BAB 11

1K 94 0
                                    


Arunna membuka koper miliknya dan Narendra, mereka sudah tiba di Yogyakarta sejak satu jam yang lalu. Arunna kini sedang merapikan pakaiannya, sedangkan Narendra langsung berangkat menuju kantornya untuk melapor kalau dia sudah tiba di Yogyakarta.

Arunna menyibakkan tirai yang berwarna biru mint itu sehingga memberikan akses pada sang surya untuk masuk menerangi kamarnya. Tangan mungilnya mendorong jendela kamar membuat angin berbondong-bondong menggelitik wajah cantiknya. Dia menarik napas dalam-dalam menikmati aroma sejuk yang disuguhkan Yogyakarta padanya. Arunna menyukai kota ini, indah sekali.

Suara mobil memasuki pelataran dan juga klakson yang dibunyikan membuat Arunna tersadar dari lamunannya. Ternyata Narendra sudah kembali dari kantornya. Arunna melirik jam dinding yang ada di kamarnya, pukul 19:10. Arunna menutup jendela beserta tirainya, merapikan pakaiannya dan segera turun untuk menyambut sang suami.

Entah sejak kapan Arunna melamun sendirian menatap keluar jendela. Dia ingat betul sehabis membuka jendela pada siang tadi, dia kembali merapikan pakaian, membereskan rumah dan pukul enam sore dia memasak makan malam. Lalu dia kembali ke kamar berencana untuk menutup jendela kamarnya, tapi pikirannya melayang entah ke mana atau mungkin dia terlalu terpesona dengan pemandangan Yogyakarta di malam hari di tambah lagi anginnya yang sejuk membuat dia melamun di bingkai jendela.

Daun pintu rumah terbuka menampakkan Narendra yang tersenyum, senyum letih. Narendra melangkah masuk di ikuti Arunna di sampingnya. "Mandilah, habis itu pergi ke ruang makan, kita makan malam bersama," ujar Arunna memberikan perintah. Tanpa bantahan, Narendra menurutinya. Dua puluh menit berlalu, Narendra turun dari kamar dengan pakaian kaos dan celana santainya menghampiri Arunna yang sudah duduk menunggu di ruang makan. Arunna menyiapkan malam malam dan mereka makan dalam diam.

Arunna berdeham, menyeka mulutnya dari sisa makanan yang berserakan di area mulutnya. "Hai, namaku Arunna Dwi Renanta!" Ucap Arunna dengan cengiran lebar, Narendra hanya menatapnya bingung.

"Kita langsung nikah tanpa kenal satu sama lain, jadi di kota yang baru ini biarlah menjadi awal yang baru juga bagi kita. Berkenalan!" Jelas Arunna, alis matanya bergerak naik turun.

Narendra mengangguk paham, "Nama saya Narendra Hanum Dinata."

"Ceritakan tentang kehidupanmu, mulai dari makanan, pekerjaan, keluarga atau apa pun tentang kehidupanmu. Dan bisakah menggunakan aku kamu saja seperti kebanyakan suami isteri lainnya?" Tanya Arunna penuh dengan harapan.

"Semua makanan aku suka tapi yang paling suka itu semur ayam, aku tidak suka strawberry karena menurutku bentuknya aneh. Pekerjaanku adalah polisi dengan jabatan sebagai Komisaris Besar, aku tidak memiliki keluarga, mereka semua sudah meninggal sekitar sepuluh tahun lalu," jelas Narendra terdengar lirih pada kalimat terakhir. Arunna merasa tidak enak hati, menyesal telah membahas keluarga Narendra.

"Baiklah, bisakah kamu jangan terlalu sibuk bekerja?" Narendra mengernyitkan dahinya. "Maksudku, bisakah kamu mengajakku berkeliling kota Yogya ini? Lingkungan baru, jadi kupikir butuh pengenalan." Jelas Arunna. Senyum lebar penuh arti tercetak jelas di wajah Narendra, dia menganggukkan kepalanya membuat Arunna bersorak girang.

"Kapan?"

"Lusa ya, biar besok aku minta izin dulu sama Jendral Mario." Arunna mengangguk antusias, dia tidak sabar akan berkeliling kota yang membuatnya selalu terpaku karena keindahannya setiap melihat dari jendela.

***

Hari yang di nanti-nantikan Arunna tiba. Lihat ke langit, matahari tampak tersenyum begitu lebar sehingga membuat dunia terlihat ceria karena terpapar sinarnya yang begitu menyilaukan mata. Sepertinya matahari ikut bahagia melihat Arunna yang begitu semangat dan antusias pagi ini. Setiap malam Arunna tidak tidur dengan nyenyak karena selalu membayangkan betapa serunya mengelilingi kota Yogyakarta bersama dengan Narendra. Berapa hari akan dihabiskan untuk mengelilingi Yogyakarta? Apa cukup puas untuk menikmati keindahan Yogyakarta hanya dalam waktu singkat saja? Seperti apa nanti? Harus bagaimana dan apa yang harus di bawa? Pertanyaan-pertanyaan yang sepertinya tidak penting nan bodoh tiba-tiba muncul dan memenuhi pikiran Arunna sampai dia tidak mendapatkan kenyamanan dalam tidur malamnya.

Commissar, I Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang