Page 8

2.9K 90 1
                                    

Kalau kemarin Resky yang datang terlambat, hari ini giliran Angga lah yang mengalami kejadian hal itu. Tak seperti biasanya di hari-hari sebelumnya, kali ini nampak hanya beberapa siswa saja sekitar 4 orang yang senasib dengan ketelodoran waktu Angga. Dan hukuman yang diberikan kepada merekapun berbeda dengan kebiasaan sekolah harapan bangsa. Melihat suasana halaman sekolah masih terlihat rapi dan bersih, maka sekarang Angga dengan yang lainnya berada di ruang dewan guru, mendapat tugas untuk membersihkan seluruh pelosok tempat perkumpulan orang-orang yang memberikan ilmu pengetahuan terhadap siswa-siswinya.

Bukannya membantu siswa lain, Angga hanya berdiri cuek sambil bersidekap kedua tangannya, bersandar di dinding ruangan itu mengamati siswa-siswa disekitarnya yang menjalankan tugas hukumannya, entah lah itu adik kelas atau seangkatannya, tetapi kalau dilihat wajah-wajahnya sih semua adik kelas Angga.

Satu diantara 3 siswa pria itu merasa kesal dengan tingkah Angga yang terlalu santai, akhirnya ia pun mencoba menegur Angga.
"Kak,, ko hanya diam sih!! Bantu Bersihin juga kali!!" Kata siswa itu dengan alisnya yang menyatu memperhatikan Angga.
Teman dari siswa itu juga ikut menyarankan Angga.

"Tuh di sana ada sapu kak, dekat samping pintu,, kakak ambil baru kita bersihin sama-sama, biar cepat kelar kerjanya kak.."
Angga sangat tidak suka dengan orang yang memerintah dirinya, apalagi ia hanya seorang adik kelas membuat emosinya berdelir deras dalam tubuhnya.

"Lo siapa berani suruh-suruh gue!! Kalau mau kerja ya kerja aja, jangan urus-urus gue.."
Angga menggertakkan rahangnya yang kekar, mungkin suara gesekan giginya akan terdengar. Seketika nyali siswa yang tidak senang dengan Angga itu langsung ciut melihat ekspresi Angga yang tegas menantang.

"Maaf kak.. kita bukannya mau memerintah kakak.. tapi ini gak adil loh.. masa kita ngejalanin hukum sementara kakak tidak"
Ucap siswa itu berusaha tenang agar tidak membuat Angga tersinggung.
Angga mendengarnya hanya mendengus pelan, dan muka datarnya itu tidak pernah luluh untuk dilihat.

Ia mengeluarkan dompetnya dari saku celana sekolahnya lalu membuka benda tersebut yang didalamnya terdapat banyak uang lembar berwarna merah tersusun rapi mengikuti bidang persegi dalam dompet milik Angga. Mata ketiga siswa itu hampir saja keluar dari tempatnya akibat kaget melihat uang sebanyak itu, dan serentak mereka menatap Angga dengan penuh tanda tanya.

"Maaf gue gak bisa bantu kalian dengan pekerjaan gembel seperti ini, jadi supaya adil nih...
lo ambil uang 200 ribu bagi bertiga, dan nanti kalau ada guru yang masuk kesini bilang gue ke toilet karena tiba-tiba sakit perut ok??" Kata Angga dengan lagat mahalnya tidak ingin terlihat rendah di mata orang.

Tawaran uang sebanyak itu, pasti tidak di sia-siakan oleh ketiga siswa tersebut karena bola mata hijau mereka tidak tahan menantikan uang itu. Nanti di sogok hilang deh kekesalan mereka, memang yah hidup zaman sekarang.. semua butuh duit, gak ada yang gratis.

Setelah memberikan uang, Angga beranjak dari ruang guru berniat kabur, soalnya bisa di bilang ia orang yang paling malas untuk disuruh membersihkan. Kamarnya saja yang berantakkan, masih di perbaiki dan dibereskan oleh Ibunya atau pembantu rumah tangga yang bekerja di rumahnya, ketika ia habis bangun pagi.

Tas yang terselempang oleh kedua bahu Angga, ia berjalan menuju Kantin tak berencana untuk masuk belajar dalam kelas, sebab ia sudah yakin guru mapel yang mengajar jam pertama segini, pasti tidak akan memberikan izinnya masuk buat belajar. Sekali-kali ia melirik ke lapangan melihat bagaimana aktivitas guru dan siswanya yang melaksanakan proses belajar-mengajar di bidang praktek olahraga. Perjalanannya terhenti ketika visual pandangannya terpusat pada satu orang siswi yang saat itu sedang beraba-aba dengan siswi lain, beradu lomba lari yang paling cepat sampai ke tempat finish menunggu bunyi sumpritan oleh seorang guru Penjaskesnya. Angga penasaran seberapa jauh kah hatinya ingin memperhatikan siswi itu yang selama ini ia tidak pernah mengalami penasaran tersebut.

Cowok Arogant Juga Bisa Luluh!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang