Talak

1.2K 64 9
                                    

Dalam kesunyian yang mendekap malam, Ratna-Ibu Syifa mendekap dirinya sendiri dengan kedua tangannya. Dingin menusuk sampai ke tulang - tulang. Rahang-rahangnya menggigil. Matanya sayu berkantung. Di depan rumahnya ia menunggu. 30 menit, 45 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam. Hingga jam mengarahkan jarumnya di angka 2 dan 12. Tepat pukul 12 malam ia mendengar klakson mobil memanggil. Ia yang sedari tadi terkantuk-kantuk menjadi sumringah. Seketika rasa kantuk, jenuh dan letihnya hilang. Sontak ia bangkit dari kursi duduk yang berada di depan rumah. Rasa dinginnya tak dihiraukan.

Pengemudi mobil tersebut turun dan cepat - cepat menghampiri Ratna. Betapa bahagianya ia saat itu. Bagaimana tidak? Sudah 4bulan lebih ia tak bertemu dengan suaminya yang mengajar di Universitas Al-Azhar, Kairo. Suaminya kembali ke Indonesia saat semesteran dan hari-hari besar saja.

Ratna yang taksabar dengan bahagianya, langsung lari begitu saja menyambut Adhi dan memeluknya erat-erat. Ratna sangat merindukan pelukan hangat Adhi. Namun, Adhi takmembalas pelukan Ratna-justru mendorongnya hingga terduduk di lantai halaman. Saat itu Ratna benar-benar seperti tersambat petir.

"Mas... Kamu kenapa?" lirihnya yang masih ternganga dengan sikap Adhi.
Tidak ada jawaban.

Sejenak, Adhi menghempaskan tubuhnya di sofa panjang ruang tamu. Ia menelungkupkan kedua tangannya di wajah. Ratna yang masih tak mengerti berusaha mempertanyakan kepada Adhi.

"Ada apa, mas?"

Adhi membuang muka. Berdiri angkuh dan buru-buru mengatakan sepatah kata,

"Aku talak kamu!"

Kata-kata itu mengalir begitu saja. Tanpa aba-aba. Tanpa komando. Tanpa angin. Tanpa hujan. Ratna masih ternganga. Mengapa secara drastis menjadi seperti begitu? Pulang dari Kairo membawa oleh-oleh petir jutaan volt bagi Ratna.

Ratna tidak menangis. Juga tidak tertawa. Ia mematung. Sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Akankah dibalik kata 'talak' Adhi sedang menyembunyikan sesuatu untuk Ratna? Semacam surprize. Tidak! Ratna tahu bahwa Adhi bukan orang yang buta akan agama. Ia tidak akan bermain-main dengannya. Lalu, mengapa Adhi juga menalak Ratna? Bukankah dia dosen yang faham betul dengan Islam? Entahlah, Ratna masih belum menunjukkan respon apa pun.

Dia termangu. Tetap termangu. Masih termangu. Entah, apa yang membuatnya mematung. Berjam-jam mata nanarnya menatap kosong.

Habibal Qalbi (Rohis Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang