Hilang Harga Diri

2K 170 55
                                    

"Temen-temen, ada yang lihat hpku nggak?" Rasya berseru di depan kelas dengan ekspresi yang biasa-biasa saja dan tidak terlihat panik sama sekali.

"Lah, emang tadi lo taruh mana Sya?" tanya Ferry.

"Yaelah Fer, mana Rasya tahu. Kalau dia tahu, pastinya dia gabakalan tanya ke kita-kita!" Fena menimpali.

"Ya siapa tau aja Rasya lupa! Tapi dari tadi gue juga nggak lihat lo main hp Sya," Ferry menghampiri Rasya yang masih berdiri di depan papan tulis.

"Coba deh, inget-inget lo tadi ke mana, ngapain aja, sama siapa, ada urusan apa, jam berapa?" Cindy yang sedang duduk sambil makan siomay juga terlihat berfikir keras.

"Aelah, Cin. Kenapa lo nggak jadian aja sama Rasya? Perhatian lo plus-plus. Wkwkwkwkwk! Sedetail itu pula." Fajar mulai menggoda Cindy. Mereka memang seperti kucing dan tikus, jarang akur. Akur sekali saja sudah membuat penghuni kelas 11 IPA 5 sujud syukur, karena ketenangan dan kedamaian terjaga.

"Diem lo! Gaada kerjaan selain ganggu gue, ya? Sempit banget sih hidup lo!" Cindy melotot.

"Iya,nih. Kayaknya gue ditakdirin jadi manusia untuk membuat hidup lo ga tenang dan selalu menguji adrenalin lo. Hahaha!"

"Apa lo! Jangan-jangan selama ini lo memendam perasaan ke gue, dan lo pengen gue perhatiin dengan cara lo ngganggu gue? Dih, murahan!"

"Woe, mbak, punya mirror nggak,sih?"

"DIAMMMM! Sehari aja lo berdua tenang bisa nggak,sih?" Salma yang baru masuk berseru keras. Semua pandangan tertoleh kepadanya.

"Nih, hp lo, Sya" Salma mengulurkan hp Rasya.

"Busyet, lo nguntetin HP nya Rasya, ya? Parah!" Fajar tersenyum jahil.

"Apa lo kutu beruang! Nuduh gaada fakta! Gue tadi nemuin tuh hp di gazebo depan perpus. Untung aja nggak ilang dan untung seribu untung gue yang nemuin. Gue tadi sempet ngecek dalemnya, soalnya gue gatau hp siapa. Untung nggak di password. Gue cek foto, isinya wefie semua sama foto-foto tentang islam, akhirnya gue cek whats app. Hehe, sorry, ya. Dan gue seketika tercengang waktu baca chat adek kelas yang nembak lo. Kalau nggak salah Syifa anak kelas X IPS 2. Dari situ gue tahu kalau tuh hp adalah milik lo, Sya." Salma menjelaskan panjang lebar. Seketika mata-mata saling tatap. Hening.

"Apa? Adek kelas nembak Rasya? Gila! Berani-beraninya,"
"Ho'oh, padahal kalau nggak salah, tuh cewek rohis juga kan?"
"Sumpah bor, gue mau ngakak tapi prihatin juga. Mana mungkin diterima,"
"Tuh cewek kok kaya gapunya harga diri,ya. Masa nembak cowok duluan?"
"Dia juga merusak nama rohis? Ya nggak?"

Bla...
Bla...
Bla...

Berita tersebut tanpa dikomando, begitu cepat menyebar.

🍃🍃

Jam istirahat telah berakhir. Meski demikian, beberapa siswa masih terlihat duduk bersantai sambil menikmati hidangan yang telah dipesannya di kantin. Bahkan beberapa siswa terlihat berdatangan sekadar membeli minum ataupun mengganjal perut mereka. Mereka akan kembali ke kelas jika salah satu teman mereka telah memberitahu jika guru telah masuk.

Syifa sudah sedari tadi memasuki kelas.

“Nef, anter gue ke ka-em,yuk.” ajak Syifa kepada Fena yang sekarang menjadi teman sebangkunya. Nefa pun mengangguk.

“Di toilet bawah aja, yang deket kelas,ya!” “Oke,”

Terlihat 2 siswa sedang mengantre di toilet. Dilihat dari postur tubuh, dasi dan gaya bicara, sepertinya mereka adalah senior Syifa. Saat Syifa mendekat, mereka menatap Syifa secara bergantian. Satu lainnya yang memakai jilbab paris di sibakkan ke samping, memincingkan sebelah matanya.

“Eh, lo Syifa,kan?” Salah satu dari mereka bertanya, di susul anggukan temannya yang menatap sinis.

Syifa hanya mengangguk sopan dan tersenyum ramah. Syifa menatap lantai kamar mandi yang terlihat sedikit basah. Ia merasakan atmosfer di ruangan ini mulai memanas dan tidak kondusif.

“Emang bener, lo yang nekat nembak Rasya?” Kakak kelas itu menghujam Syifa dengan pertanyaan yang memojokkannya secara tersirat.

Syifa menatap sekilas dua kakak kelas di hadapannya, lalu menunduk dalam-dalam. Ia tidak tahu jawaban apa yang akan diberikannya.

“Eh, kalau ditanya tuh, ya di jawab dong!” Kakak kelas Syifa yang sedang menyandarkan tubuhnya dengan dua tangan bersedekap itu menyentak Syifa. Seketika Syifa pun tersentak.

“Tau tuh, bisu kali,ya?”
“By the way, lo punya nyali dari mana? Berani-beraninya lo ngajakin pacaran Rasya? Udah berasa paling cantik,ya?” Kakak Kelas Syifa yang satunya-memakai gelang cokelat, dengan mata belolo, bibir tipis dan tahi lalat di sudut mata kirinya- itu mulai geram.

Syifa tetap menunduk. Nefa terlihat mulai mengepalkan tangan. Akhir-akhir ini Nefa merasa geram dengan gosip yang menyelubungi sekolah tentang Syifa, padahal itu cuma dare. Kenapa pada melebih-lebihkan,sih?! Karena mulai merasa terdesak dan merasa kasihan kepada Syifa yang tak kunjung angkat bicara, akhirnya ia memberanikan diri untuk berbicara,

“Kak, kayaknya cuma salah paham m,deh. Soalnya itu-”
“Soalnya itu nggak ada hubungannya sama kakak-kakak di sini,” Syifa buru-buru memotong kalimat rumpang Nefa. Syifa menyenggol pelan Nefa dengan sikunya.

“Apa, bilang sekali lagi!”
“Nih adek kelas ngelonjang banget, sih! Jelas ada hubungannya dong sama kita! Lo tahu nggak, gue lebih dulu datang di kehidupannya Rasya tinimbang lo! Tau apa lo soal Rasya! B**gs*t!” Kakak kelas Syifa yang memakai gelang cokelat itu hendak mencakar wajah Syifa.

“Kak, maaf ya,kak. Saya tidak mau cari ribut. Permisi.” Syifa menarik lengan Nefa dan beranjak pergi dari ruangan toilet.

“Bocah sialan! Awas aja lo sampai berani ganggu Rasya! Gue bakalan bikin perhitungan!”

“Wleeekk! Bikin aja, gue gatakut. Dahhhh!!” Syifa yang jaraknya sudah jauh dari kakak kelas itu berteriak balik, tertawa jahil lalu lari terpontal-pontal.

Sedangkan di toilet.

“Gila, nyalinya emang gedhe, Rin.” Namnya Fanya. Kelas XI MIPA 2. Perawakan tinggi, kulit putih, bersih, langsat. Non-muslim. Rambut sebahu, dicat pirang, K-Popers.

“Awas aja! Gue bakal bikin perhitungan karena udah berani nyolot sama gue, dan udah ganggu Rasya gue!” Namanya Rinai. Tahi lalat di mata kiri, lebih pendek dari Fanya, kulit kuning langsat, wajah ke arab-araban. Kelas XI MIPA 2.

“Haruslah! Dia pikir dia siapa? Sok-sokan nunduk pas di deket kita, eh waktu udah jauhan malah ngeledek balik kita! Gue juga merasa gedeg sama tuh bocah!”
-

--

Assalamu'alaikum :) Terimakasih yang sudah tulus membaca dan votement di work aku yang masih acak-acakan ini :) ikuti dan baca terus ya. Oh ya, cerita ini nantinya ada 2 genre, yang ini genre remaja dan satunya genre dewasa yang sudah berumah tangga:) Semuanya didasarkan buah cinta dan ketaqwaan kepada Allah SWT. :)

Salam manis author untuk readers😂

Habibal Qalbi (Rohis Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang