“Untuk kamu ketahui,
akunmu berada di peringkat teratas kolom search, bahkan tanpa perlu kuketik lagi huruf depan namamu. IG story-mu selalu berada di sebelahku mau seberusaha apa pun aku me-refreshnya. Jadi bagaimana bisa aku tak tergoda untuk menyentuhnya? Hanya dari sanalah aku tahu kamu baik-baik saja. Selain itu, aku memang tak berdaya untuk mengabaikan kamu dan story-storymu.
Tapi, jangan cemas, keingintahuanku ini tidak akan mengusikmu. Aku janji. Maka, tetaplah menjalani hidup seperti biasanya. Tak perlu kaukhawatirkan aku; aku cuma masih terbiasa dengan kehadiranmu saja kok–sebentar lagi, akan segera aku hentikan.
Mungkin, langkahku memang lebih lambat darimu, agak lebih sulit dari kamu yang sudah mengayuh jauh melampauiku. Ya, semua orang punya waktu dan cara menyembuhkan dirinya masing-masing kan, begitu juga aku dan kebiasan-kebiasanku ini yang masih selalu ingin tahu kegiatanmu setiap harinya.
Ah, tapi kelak akan terlupa dengan sendirinya kan? Akan berhenti tiba-tiba kan? Nanti, kebiasaan ini akan terganti oleh hal lain juga kan? Pasti kan ya? Kamu saja bisa, harusnya aku juga bisa ya?”
— kunamaibintangitunamamu

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia yang Ada di Bumi
AcakAku masih ingat, bagaimana kamu mengubah sesak menjadi tawa, dan luka perlahan pudar. Bersama akar-akar kebahagiaan, kamu besarkan keceriaan. Tumbuhlah senyum, aku petik setiap hari, dan ia tak pernah habis hanya dengan perlakuanmu yang manis. Saat...