[Peluka Yang Tidak Meluka]
Tatapannya tajam.
Setajam belati yang dapat membunuh begitu kejam.Namun, aku suka.
Senyumnya manis, walau tak tertuju untukku.
Semanis gula-gula yang katanya tak baik untuk tubuh.Namun, aku cinta.
Sapa hangatnya, yang tertuju hanya sebagai teman,
masih sering membuatku linglung tak terbayang.Bodoh memang,
aku menyukainya–sahabatku sendiri.Ceritanya akan pujaan hatinya,
itu benar-benar faktor yang membuatku menganggap dirinya sebagai peluka,Namun,
aku sendiri pula yang meletakkan harapan yang tak seharusnya ada—
sehingga aku yang meluka.Jadi,
disini salah siapa?Sang Peluka yang tak tau-menau akan dalamnya rasa,
atau
Sang Meluka, —aku yang mengharapkan apa-apa yang tak pernah ada?
—1881
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia yang Ada di Bumi
AcakAku masih ingat, bagaimana kamu mengubah sesak menjadi tawa, dan luka perlahan pudar. Bersama akar-akar kebahagiaan, kamu besarkan keceriaan. Tumbuhlah senyum, aku petik setiap hari, dan ia tak pernah habis hanya dengan perlakuanmu yang manis. Saat...