Edisi Revisi.
"Pokoknya saya tidak mau tahu, ini harus jadi pelanggaran kamu yang terakhir!!"
Kalimat penuh penekanan itu meluncur mulus dari bibir seorang pria yang usianya lebih dari setengah abad ber-name tag Dedi kepada seorang gadis di hadapannya.
Pria itu kembali duduk setelah puas menceramahi seorang siswi yang masih betah menunduk memperhatikan rok abu-abu miliknya.
"Apakah kamu mengerti Veronica?" tanya pria itu.
Gadis bernama Veronica itu mendongak, menatap pria dengan kumis tebal dan rambut yang mulai memutih menandakan usianya tak muda lagi. Veronica memandang sosok didepannya yang tak lain kepala sekolahnya selama beberapa saat dan mengangguk samar lalu kembali menunduk.
Pria itu menghela nafas lelah melihat anggukan samar Veronica. Menceramahi Veronica sama saja seperti bicara dengan anak berusia tiga tahun yang melakukan kesalahan dan setelah diceramahi ia akan tertunduk menyesal dan setelah itu mengulangi kesalahan yang sama.
"Veronica, belum genap satu tahun kamu sekolah disini tapi pelanggaran yang kamu buat sudah melebihi siswa yang sudah tiga tahun bersekolah disini. Walaupun kamu beberapa kali mengharumkan nama sekolah dengan prestasi di bidang musik dan olahraga, tapi maaf jika kamu membuat pelanggaran sekali lagi, kami terpaksa mengeluarkanmu!" Ucap pak kepala sekolah.
Sebenarnya, ia lelah jika harus menceramahi siswi dihadapannya ini jika bukan karena Bu Lena selaku guru Bimbingan Konseling yang terus mengadu padanya mengenai kenakalan Veronica yang sudah diluar batas wajar.
"Baiklah, kembali ke kelasmu dan ingat perkataan saya tadi. Ini surat peringatan yang kedua dan saya harap orang tuamu benar-benar datang kemari." ucap pak kepala sekolah akhirnya karena melihat Veronica yang sejak memasuki ruangannya tak mengucapkan sepatah katapun.
Veronica bangkit dari duduknya, memakai kembali topi baseball berwarna hitamnya, menyalami Pak Dedi lalu keluar dari ruangan itu.
Lorong menuju kelasnya tampak ramai karna jam istirahat yang hanya tersisa beberapa menit lagi. Gadis itu terus melangkah tanpa meghiraukan berbagai tatapan merendahkan yang terarah padanya juga cibiran mulut usil yang tak pernah bercermin pada dirinya sendiri.
Begitu sampai di pintu kelas, Veronica disambut oleh satu-satunya siswa yang menatapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang, satu-satunya orang yang menghampirinya ketika seluruh dunia meninggalkannya. Lelaki itu menyambutnya dengan senyuman di pintu kelas. Veronica membalas senyumnya dan berlalu menuju mejanya yang berada di sudut ruangan.
"Gimana?" tanya lelaki berambut cepak dengan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya begitu mereka duduk di meja Veronica. Dengan tangan yang masih sibuk memasukan buku-buku kedalam tasnya gadis itu menjawab.
"Skors!" Gadis itu hanya menjawabnya dengan satu kata. lelaki bernama Randy itu mengangguk dan menarik tangan Veronica ketika ia menggantungkan sebelah tali tasnya di bahu dan beranjak pergi.
"Mau kemana?" Tanya Randy ikut berdiri. Veronica memandangnya sebentar dan menghempaskan lengannya dan cekalannya pun terlepas.
"Balik" jawabnya kembali lalu berjalan keluar kelas dan menghilang di balik pintu. Randy hanya memandang punggung Veronica yang menjauh tanpa berniat menahannya lagi. Ia mengerti Veronica membutuhkan waktu sendiri dan jika ia sudah merasa tenang, Veronica akan bercerita dengan sendirinya.
***
Bel tanda pulang sekolah menggema di seantero sekolah. Para siswa pun buru-buru membereskan peralatan belajarnya dan memasukannya kedalam tas punggung masing-masing dan berlalu keluar dari kelas untuk bergabung dengan siswa lain di lorong menuju pintu gerbang sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Troublemaker ✅
Novela Juvenil[REVISI SETELAH TAMAT] "Gue gak bisa buka hati gue, karena kuncinya masih ada di Sammy" ~Veronica Diandra Rhuisell "Gue akan masuk ke hati lo dan menetap disana sekalipun gue harus mendobraknya dari luar" ~Fabian Zevano ~20-03-18