Page 26

1.6K 58 0
                                    

"Buggghh..."
Bunyi bangku cukup keras akibat tendangan yang dihentakkan oleh ujung sepatu kaki Angga. Badan Resky terangkat kaget, memejamkan matanya semakin erat ketika bangku yang digunakan sebagai penghalangnya untuk bersembunyi harus tersingkir. Tanpa membuka netra, Resky yakin Angga melihat jelas keadaannya sekarang yang sedang duduk berjongkok sambil menunduk takut.

Angga ikut berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Resky, lalu memandangnya tajam.
"Gue mohon, jangan pernah berpikir untuk menjauh dari gue"
Kalimat permohonan di lontarkan Angga.

"gue gak suka lo giniin gue"
Angga memegang lembut bahu Resky, berharap Resky menatapnya. Namun Resky menghindar secara halus tangan Angga dari bahunya.
"Ak..aku ta..takut kaka marah lagi sama aku"
Resky memutarkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tak ingin menuruti permintaan Angga untuk menatapnya.

"gue minta maaf Res, yang kemarin itu bukan karena gue benci dengan kata-kata lo, tapi karena gue larut emosi, perkataan kasar gue sama lo gak bisa gua kendalikan"
Angga menjelaskan alasan, agar Resky tidak salah mengartikan sikapnya 4 hari yang lalu.
"Res.. lihat gue dong, gue gak marah kok sama lo"

"Beneran kaka gak marah sama aku?"
Tanya Resky, masih memejamkan matanya belum siap memandang Angga.
"Gak,, gue gak marah sama lo, seharusnya lo yang berhak marah sama gue"
Ucap Angga pelan.

Hembusan nafas helaan keluar dari hidung Resky. Perasaan gugupnya yang sejak tadi ia tahan akhirnya ia lepaskan dengan legah, dan baru berani membuka matanya. Selain kecewa, sebagian besar alasan mengapa Ia menghindari Angga karena ia takut Angga datang kesini akan memarahinya lagi akibat tingkahnya yang melarikan diri membuat Angga tersinggung.

Angga berdiri, mengulurkan tangannya ke Resky untuk ikut menyamai posisinya. Resky memandang tangan itu dengan diam kemudian mengalihkan matanya mengarah ke Angga yang sedang menunggunya.
"Kalau lo ambil uluran tangan gue berarti lo mau memaafkan gue, tapi kalau tidak, lo belum bisa menggerakan hati buat maafin gue"

Penjelasan yang telah di ungkapkan Angga, kini Resky merasakan ketakutannya sedikit demi sedikit telah berkurang. Resky perlu akui, Angga sangat pintar membolak-balikan perasaannya. Beberapa hari telah terjalani kemarahan Angga berhasil mencekam mentalnya dan sekarang ketika permintaan maafnya yang terasa tulus dengan mudahnya juga tekanan yang di rasakan Resky luntur sudah. Ia ingin marah, tapi ia tidak bisa apalagi orang itu adalah Angga. Resky tidak paham mengapa ia bisa seluluh ini dengan Angga.

Sempat Angga tersenyum miris, tidak ada respon dari tangan Resky. ia mengangkat tangannya sendiri sambil menatapnya nanar, tetapi Resky dengan cepat meletakkan kelima jari lentiknya di atas telapak tangan Angga. Hati yang teriris pun tertunda, Angga akan mengira Resky tidak mau memaafkannya.

Kedua sudut bibir Angga tertarik sempurna, Resky membalas uluran tangannya. Ia menarik tangan Resky dengan pelan, membantunya berdiri.
"Kata kaka aku punya hak untuk marah??"
Perlahan Resky melepaskan pelukan tangan itu dari Angga.

"Ya, lo bebas marah sama gue, asal yang penting lo maafin gue"
Ungkap Angga.
"Aku maafin kaka"
Dengan mudahnya Resky memberi lapang maaf untuk Angga.

"Tapi dalam hati aku marah, kaka tau?? Saat kaka menyuruh aku pergi, disitu aku merasa kaka tidak ingin menemuiku lagi. Padahal aku berharap kita bisa menjadi teman yang baik, dalam keadaan senang dan susah aku akan bersedia di samping kaka untuk sebagai penyemangat"
Angga tertegun mendengar pengungkapan isi hati Resky yang jujur. Ia menyesali begitu mengetahui pendapat Resky mengenai sikap yang tidak terkendalinya. Angga sungguh buta dengan nilai positif yang di curahkan Resky untuknya.

Cowok Arogant Juga Bisa Luluh!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang