9

1.2K 17 0
                                        

[Kamu di masa lalu]

“Perihal kamu; yang pernah singgah di masa lalu.

Aku; yang sudah kembali dengan predikatku—berterimakasih kepada kamu yang telah bersedia untuk menjaganya saat aku pergi—dulu.

Kepada kamu; yang sempat menggantikan aku dan predikatku sebagai wanitanya—terima kasih karena telah bersedia memberikan predikatku kembali.

Kepada kamu; yang sedang rapuh karena dia yang kamu cinta telah pergi—aku paham betul seperti apa dan bagaimana rasanya.

Untuk kamu; yang sedang benci aku karena aku yang merebut predikatmu sebagai wanitanya—aku sungguh minta maaf. Maaf karena nyatanya aku tidak menyesal sedikitpun.

Apapun yang sedang kamu rasakan saat ini,
tolong dengarkan aku sekali ini saja.
Aku ingin berbicara denganmu
dari hati ke hati,
sebagai wanita dan wanita.
Bukan karena aku wanitanya sedangkan kamu masa lalu nya. 
Tentu, aku belum terlalu jahat untuk mengatakan yang sedemikian.

Aku tahu betul ini semua adalah salah dia—lelaki yang aku cintai.
Tapi tolong, jangan salahkan dia lagi. Maafkan dia atas segalanya yang dia lakukan kepadamu saat aku sedang pergi—dulu.

Kepada kamu; temanku yang sempat mencuri predikatku sebagai wanitanya.
Aku mohon, berhenti mengganggu dia yang telah menjadi lelakiku.
Aku mohon, mengertilah bahwa urusanmu dengan dia telah selesai.
Aku mohon, biarkan dia berbahagia dengan aku. Aku mohon dengan sangat.
Tolong bantu aku.

Karena sebenarnya berdoa untuk kebahagiaannya sudah menjadi suatu bukti bahwa kamu mencintainya.
Karena sebenarnya merelakannya untuk bersama yang lainnya juga sudah menjadi suatu bukti bahwa kamu mencintainya.

Teruntuk kamu; wanita cantik yang mempunyai hati—bukankah ini tidak adil untukku?
Kamu sakit hati dan butuh penjelasan—aku mengerti.
Kamu rapuh dan butuh kesendirian—aku mengerti.
Kamu sedih dan butuh untuk dimengerti—aku mengerti.

Tapi mengerti ku itu tak selamanya.
Ia hidup berdasarkan aturannya, kamu tahu?
Aku ini wanita sama sepertimu;
Aku ini punya hati!
Aku ini punya batas untuk mengerti!
Aku juga marah—kamu selalu hubungi dia!
Aku juga sakit hati—kamu selalu ingin bertemu dia!
Aku juga sama!

Sebenarnya aku ini selalu bertanya didalam hati;
Kenapa harus selalu kamu yang ada di hidupku?
Kenapa harus selalu aku yang mengerti kamu?

Aku sungguh muak.

Untuk apa aku mengerti?
Untuk apa aku seperti ini?
Untuk apa sebenarnya semua ini?

Untuk bahagia mu?
Untuk membuat kamu mengerti?

Pertanyaan yang ada didalam hati,
pasti akan selalu meronta agar mendapatkan jawabannya.
Argumentasi yang ada di dalam isi kepala,
pasti akan selalu menjerit agar diberikan penjelasan atas segalanya.

Namun, ada saatnya dalam hidupmu
kamu harus tahu diri.
Tak peduli sekeras apa hati dan pikiranmu itu meronta,
kamu harus diam dan sadar.
Hidupmu bukan lagi tentang dia.
Dan yang perlu kamu lakukan hanya mengerti.
Jawaban dan penjelasan tidak akan ada artinya lagi
nanti jika kamu sudah mengerti,
nanti jika kamu sudah tahu diri.

Maka relakanlah dia bersamaku.
Jangan kamu ganggu lagi.
Jangan kamu tunjukkan bahwa kamu ingin kembali lagi—bersamanya.
Karena kamu akan menyakiti hati perempuannya; aku.”

— 🌵



Tentang Dia yang Ada di BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang