BAB 13

998 95 0
                                    


Aku begitu mengagumimu, tapi hanya sekedar dalam diamku. Aku tidak cukup berani untuk mengungkapnya dan aku pun cukup tahu diri.

-Narendra Hanum Dinata-

****

"Narendra, bangun! Sudah jam tujuh, kamu kesiangan!" Arunna mengguncang-guncang tubuh Narendra tapi tetap saja Narendra masih asik bergelut dengan tidurnya. Arunna semakin kesal karena Narendra yang tak kunjung bangun juga padahal sudah di tarik rambutnya, di cubit pinggangnya, di pukuli pakai guling, sampai di tarik telinganya tapi Narendra masih setia tidur. "Bangun! Kamu kesiangan pergi kerja tahu!" Arunna berteriak begitu nyaring tepat di depan telinga Narendra. Mungkin teriakan Arunna terdengar sampai sepuluh rumah tetangga karena teriakannya yang begitu nyaring.

Narendra berdecak sebal, dia membelakangi Arunna, memeluk gulingnya erat dan melanjutkan tidurnya. "Kok malah tidur lagi sih? Bangun Narendra, sudah jam tujuh, kamu kesiangan!" Arunna menarik tangan Narendra tapi tetap saja tidur.

"Aku capek banget Arunna kemarin bekerja sampai dua hari, jadi biarkan aku istirahat. Dan kebetulan aku libur dua hari, nanti agak siang saja kita keliling Yogya, sekarang biarkan aku tidur dulu!" Gerutu Narendra yang masih menutup matanya.

Senyum lebar terukir di wajah Arunna, dia senang sekali saat mendengar perkataan Narendra kalau nanti siang akan berkeliling Yogyakarta. Ingin rasanya dia melompat-lompat di kasur, masa bodoh kalau kasurnya jebol yang penting dia meluapkan rasa senangnya, tapi Arunna menahannya. Dia tidak mau mengganggu tidur Narendra, alhasil Arunna hanya menggigit bibir bawahnya.

Matahari sudah hampir naik sempurna ke langit, sinarnya juga semakin menyilaukan mata, tapi Narendra belum bangun juga. Pasti dia merasa lelah sekali. Selama dua hari tidurnya selalu terganggu karena memikirkan pelaku pembunuhan Tina Mardiana, tapi sekarang kasusnya sudah dinyatakan benar-benar selesai. Bahkan Yulia sudah di penjara dengan hukuman selama 20 tahun. Setidaknya Narendra sudah merasa lega karena telah berhasil menangkap pelaku dan membuat Jenderalnya merasa bangga padanya, tidak jadi masalah jika harus mengorbankan rencananya untuk berkeliling Yogyakarta asalkan tanggung jawabnya selesai.

Arunna selalu melihat jam dinding, berkali-kali dia menggerutu kesal. Siang lama sekali datangnya dan Narendra juga masih asyik tidur, dasar kebo. Ya, kira-kira seperti itulah gerutuan yang berhasil lolos dari mulutnya. Rumahnya telah dibersihkan walaupun mulut penuh dengan gerutuan, jam dinding pun telah menunjukkan pukul 11.30. Yang di tunggu-tunggu juga akhirnya bangun, pria itu menuruni satu per satu anak tangga sambil mengucek-ucek matanya sesekali menguap lebar. Lucu sekali tingkah Narendra ketika bangun tidur, ingin rasanya Arunna mencubit pipinya, tapi dia enggan melakukannya.

"Yey, akhirnya kamu bangun juga! Nunggu kamu bangun dari tadi sampai bosan tahu! Sana kamu mandi abis itu kita keliling Yogya deh!" Seru Arunna antusias sambil bertepuk tangan.

"Ya ampun, aku baru saja bangun. Mandi dulu sekalian makan, aku lapar, abis itu baru kita berangkat." Sahut Narendra yang berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan.

Arunna mengerucutkan mulutnya, menggerutu." Nunggu lama-lama dari tadi pagi, tapi dia malah mandi dulu! Dia nggak tau apa kalau sudah nggak sabar!"

Arunna membuatkan Narendra makan siang, cemberut di wajahnya masih dia pertahankan. Tak lama, Narendra sudah rapi dengan pakaian santainya dan terlihat tampak segar, dia duduk di meja makan, siap menyantap makan siang yang Arunna buat. "Itu mulut kenapa monyong-monyong? Muka juga kenapa bete gitu?" Tanya Narendra sambil menyuap makanannya.

Commissar, I Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang