang aku kasihan pada Seungkwan, dia harus membagi waktunya untukku, kekasihnya, keluarga dan pekerjaannya."Oh iya, eomma-mu menyuruh-mu untuk siap-siap. Katanya ada makan malam penting nanti." Kata Seungkwan sebelum menghilang dari balik pintu.
∆∆∆∆
Aku keluar kamar setelah siap-siap. Firasatku buruk dengan makan malam ini.
"Mom, memangnya siapa yang akan datang nanti?" Tanyaku sambil membuka kulkas.
"Teman Dad. Itu mereka sudah datang." Jawab Mom.
"Beliau terlalu bersemangat. Padahal makan malam masih setengah jam lagi." Gumamku.
"Iya dong. Orang mau ketemu menantunya." Kata Mom yang membuatku tersedak susu pisang.
Aku anak tunggal, lebih tepatnya anak angkat. Jadi ... yang dimaksud menantu itu ... aku?
"Mom, maksudnya apa?" Tanyaku dengan wajah cengo(?).
"Kamu nikah minggu besok. Itu calonnya udah dateng."
Sekarang rabu.
Kamis, Jum'at, Sabtu ..."Wwhhaatt?? 4 hari lagi?" Teriakku.
"Ssttt.. jangan teriak-teriak!"
"Mom, jangan bercanda. Mom tau kan aku tidak nyaman berada di dekat pria asing." Protesku.
"Tau. Makanya Mom sama Dad mau kamu nikah."
Dan rasanya aku ingin jadi butiran debu saat itu juga.
Aku mendengar suara-suara itu mendekat, pasti mereka menuju meja makan. Dan benar. Mereka sudah duduk dimeja makan dan masih mengobrol dengan Dad.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] MOON RISE - JEON WONWOO
Short StoryPertama - Aku belajar agar tidak menangis saat tidak disisimu. Kedua - Untuk tidak pernah berjalan seorang diri Ketiga - Meski itu sangat sakit, aku mencoba untuk tidak memanggil namamu, ataupun mencoba mencari dekapan hangat tanganmu.