Balas Dendam

1.9K 127 12
                                    

Dunia ini memang tidak pernah lepas dari kata suka dan tidak suka. Sekeras apa pun dirimu berbuat baik kepada sesama, pasti ada di antara mereka yang berfikir buruk kepadamu.
-Author
_______________

Syifa merasa tersudutkan atas todongan kakak kelas kepadanya. Ia merasa takut, geram dan marah. All in one. Semua rasa berbaur menjadi satu, marah. Tapi apa yang bisa ia perbuat? Syifa hanya sebatas upil yang tidak tahu apa-apa di hadapan senior-nya itu. Jujur, jika senior tersebut adik kelas, sudah ia gaprak jauh-jauh hari. Syifa memiliki satu pilihan, menjauh dari kakak kelas dan meledeknya dari kejauhan.

"Wleekkkk!!"
Syifa berlari menggandeng Nefa. Arah tujuannya; toilet di dekat mushala. Jaraknya pun lumayan jauh dari ruang kelas mereka.

"Syif, kenapa sih lo halangin gue kasih tau ke mereka kalau semua ini cuma game?" Nefa memanyunkan bibirnya dan melipat kedua tangannya.

"Gue, uhm. Iya juga,ya? Tapi gue. Duh bingung jelasinnya!" Syifa salah tingkah.

"Jangan bilang kalau lo emang ngarep beneran di accept sama Kak Rasya?" Nefa menyipitkan matanya.

"Apa lo bilang? Gue, ngarep Kak Rasya? Nggak salah denger? Dia terlalu sempurna buat gue,"

"Apaan?! Tolakan nggak bermerk! Dah gih, buruan pipis sana!"

🍃🍃

"Fanya, gue beneran nggak habis pikir deh!" Rinai berseru pelan. Mereka berjalan beriringan melewati beberapa ruangan kelas. Tatapan Rinai tak beralih dari lantai. Hanya menunduk kosong.

"Nggak habis pikir gimana Rin? Wait..Wait.. Jangan bilang lo masih mikirin tuh bocah kecebong?!"

Tidak ada jawaban. Rinai memandang lurus ke bawah. Di bawah sana, ia berhalusinasi tentang bayangan masa lalunya yang segera ia usir jauh-jauh. Kosong. Tatapan gadis itu terkadang kosong. Matanya acapkali terlihat sendu, menyiratkan beberapa makna yang haus akan perhatian yang takkunjung dirangkulnya. Hanya saja tingkahnya yang bikin greget dan petakilan yang terkadang membuat muak siapa saja yang berada di dekatnya atau seseorang yang diganggunya. Jauh di dalam sana, terselip satu jati diri lain yang tidak mereka kenal; rinai yang se-sendu suasana saat jatuh rinai hujan.

Tidak! Dia tidak akan melepaskan apa yang seharusnya ia dapatkan, 'lagi'.

"Emang beneran,nih! Lo baru mikirin tuh kecebong!" Merasa tak digubris, Fanya menepuk lirih bahu Rinai,"Oe! Jangan melamun,dong!"

"Sialan,lo! Mau gue pecat jadi sahabat?"

"Dih, apaan sih! Harusnya lo berterimakasih karena gue tabok! Untung lo nggak jadi kesambet!"

"Eh, tuh cewek rohis 'kan? Fan, gue punya rencana!"

"Apa? Tapi jangan kelewat ngakat ya!"

"Woles aja! Gini-gini gue masih punya hati! Udah lo ikut gue aja ke kelasnya Rafa!"

"Ngapain?"

"Udah!Ikut aja!" Rina berseru ambisius dan menarik pergelangan tangan Fanya.

XI MIPA 4

Fanya dan Rina berdiri tepat di batas pintu keluar dan masuk kelas XI MIPA 4. Suasana yang mencengkram. Seharusnya kelas yang paling mencengkram adalah kelas unggulan. Tapi, MIPA 4 punya cerita lain. Di mana penghuninya terkenal dengan ke-dinginannya.

“Ya? Mau cari siapa?” salah satu siswa berteriak dari dalam.

“Rafa nya ada?” Rinai gugup menimpali cowok yang sedang duduk dengan enjoynya bermain game mobile legend.

“Fa, cariin duo cewek tuh!” Cowok itu berteriak kalem dengan pandangan tetap terfokuskan pada layar monitor. Sementara di dalam sana, siswi-siswi sedang sibuk dengan tugas yang diberikan guru mata pelajaran, jam kosong.

Selang beberapa detik, Rafa sudah berdiri di hadapan mereka.

“Boleh ngomong nggak?”

“Ya, ngomong aja. Nggak usah izin,” Rafa menjawab enteng dengan wajah temboknya.

Important nggak? Kalau iya, mending jangan di sini, yah! Banyak kuping keledai,”

'Apa lo bilang! Telinga sexy begini di bilang telinga keledai!' tiba-tiba mincul teriakan nyaring dari dalam.

“Nah, kan! Belum apa-apa, tuh telinga udah nguping. Yuk ke taman!”

“Jangan! Keburu masuk! Gapapa di sini aja. Gapapa ada yang denger. Biar pada tahu.” Fanya berseru keras.

“Jangan kenceng-kenceng dong, Fan!” Rinai menyikut.

“Maaf Rafa, nggak bisa lama-lama. Cuma mau ngadu doang! Salah satu anggota rohis cewek, ada yang diam-diam ngajakin Rasya Pacaran. Parah banget kan? Awalnya sih, aku juga nggak percaya, tapi mau gimana lagi? Semuanya fakta.”

“Gila.. Parah banget, padahal di rohis nggak boleh pacaran. Berani banget sih, tuh adek kelas! Emangnya siapa namanya?”

“Syifa!”

Habibal Qalbi (Rohis Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang