28. Gagal

509 28 0
                                    

Alya yang merasa kalau mobil tujuan Theo kini malah menuju jalan lain mulai memandang Theo tidak suka. Perempuan itu menajamkan matanya memandang Theo.

"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Alya dingin. Tubuhnya mulai bergetar ketakutan.

Theo meliriknya sekilas sambil tertawa. Lelaki itu menambah laju kecepatan mobilnya sampai 90 km. "Tenang aja, Alya. Lo gak akan kenapa-kenapa."

"Tapi ini bukan jalan yang seharusnya! Turunin gue sekarang!" paksa Alya membentak.

Sayangnya Theo masa bodoh dengan hal itu. Ketika Alya mencoba membuka pintu mobil lelaki itu buru-buru menguncinya. Membuat Alya hanya menggigit bibirnya bergetar.

"Theo, turunin gue!"

"Diam!" bentak Theo tak kalah nyaring, membuat Alya hanya membekap mulutnya sendiri ketakutan.

"Please, turunin gue." Alya berbicara mulai dengan isaknya. Dan itu malah membuat Theo tertawa bahagia.

"Kalau lo terus maksa buat turun, Daffa gak akan selamat. Gue pastiin itu!"

"Apa yang lo rencanain sebenarnya? Bukannya lo temen Daffa?"

Theo tertawa semakin besar, "Temen itu gak pantes mendefinisikan gue dan Daffa, gue sama Daffa itu musuh dalam selimut. Daffa aja yang bego, dia pikir gue mau temenan sama dia."

"Penghianat!" bentak Alya.

"Lo gak pantes bilang itu ke gua!" murka Theo memenuhi mobil. Alya terpejam karena mendengar nyaringnya suara Theo. Gadis itu semakin bergetar tubuhnya. Detak jantungnya terus memompa kuat karena ketakutan.

"Karena Daffa, dia udah ngerebut apa yang seharusnya jadi milik gue! Dia pikir dia siapa nembak Atila seenak jidatnya tanpa mikirin perasaan gue, Bangsat!" tutur Theo emosi. Lelaki itu memukul stirnya karena kesal.

Begitu sampai disebuah gedung tua, Theo mengentikan mobilnya. Keluar dari sana dan menarik paksa Alya agar keluar dari mobilnya.

Alya meringis kesakitan. Sebab, cekalan tangan Theo sangat kuat. "Lepas, Theo, sakit. Gue mohon lepasin!"

Sampai mati Alya menjerit pun Theo tidak akan melepaskannya. Begitu semakin memasuki gedung, lampu-lampu penerang di sebuah ruangan itu semakin menunjukkan bahwa ada beberapa orang dengan tawa mereka.

Theo menarik Alya, sampai lada gerombolan laki-laki yang kini terdiam memperhatikan Theo dan Alya. Sampai dimana Theo mendorong tubuh mungil Alya, membuat perempuan itu sedikit bergerak maju. Tepat berada di tengah-tengah para lelaki yang kini memandang Alya penuh seringaian.

"Bagus, Theo! Kita tinggal menunggu pengerannya datang. Kalau dia gak datang hari ini. Gue serahkan sepenuhnya cewek ini sama lo!" ucap Rino dengan tawanya yang diikuti sekitar 7-8 orang anak buahnya.

"Ikat dia."

〽〽〽

Daffa berdecak ketika sudah hampir tiga puluh menit laki-laki itu duduk di teras rumah Atila. Dia sangat membenci yang namanya menunggu. Meskipun sudah disediakan minuman dan cemilan lain diatas meja dihadapannya, tidak membuat Daffa betah berlama-lama disana.

Untuk menghilangkan rasa bosannya Daffa mencoba memainkan ponselnya. Sudah habis semua sosial media ia jelajahi untuk menghilangkan rasa jenuh. Tetapi, tetap saja dia semakin bosan.

Baru ingin berdiri dari duduknya, Atila keluar dari rumahnya sambil menutup pintu.

"Lama banget, sih!" decak Daffa tak tertahan.

Bidadari Tak BersayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang