BAB 12

1K 99 1
                                    

Day 1

Polisi sedang mencatat dan mengamati bukti yang berada di tempat kejadian. Dengan tiga orang yang di duga sebagai tersangka; Yulia, sekertaris dari korban, Vino, klien dari korban dan Aas adalah pembantu korban. Mereka semua berdiri menampilkan ekspresi sedikit merasa keberatan karena di tahan dan di curigai atas meninggalnya Tina Mardiana.

Narendra dan Arunna tiba di rumah korban, betapa terkejutnya Arunna melihat mantan dan sahabat rekan kerjanya dalam bidang bisnis sedang terkapar di lantai tak bernyawa. Matanya terbuka sayu, sekujur badan dan tubuhnya membiru, bahkan mulutnya terbuka dan kedua tangannya memegangi lehernya seakan memberi tahu kalau dia sangat merasakan sakit teramat sakit. Narendra mengusap lembut punggung Arunna untuk menguatkannya.

Pandangan Narendra tertuju pada tiga barang yang mungkin habis di jamah korban sebelum meninggal, ada secangkir kopi yang sudah di minum setengah, obat mata yang sudah mungkin sedikit di pakai, ada pena dan selembar kertas yang sudah sedikit di coret. Rawut curiga terlihat jelas di wajah Narendra.

"Ini bukan pembunuhan, Komisaris Narendra. Ini adalah bunuh diri, bu Tina meminum sianida yang tercampur di cangkir kopinya,” polisi muda itu melaporkan hasil penyelidikannya.

"Tidak mungkin! Saya sendiri yang membuatkan kopi untuk bu Tina bahkan sebelum beliau minum kopi itu, saya yang mencicipinya di dapur tapi tidak terjadi hal buruk pada saya," sanggah pembantu dari Tina.

"Terkadang pelaku pasti akan menyanggah tidak terima di tuduh, padahal ini baru dugaan sementara saja!" Sindir polisi muda itu dan berhasil membuat Aas menundukkan kepala cemas.

Yulia, sang sekretaris cantik yang bekerja pada Tina mendekati Polisi muda, memberikan sebuah amplop cokelat. Pada saat di buka ternyata isinya adalah sebuah surat. Polisi muda itu mulai membacakan isinya, Narendra mendengarkannya dengan baik. Ternyata isi surat itu adalah pengakuan Tina Mardiana sebelum meninggal dunia.

Tina Mardiana mengatakan kalau dia mendapati suaminya telungkup di lantai dengan lumuran darah di sekujur tubuhnya. Dan tidak sengaja, Tina melihat anak lelakinya bersembunyi di belakang pintu dengan tangan yang menggenggam pisau dan juga darah yang mengalir pada pisau itu. Tina tahu kenapa anaknya bersembunyi, karena dia yang telah membunuh ayahnya. Hari berlalu akhirnya Tin tahu alasan kenapa anaknya membunuh sang ayah, karena dia shock saat tahu ayah mempunyai anak dari perempuan lain. Tiga hari setelah pengakuan Reza, anak sematawayangnya meninggal dunia karena keracunan makanan. Dan selama itu juga Tina berhasil menyembunyikan dari polisi kalau Reza yang telah membunuh sang suami.

Begitulah inti dari isi surat pengakuan Tina yang dibacakan polisi muda bername tag-kan Yusril. Kerutan di dahi Narendra menunjukkan kalau dia sedang memikirkan sesuatu, sedang Arunna semakin terisak saat mengetahui begitu miris takdir hidup sahabatnya itu padahal baginya Tina adalah orang yang sangat baik sekali.

Narendra menjadi bingung, dia mengamati tiga orang yang kini berdiri di hadapannya di duga sebagai tersangka. Narendra mengamatinya satu per satu, semua bukti yang nampak belum menunjukkan titik terang siapa pelakunya. Tina, sianida dan motif pembunuhan. Tiga kata itu berputar-putar dalam otaknya. Tidak pernah dia menyelesaikan sebuah kasus yang serumit ini.

"Ini bukan pembunuhan tapi bunuh diri, 'kan? Jadi kasus ini sudah selesai? Biarkan saya pulang, isteri dan anak saya pasti sudah menunggu saya di rumah!" Seru Vino yang sudah mulai geram sambil melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya.

"Tolong kerja samanya, pak Vino. Saya tahu anda orang sibuk, tapi tolong bantu kami dalam menyelesaikan kasus yang masih abu-abu ini!" Pinta Narendra.

"Saya butuh pernyataan kalian sebelum korban meninggal!" Yusril sudah siap dengan pena dan secarik kertas untuk mencatat pernyataan mereka bertiga.

"Saat itu, saya sedang mengantarkan secangkir kopi karena bu Tina meminta secangkir kopi susu panas." Aas berusaha mengingat apa yang dia alami.

"Saya pergi ke ruangan bu Tina untuk memberikan selembar kertas yang akan beliau tanda tangani," kini Yulia yang memberikan pernyataannya.

"Sedangkan saya pergi ke ruang bu Tina itu untuk membicarakan desain acara bazar perusahaan saya dalam rangka memperingati anniversary perusahaan," jelas Vino. Yusril mencatat semua pernyataan ketiga orang itu, Narendra mendengarkan betul-betul pernyataan yang diberikan ketiga orang itu sambil mendelik wajahnya satu per satu barangkali mendaptkan jawabannya.

"Memilih desain, tanda tangan, dan secangkir kopi yang ternyata berisi sianida. Siapa pelakunya di antara mereka bertiga?" Cicit Narendra pelan, hanya dirinya saja yang mendengar.

"Kita akan lanjutkan penyelidikan besok!" Yusril mengambil keputusan. Ketiga orang yang berstatus tersangka menghela napas lega.

Commissar, I Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang