Tujuh

1.8K 214 9
                                    

Wendy duduk termenung dimeja belajarnya. Didepannya tergeletak ponsel yang sudah hancur pada bagian layarnya. Tak ada tanda-tanda kehidupan dari benda kotak tipis itu. Wendy menghela nafasnya berat, kedua tangannya mengusap wajahnya kasar lalu menyisir rambutnya kebelakang. Wendy benar-benar frustasi dibuatnya. Masalah ponsel belum kelar, ditambah perkataan seorang pria yang ia ketahui teman akrab boss-nya Kim namjoon yang barusaja ia kenal memintanya untuk menjadi miliknya.

--flashback--

"Jadilah miliku, Son Wendy"
"M..maksud anda?"
"Aku.. menyukaimu--"
"Oouuhh... maaf, bukannya aku menolak tapi.. kita bahkan baru saja saling kenal. Atau jangan-jangan anda menginginkanku sebagai ganti karena tadi anda sudah menolongku?"
"Tidak tidak.. aku sungguh-sungguh menyukaimu. Aku, jatuh cinta saat kau bernyanyi tadi. Suaramu begitu indah"

Wendy perlahan melepaskan tangannya dari genggaman suga

"Maaf, berikan aku waktu untuk memikirkannya. Saya permisi"

Setelah itu wendy langsung pergi melarikan diri dari cafe. Wajahnya sudah mulai memerah karena malu. Baru pertama kali ini ia ditembak.

--flashback end--

Wendy mendongakkan wajahnya melihat keluar jendela kamarnya. Ia sangat bingung. Pikirannya kalut. Namun hal utama yang ia takuti adalah bagaimana ia menjawab pertanyaan dari ibunya nanti saat beliau tahu keadaan ponselnya yang sudah tak bernyawa lagi bahkan yang lebih buruk adalah kerusakan parah yang terpampang nyata dibagian depan ponsel tersebut.

Baru dibayangkan saja sang pelakor panjang umur. Ibunya datang kekamar wendy tanpa permisi dan langsung masuk begitu saja. Dan itu langsung membuat lamunan wendy pecah dan kalut. Bingung menyembunyikan ponselnya dari hadapan sang ibu. Karna saking bingungnya, yang asalnya ingin menutupi ponselnya dengan buku tapi malah tersenggol oleh buku dan jatuh kelantai lalu menggelinding sampai menyentuh jari jempol kaki ibunya.

Wendy hanya melongo melihat ponselnya saat benda kotak nan remuk itu diambil oleh ibunya. Kini yang ia butuhkan adalah menyiapkan mentalnya. Karna sudah dipastikan sang ibu akan menyemprotnya dengan berbagai macam bahasa serta kata-kata mutiaranya.
Wendy hanya menunduk menatap lantai kamarnya yang terasa sangat dingin ditambah dengan situasi yang sangat mencekam.

"Ini kenapa bisa jadi seperti ini, wendy? Jawab!"
"Eh.. itu.. emm.. itu.. tadi... itu.."
"Jawab yang bener WENDY!!"

Gertakan yang dibuat ibunya berhasil membuat jantung wendy berhenti walau hanya 1 detik.

"Tadijatoh" jawab wendy dengan secepat kilat tanpa jeda.

"APA?? Nggak! Setau ibu hape yg jatoh itu gak sampek remuk kaya gini. Paling pol cuma lecet dipojokan. Wendy! Kamu sudah berani bohong sama ibu ya??"

Wendy mulai mewek. Jika yang memarahinya orang lain, ia tidak akan takut sama sekali. Tapi ini ibunya. Seseorang yang wajib ditakuti setelah tuhan.

"Hiks.. iya.. tadi, wendy jalan terus gak sengaja nabrak orang. Terus ponsel wendy jatoh. Terus orang itu nginjek ponsel wendy.."
"Dia gak mau ganti rugi?"

Wendy hanya menggelengkan kepalanya. Wendy melirik ibunya sejenak. Terlihat raut muka kesal disana.

"Ya udah terserah kamu. Ibu gak bisa beliin yang baru lagi. Sementara gak usah pegang ponsel dulu"

ucap ibu wendy sambil berjalan keluar kamar wendy. Wendy lemes. Ia sangat bingung.
Daripada ia berdiam diri dikamarnya, ia lebih memilih untuk jalan-jalan keluar mencari udara segar. Wendy langsung mengambil mantelnya dan berjalan keluar rumah.
'Berjalan-jalan sebentar menenangkan pikiran'

..

Wendy akhirnya datang pada suatu tempat yang sangat tidak asing baginya. Tempat dimana ia diakui kemampuannya. Tempat dimana ia curcol. Tempat dimana ia menemukan pencerahan. Dan tempat dimana ia menemukan seseorang yang berhati hangat layaknya seorang kakak tetapi wendy menyukainya melebihi perasaan sebatas kakak beradik.

'Beyond Cafe : coffe and beer'

cafe milik seorang produser yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Kim Namjoon.

Langkah wendy yang tadi sempat terhenti lanjut lagi. Tapi, lagi-lagi langkahnya terhenti saat ia tahu seseorang yang barusaja keluar dari cafe tersebut.
Lelaki sama tadi siang. Lelaki yang menyelamatkannya. Lekaki pucat. Lelaki yang berani membuat hati wendy berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
Pria tersebut menoleh kearah wendy yang hanya berdiri bengong melihat kearah seseorang yang berdiri tepat didepan pintu masuk cafe.

"Hai, kita bertemu lagi. Son Wendy"

Wendy hanya melayangkan sebuah senyuman pada seorang laki-laki dihadapannya itu. Berusaha sebaik mungkin menjaga sikap.

"Hai"
"Kau mau kemana?"
"Hanya mencari udara segar"
"Oh..mungkin kau ingin ditemani?"
"Boleh. Kalau kau tidak sibuk"
'Apapun untukmu, Wendy'
"Kebetulan hari ini free"
"Oh gitu"

...

Perjalanan mereka berdua tidaklah semenyenangkan yang Suga bayangkan. Sepanjang perjalanan, Wendy hanya diam seribu bahasa. Sampai pada akhirnya Suga mengajak Wendy kesebuah taman yang lumayan sepi karna hari sudah mulai gelap. Suga menyuruh Wendy untuk duduk disalah satu tempat duduk yang memang sudah disediakan disana. Lalu Suga pergi membeli minuman untuk menghangatkan suasana.

"Ini untukmu"

Suga menyerahkan sebuah minuman kaleng kepada Wendy setelah ia duduk disamping Wendy. Tentu dengan senang hati Wendy menerima pemberian pria tersebut.

"Thanks. Coffe yang terbaik"

tak lupa Wendy melayangkan sebuah senyuman yang biasa ia lakukan kepada seseorang yang telah berbuat baik padanya. Tapi melihat perlakuan kecil tersebut hati Suga mulai menghangat. Rasanya seperti ada ribuan bunga bermekaran didalan dada.

'Sungguh indah'

"Umm.. terima kasih untuk tadi siang"
"Apa?"
"Kau sudah menyelamatkanku dari pria bandit tadi"
"Hh.. sudah kewajibanku nona sebagai seorang pria harus melindungi wanita"
"Haha..gombal"
"Omong-omong kau sudah berapa lama bekerja.. ah tidak, bernyanyi di cafe namjoon?"
"Ahh di beyond cafe? Umm.. sejak, kira-kira 7 bulan yang lalu."
"Wow.. sudah lama juga ya"

Keheningan kembali menyapa mereka. Hingga memakan beberapa menit. Bahkan coffe ditangan mereka masing sudah terasa ringan.

"Umm.. kalau boleh tahu, kau bekerja dimana?"
"Aku seorang produser lagu. Aku tidak ingin terkait pada suatu agensi yang membuatku menjadi repot"
"Waahh.. produser? Sudah berapa lagu yang kau buat?"
"Hh... aku sudah bekerja menjadi produser selama 6-7 tahun. Dan setiap satu lagu aku kerjakan kira-kira... satu hari. Kau bisa hitung berapa lagu yang aku buat."
"Kalau begitu aku perkirakan ada.. banyak lagu. Aku terlalu malas untuk berhitung"

"Oh ya, ngomong-ngomong soal produser. Ada salah satu produser yang mana saat dia setiap membuat lagu selalu bagus. Aku sangat menyukainya. Aku belum pernah tahu orangnya. Aku juga belum sempat mencari tahunya diinternet. Hanya saja setiap ia mengeluarkan lagu baru untuk artis lain. Aku selalu mendengarkannya. Ahh.. dia sangat berbakat."
"Begitukah?"
"Tentu.. kau tahu siapa dia?"

Seakan tak peduli suga kembali meneguk coffenya untuk yang terakhir kali.

"Dia.. Agust D"

Uhuk!!!

Dan muncratlah semua coffe yang berasa didalam mulut suga.

PRODUCER✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang