Yaelah. Cuma diread doang. Duh gimana niii. Sumpah malu banget.... Mana besok rapat rohis lagii...
''Syifa, kamu kenapa, nak? Kok nggak dimakan? Nanti keburu dingin,loh..'' Teguran halus mama Syifa mengalihkan pandangan gregetnya dari monitor ponsel yang selalu ia dekap ke mana-mana-hari ini. Apalagi kalau bukan menunggu balasan dari Rasya?
''E-Enggakk,ma.. Ini nunggu balesan dari temen. Soalnya, besok tugas udah harus di kumpul,'' Syifa berbohong.
''Ma, Syifa balik ke kamar dulu aja,ya. Makanannya nanti Syifa habisin,''
''Lohh, kenapa?Habisin dululah. Nggak baik loh menyisakan makanan,''
''Syifa nggak nyisain ma, cuma dilanjutin nanti, ya.. Udah kenyang nih,'' Syifa menatap dengan tampang melas kearah mamanya, mengharap belas kasihan. Yang ditatap melotot lebar-lebar. Demi melihat muka Syifa yang sudah pias kebelet masuk kamar, akhirnya mama Syifa menatap pasrah ke arah anaknya.
''Yaudadeh, mama habisin. Nanti kamu ambil yang baru aja, nggak baik soalnya kalau makanan didiemin lama-lama,''
''Tengkyuuu mamakuu sayangggggg... Mweheeheee.....'' langsung lari kesetanan ke kamar.
🍃🍃
Krieeeekkkk... Splasshhhhhhh....
Dengan kasar Syifa membuka daun pintu. Lari kesetanan, sejurus mengeluarkan loncatan katak ke ranjang springbed empuk, menimpuk kepalanya dengan bantal. Gaya macam apa? Bersujud di atas ranjang dengan kedua tangan menutup kepala dengan bantal.Di bawah bantal krem, Syifa memejamkan mata sekuat-kuatnya.
GILA...BODOOOHHHH....BODOOHHHH....BODOHHHHHHHHH. Teriaknya dalam batin sambil memukul-mukulkan kedua tangannya yang mengepal ke matras.
''Mau-maunya gue di suruh dare begituan ke kakel, rohis pula. Kenapa gue nggak pikir panjang,sihh??'' Syifa ngedumel, masih dengan kepala di bawah bantal.
''Gimana nanti kalau anak-anak rohis yang lain tahu? Bisa rusak imej gueee......''
''Mana cuma di read doang,lagi.. Anjayyy..... Arghhh.... Bodobodobodoooooooooo.....''
''Mauu ditarohh di mana muka guee...!!''
''ARRGGHHHHHHHH......'' Syifa berteriak dalam bekapan bantal yang selalu terkontaminasi ilernya.
Syifa melempar bantalnya ke langit-langit atap, mendarat lagi tepat di wajah manyunnya. Sialan lo,tal! Dengan mengumpulkan semangat jiwa dan raga, ditatapnya layar ponsel.
Unclock. Duhh, datanya hidupin nggak ya? Hidupin nggak ya? Ntar kalau dihidupin, ketahuan lagi kalau Kak Rasya nggak bales. Kan poteqq💔
Oke, gue harus berani. Satu, dua...Tiga. Hidup.
Satu persatu pesan what's app masuk. Hand phone Syifa terus berdering, bergetar.
Syifa menutup matanya kuat-kuat. Perlahan ia membuka mata kanannya, mengintip takut-takut layar ponsel. Seppppp... Kedua matanya sempurna terbuka.
''Tuhhhh kannn beneerr!!Huwaaaa dikacangiin Kak Rasyaaaa......'' Syifa berteriak histeris. Lompat dari spring bad, lantas berguling-guling di lantai, meraung-seperti raungan werewolf.
''MAU DITAROH DI MANA MUKA GUEEE??''
.
.
.
''Syifa? Ngapain kamu glundang-glundung di lantai? Teriak-teriak juga lagi. Udah malem loh,nak,''Deg! Mampus, lo, Syif!
''Mam, kok masuk nggak bilang-bilang Syifa,sih?'' Syifa segera bangkit dari ngesot-glundang-glundungnya, memasang muka bete, karena mamanya masuk kamarnya nylonong gitu aja.
''Loh, emangnya mau masuk kamar anak sendiri harus izin,ya?'' Mama Syifa tersenyum simpul, menyandarkan bahunya di tiang pintu.
''Hehehe, bercanda,ma. Kebawa emosi teater tadi,'' Zap! Lagi-lagi berdusta.
''Owalah, latihan teater? Yaudah, tidur sana. Dah malem,loh.'' Mama Syifa membalikkan badan dan segera beranjak. Sementara Syifa, membekap mulutnya sendiri yang ingin kembali teriak-teriak histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibal Qalbi (Rohis Version)
SpiritualBerawal dari korban TOD. Syifa mendapat giliran 'dare' untuk menembak Kak Rasya-Ketua Rohis Departemen Dakwah yang anti-pati sama pacaran. Lebih parahnya lagi. Harus diterima. Tantangan yang gila, dan mendapat reaksi gila dari rekan-rekan rohisnya. ...