13 -

2.4K 279 26
                                    


AUTHOR POV

Selama beberapa menit, ruangan itu diselimuti kesunyian dan rasa canggung. Tak ada yang berniat membuka suara meskipun mata mereka saling bertatap.

"Kita pulang sekarang." Ucap Wonwoo pada akhirnya.

Myungeun mengikuti suaminya itu tanpa protes— lebih tepatnya tidak berani. Mereka pamit pada paman dan bibi Ahn yang saat itu berada di ruang tengah. Dengan sedikit adegan dramatis antara Myungeun dan bibi Ahn, setidaknya Wonwoo beruntung tidak ada acara menangis diantara mereka.

"Pak, duluan aja ke mobil. Barang saya ada yang ketinggalan." Kata Myungeun beralasan.

Paman Ahn ingin membicarakan sesuatu pada Myungeun. Tentang pria itu dan rencananya, juga beberapa saran agar Myungeun bisa menjaga diri.

"Aku akan berkunjung lain kali. Selamat malam."

Setelah berpamitan pada mereka, Myungeun segera membuka pagar. Tapi gerakannya berhenti saat ada orang lain yang juga membuka pagar dari arah berlawanan.
Seorang wanita cantik, rambutnya panjang berwarna cokelat tua, matanya indah dan bibir tipisnya yang terlihat manis. Sebuah sosok wanita idaman kaum pria.

'Dia terlihat familiar,' batin Myungeun sambil tersenyum saat tatapan mereka berdua bertemu.

Myungeun berlalu begitu saja setelah tersenyum. Tapi langkahnya berhenti saat—

"Choi Eunri?!"

Pekikan bibi Ahn memanggil nama seseorang.

.
.
.
MYUNGEUN POV

"Choi Eunri?!"

Aku langsung menoleh ke arah datangnya suara. Aku pernah mendengar nama itu. Tapi dimana?

TIINNN...

Oh sialan,
Aku lupa jika pak Wonwoo menungguku.

Aku segera masuk ke mobil pak Wonwoo. Bisa kulihat beliau menampilkan ekspresi dingin, seolah ingin menenggelamkanku karena terlalu banyak membantah.

"Kenapa lama?" Tanya pak Wonwoo.

"Maaf," cicitku.

Dan keadaan kembali hening. Aku memilih menatap jalan raya sambil bersenandung pelan daripada harus berada pada suasana sunyi bersama pak Wonwoo.

"Jadi..."
"Kau tidak ingin menceritakannya?"

Ah.. Cerita masa laluku ya?

"Saya tidak memaksa." Tambahnya.

"Pria dalam mimpiku itu .. dia ayahku." Aku bercerita dengan suara pelan.

Takut jika ada orang lain yang mendengar ceritaku, meskipun hanya ada dua orang di mobil ini. Karena aku tau ada banyak mata suruhan pria itu untuk mengawasiku. Menunggu waktu yang tepat untuk membunuhku.

"Dia sudah datang, dan aku... akan mati."

Pak Wonwoo menghentikan mobilnya saat lampu merah. Beliau menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan. Tatapannya terlalu abstrak.

"Kamu nggak akan mati. Jadi jangan berkata seperti kau tau tentang itu." Protes pak Wonwoo.

Aku sedikit tersanjung saat beliau mengatakan aku tidak akan mati. Apa pak Wonwoo tidak ingin aku pergi?

Hahaha... jangan bermimpi Myungeun.

"Dia menjadi alasan kenapa aku memiliki banyak ketakutan. Tapi dia juga yang membuatku bertahan sampai sekarang."

"Beberapa bulan sejak ibuku pergi, ayah terlihat seperti orang lain. Beliau sering membawa wanita yang berbeda setiap harinya. Kadang juga ia memarahiku tanpa sebab, menamparku, dan paling parah ia sering memukulku dengan tongkat bisbolnya. Aku pikir itu salah satu cara ayahku tidak ingin kehilanganku. Aku tau dia menyayangiku, hanya saja.. pasti sulit mengungkapkannya saat melihatku yang mirip ibu.
Suatu hari, aku berada dititik menyerah dalam hidupku. Perlakuan ayah tak bisa lagi di nalar oleh otakku, dan .. semuanya terjadi begitu saja."

[✔] MOON RISE - JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang