Syifa(Dia Datang)

2.1K 176 57
                                    

''Mmm.. Kak, sebenarnya kemarin aku mau nembak kakak karena dapet dare dari temenku, dan wajib diterima sama kakak. Mm, maaf nih kak, bukan maksudku menjadikan kakak cuma sebagai mainan bocah doang, cuma.. Mm.. Susah dijelasin,kak, dan aku nggak beneran nembak atau ngajakin kakak ta'aruf kok. Tapi, aku bingung banget, kak. Jadi gitu kak. Menurut pendapat Kak Rasya gimana?'' Syifa menatap lantai putih depan ruang osis. Jantung Syifa berdetak secara normal. Kenapa tidak seperti jantung Rasya yang berdetak absurd? Karena Syifa belum mengenal perasaannya sendiri terhadap Rasya. Masih xoxo.

''Eh, anu.. Mmm... Gimana?'' Kayaknya Kak Rasya nggak denger deh, nyebelin.

🍃🍃

Jam istirahat berdering. Semua siswa memiliki satu pemikiran, satu tujuan dan satu incaran, kantin. Hampir seluruh penghuni X IPS 2 bergerak dan bergegas menyabet uang saku, lantas berjalan cepat- takut kehabisan ayam geprek- menuju kantin. Kecuali Syifa. Hari ini dia membawa bekal. 6 murid lain pun tinggal di kelas, sibuk dengan aktifitas memanjakan lidah masing-masing.

''Syif, boleh duduk sini nggak?'' Nefa bertanya lirih. Bertanya saat dia sendiri sudah duduk di samping Syifa. Syifa membalas dengan anggukan dan tersenyum ramah.

''Nef, nanti ada rapat rohis,ya?'' Nefa mengangguk dengan tatapan terfokuskan pada ati ayam.

''Kok nggak ada surat pemberitahuan,sih?''

''Emang kita anggota baru? Kitakan udah nggak baru lagi. Masa iya pakai surat terus? Kemarin kata Kak Rasya....(terhenti sejenak membicarakan rapat, tiba-tiba Nefa teringat sesuatu. Nefa menatap Syifa dengan senyum dan tatapan jahil)

Hayoo... Udah jadian sama Kak Rasya,ya.. Ciee.. Hem.. PJ nya mana nih buat gue?''

Uhukkkkkk.. Hukk.. Hukk.. Syifa tersedak. Seperti ada sesuatu yang menyumpal di kerongkongannya dan enggan keluar. Mata Syifa melotot ke arah Nefa.

"Lo hampir membunuh gue. Tega lo," canda Syifa pura-pura dramastis.

"Lebay,ah. Iya 'kan? Bener 'kan? Tuh 'kan? Lo beneran jadian?" Nefa memasang muka memelas.

"Gila lo.. Kapan gue mendeklarasikan kalau gue jadian sama tuh rohis?

Sumpah, dare-nya bikin gue jengkel setengah idup. Gara-gara tuh dare, gue merasa harga diri gue turun di mata Kak Rasya. Masa iya, gue-cewek- rohis pula, nembak cowok-ketua departemen dakwah pula-. Semalem gue gabisa tidur, mikirin hal-hal yang bikin eneg Kak Rasya. Arghh...''

Nefa melotot, menelan kunyahan bekal.''Lo bicara nggak ada titik koma. Kasih jeda dikit, kek. Biar gue bisa mencerna makanan ini. Eh, mencerna omongan lo. Hahaha...''

''Oh My.. Jadi gue ngomong panjang lebar gini, lo nggak faham? Masuk telinga kanan, bablas telinga kiri? Oh my what!!'' Syifa menepok jidat.

15 menit berlalu. Istirahat telah berakhir.

''Anak-anak, silakan kumpulkan semua buku yang berbau Kimia. Hari ini quis,'' Bu Jean, guru ter-killer yang bikin ngiler karena metode pengajarannya yang dikenal dengan gaya 'ini-itu-gini'

'Yahh bu.. Kok dadakan'
'Bu, belum belajar'
'Kasih waktu 10 menit lagi bu, buat belajar..'

Syifa belum belajar. Syifa tidak begitu faham dengan beberapa mata pelajaran, karena seringnya Syifa skip mata pelajaran untuk beberapa pertemuan. Pertemuan jam Kimia lalu, Syifa tidak hadir karena mengikuti lomba MTQ cabang MHQ. Memang ia tidak mendapat hasil memuaskan, namun ia bangga karena bisa mewakili sekolahnya untuk bersaing di ajang yang lebih tinggi.

tok..tok..tok..

Seseorang di balik pintu sedang mengetuk pintu, meminta izin untuk masuk. Bu Jean melangkah keluar, berbincang-bincang sejenak dengan seseorang di balik pintu, lalu mengizinkan seseorang tersebut masuk kelas.

''Syifa, minta waktunya sebentar,'' Orang tersebut menyapu sekitar, mencari Syifa.

Seketika seluruh siswa di kelas tersebut menatap satu titik, Syifa. Sela lima detik, siswi - siswi saling tatap, sibuk membicarakan seseorang yang mencari Syifa. Oh, my.. Kak Rasya?

''Iya, kak?'' Syifa beranjak dari kursinya dan menghampiri Kak Rasya.

'Kyaaaaa.... Kak Rasya senyum.'
'Sumpah, jantung gue mau meledak, anjir manis banget kalau senyum,'
'Argh, gue butuh obat diabetes,'
'Kyaa.. Calon imam gue,'
'Kak Rasya, manisnya..unch..unch..'
'Kak Rasya jarang senyum, eh senyum sekali aja udah bisa hipnotis aku..'

Cewek- cewek di kelas berbisik, tersenyum lebar dengan tatapan mata terfokuskan kepada Rasya.

''Makasih, kak,'' Syifa terlihat kalem dan santai, jantungnya pun berdetak secara normal. Tidak terlalu cepat, kencang bahkan sampai terdengar. Saat itu, Syifa tidak benar-benar memiliki perasaan kepada Rasya. Siapa sangka, Rasya yang terlihat dingin tentang cinta, justru menaruh harapan yang besar kepada Syifa.

Rasya meninggalkan kelas. Syifa kembali ke tempat duduk. Teman perempuannya asyik ngedumel.

'Syif, gue iri. Masa ya dia senyum ke lo?'
'Iya, padahal Kak Rasya kan jarang senyum sama perempuan. Cuma nunduk terus,'
'Hooh.. Hayulu,Syif. Jangan-jangan suka lo beneran'
'Gila! Kalau gitu lu jahat ya,Syif. Jadiin Kak Rasya mainan TOD,'
'Bdw, lo tadi dikasih kertas apa?'
'Eh, iya apa,Syif?'
'Cieee.. Dikasih apa?'

"HARAP TENANG!" Seketika suara hening. Mulut-mulut kepo mendadak tersumpal. Jantung berdebar-debar. Tulang rusuk terasa hampir rempal(retak), karena suara Bu Jean yang gempar, cetar, menggelegar bagai halilintar.

Semua murid kembali fokus pada lembar kuiz masing-masing.

.

Habibal Qalbi (Rohis Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang