BAB 19

866 96 1
                                    


Sakiti aku dengan kebenaran, tapi tolong jangan pernah hibur aku dengan kebohongan, walau hanya kebohongan kecil.

-Arunna Dwi Renanta-

****

"Hebat! Hanya dalam waktu empat puluh lima menit saja anda dapat menemukan Arunna!"

*PROK..PROK* suara nyaring seorang bertepuk tangan menyadarkan Narendra dari lamunannya, Adrian dengan seringaian devilnya.

"Sekarang serahkan surat kekuasaan ADR Company pada saya!" Ujarnya tegas sambil menengadah tangannya yang sedikit keriput.

"Tidak akan, sampai kapan pun saya tidak akan pernah menyerahkan surat itu pada siapa pun termasuk kamu!" Narendra berseru, telunjuknya melayang tepat pada wajah senja Adrian.

Rahang Adrian mengeras mendengar seruan Narendra. "Licik anda! Jabatan sudah komisaris bahkan komisaris besar tapi anda masih juga menginginkan ADR Company!"

"Anda juga sama, sudah tua tapi masih saja jahat dan sirik hanya karena kekayaan duniawi!" Ujar Narendra membalikkan perkataan Adrian dan membuat Adrian semakin kesal.

"Anda pilih Arunna atau surat itu? Jika anda pilih Arunna maka serahkan surat itu! Ingat waktu terus berjalan, bom itu akan segera meledak!" Ucap Adrian penuh penekanan.

Narendra tertawa garing, "Semakin anda tua, telinga dan ingatan anda ternyata semakin lemah ya. Saya pilih Arunna, tapi sampai kapan pun surat itu tidak akan saya berikan. Saya akan mempertahankan mereka berdua!" Ujar Narendra penuh penekanan pada kalimat terakhirnya.

Kalimat Narendra semakin membuat Adrian marah karena menurutnya itu adalah penghinaan besar.

Arunna yang terikat, lebih cocok di bilang begantung di atas gedung tua itu sadar dan tanpa sengaja dia mendengar semua yang diucapkan Narendra. Rasa sakit mulai menjalar di hatinya, kecewa sudah pasti, remuk sudah hatinya. Ternyata Narendra tidak sebaik yang dia lihat selama ini, ternyata surat penting itu ada di tangannya dan ternyata ADR Company sangat penting baginya.

"Lepaskan Arunna!"

"Tidak akan saya lepaskan sampai anda menyerahkan surat itu!"

Narendra berdecih, "Brengsek! Dia itu masih menantumu, kau tega menyakiti dia hanya untuk mendapatkan ADR Company! Dasar kejam!"

Adrian mengacungkan jari telunjuknya ke udara dan semua anak buahnya yang berbadan besar dan kekar langsung menyerang Narendra. Mustahil bagi Narendra kalah dalam melawan semua anak buah Adrian, dia memukuli semua anak buah Adrian tanpa ampun. Tidak lama, segerombolan polisi datang meringkus dan membawa semua anak buah Adrian ke mobil patroli. Narendra tidak percaya dengan apa yang dia lihat, bagaimana mungkin anak buahnya bisa datang tepat waktu padahal dia hanya datang seorang diri saja?

"Jangan bingung gitu, pak, ingat polisi yang bertugas di lampu merah yang hampir ingin menilang bapak? Dia memberitahu saya kalau bapak membutuhkan bantuan, jadi kami segera meluncur ke sini untuk membantu bapak!" Jawab Yusril seakan tahu apa yang sedang Narendra pikirkan. Narendra menghela napas lega mendengarnya.

Di tengah-tengah perbincangan mereka, Adrian mengambil kesempatan untuk kabur. Sudah jelas Adrian kalah telak dari Narendra bahkan semua anak buahnya sudah di tangkap dan di bawa ke kantor polisi. Dia tidak ingin masuk kantor polisi seperti anak buahnya, jadi lebih baik dia mengambil langkah seribu untuk meninggalkan bangunan tua itu.

Belum sempat melarikan diri, Narendra langsung melemparkan balok kayu ke arahnya dan tepat mengenai tengkuknya. Pria paruh baya itu langsung terjatuh bahkan dia merasakan pusing di bagian kepalanya, Narendra langsung menghampirinya. Entah setan apa yang merasukinya, dia memukuli Adrian bertubi-tubi tanpa ampun.

Commissar, I Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang