Bab 2

1.7K 120 4
                                    


Dan di sinilah Arunna berada sekarang. Di dalam sebuah kamar yang tak asing baginya. Itu adalah kamar calon suaminya, yang sebentar lagi akan jadi suaminya dan sebentar lagi kamar ini akan menjadi kamarnya juga. Senyuman Arunna senatiasa bertengger di wajahnya yang cantik itu. Sekarang dia berdiri di depan cermin yang begitu besar sekali, cermin itu memantulkan bayangan seorang perempuan yang begitu cantik dan bahagia di balut dengan gaun pengantin putih yang sangat sederhana namun tampak elegant. Rambutnya di kepang manja dan di sanggul, make up yang tidak terlalu tebal mungkin hanya sepoles saja namun membuat wajahnya semakin canik.

Arunna Dwi Renanta, sebentar lagi dia akan menikah dengan Kamal Afif Ramanta, sebentar lagi dia akan menjadi nyonya Ramanta. Arunna sama sekali tidak percaya, rasanya seperti mimpi.

"Aru, ini boneka untukmu," Kamal memberikan boneka beruang kepada Arunna. Arunna menerimanya dengan senang hati. Siapa yang tidak senang diberikan boneka yang lucu dengan warna favorit juga?

"Terima kasih," seru Arunna.

Arunna tak henti-hentinya memperhatikan boneka itu. Tangannya tak pernah lepas dari boneka itu, selalu dia elus dan dia peluk boneka pemberian Kamal itu. Tapi aneh, boneka itu menggenggam sebuah love. Arunna kira love itu adalah bawaan dari bonekanya tapi ternyata bukan. Itu bukan love pada umumnya, itu sebuah kotak yang berbentuk love. Dia buka kotak berbentuk love itu yang ukurannya kecil. Dia terkejut. Isinya adalah cincin dengan permata indah di tengahnya. Dia menoleh, meminta penjelasan Kamal.

"Will you marry me, Aru?" Kamal mengucapkan perasaannya dengan mantap dan hanya dengan satu tarikan napas saja. Arunna hanya diam terpukau menatap Kamal, terkejut pasalnya.

Satu detik.

Dua detik.

Bahkan lima menit berlalu.

Arunna tak kunjung memberikan jawaban. Dia hanya diam menatap Kamal. Sedangkan Kamal merasa was-was takut Arunna menolaknya. Tapi pemikirannya salah, Arunna mengangguk menyetujui permintaan Kamal. Senang bukan main, Kamal langsung memakaikan cincin permata itu di jari manis Arunna dan memeluk wanitanya itu mengucapkan terima kasih.

Rasanya seperti mimpi, masih sulit untuk di percaya kalau sebentar lagi dia menikah dengan pria yang paling dia cintai. Arunna memegang pipinya lembut, memegang gaun pernikahannya. Nyata ternyata, bukan halusinasi belaka. Sebuah tangan mendarat di pundaknya. Dia menoleh mendapati wajah bahagia sang bibi, satu-satunya keluarga yang tersisa hanya bibinya saja, Vema. "Ayo ke bawah, nak, acaranya akan segera di mulai," ucap sang bibi. Arunna menangguk.

"Jangan lama-lama ya, nak, calon suamimu tidak sabar menunggu kedatanganmu," ucap sang bibi dan detik kemudian sang bibi berlenggang pergi dari kamar itu.

Senyum Arunna masih setia bertengger di wajah cantiknya sejak dia berdiri di depan cermin melihat pantulan bayangannya, tapi senyumannya semakin melebar dua kali lipat setelah sang bibi mengucapkan kalimat yang sukses menggoda Arunna.

Setelah merasa siap, Arunna keluar dari kamar rias. Dia berjalan menuju altar menghampiri calon suaminya. Berjalan dengan perlahan dan juga sang bibi berjalan disampingnya, menuntun tangan keponakannya itu. Perlahan dan penuh haru, sang bibi menyerahkan tangan Arunna ke dalam genggaman tangan Kamal, pria yang dicintai keponakannya. Wali pengantin wanita, lengkap. Wali pengantin pria, lengkap. Saksi, saudara serta para kerabat juga sudah lengkap. Pendeta menghampiri pengantin yang berbahagia itu.

"Kamal Afif Ramanta, bersediakah menerima Arunna Dwi Renanta sebagai isterimu? Menafkahinya dan membahagiakannya lahir dan batin?" Tanya pendeta itu. Kamal mengangguk mantap, "Saya bersedia!"

"Arunna Dwi Renanta, bersediakah menerima Kamal Afif Remanta sebagai suamimu dalam suka maupun duka?" Kini sang pendeta bertanya kepada Arunna. Arunna mengangguk mantap.

Commissar, I Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang