Chapter 7

71 41 6
                                    

(Aurel Pov)

Hari ini cuaca begitu cerah, sudah 30 menit waktu luang yang aku nikmati setiap detiknya.

Satu cup coffee latte menemaniku sedari tadi dengan atap langit sore hari menyertai.

"Abis." gumamku saat sadar coffee latte yang kuminum sudah tak berisi

"Nih." ucap Randi menyodorkan satu cup coffee latte berukuran jumbo kedepan wajahku

"Asah!! terimakasih." balasku, tanpa basa-basi aku hanya meneguk kembali coffee latte hangat ini

"Deadline mu hanya 2 hari lagi, kau harus memutuskannya."

Ucapan Randi ini tiba-tiba menghentikan aliran coffee latte dalam tenggorokanku.

"Hmm, aku akan pulang ke Bandung besok." jawabku seraya melumat ampas latte yang berada di bibirku

"Maksudmu?!" Sontak Randi mengejutkanku

"Ashh! Bikin kaget aja! Aku akan minta izin mereka." ketusku seraya mengusap-ngusap dada

"Ahhh, dikira aku apa! baguslah. semangat! Pasti mereka akan mengizinkannya." timbal Randi

Mungkin saja iya, mungkin saja tidak. Jika melihat situasi seperti ini, aku tidak ingin pergi ke negara manapun.

•••
Hari ini aku benar-benar menginjakkan kaki di kota kelahiranku.

Sudah 2 tahun, aku meninggalkan semua kenangan dan mengejar impianku sebagai seorang jurnalis.

"Ibuuu!!" Teriakku menyeru setelah keluar dari mobil

"Anakku!" Tangannya kini terbuka lebar menyambutku dengan pelukan hangatnya

Aku rasa, aku tidak akan pernah tega meninggalkan kedua orangtuaku dan adikku satu-satunya disini.

"Masuklah." sahut ayahku setelah memelukku erat

"Baiklah." seruku ceria

"Bagaimana kerjaanmu di Jakarta?" Tanya ibuku dengan mengelus-elus rambutku

"Begitu begini." ucapku konyol

Kedua orangtuaku mendengarnya hanya dapat tertawa lepas.

Begitulah, ketika aku sedang berkumpul dengan keluargaku.

Walaupun aku anak pertama, aku tetap seperti anak kecil dihadapan mereka. Sudah lama aku tidak bersama mereka.

"Istirahatlah." ucap ibuku menunjukkan kamar kecilku

Kamar dimana seorang Fangirl dibesarkan, dan tak pernah berubah sedikitpun.

Poster-poster dan beberapa foto idol yang terpampang sangat jelas didinding.

Tak ada perubahan sedikitpun dari kamar ini setelah begitu lamanya aku tinggalkan.

"Kak sinilah!" seru ayahku memanggil dari ruang tengah

"Ouahhh." ucapku kagum Melihat beberapa piala penghargaanku selama 2 tahun menjadi reporter dan pergi bertugas keluar negeri.

Berbagai penghargaan aku raih setelah melewati pekerjaan yang cukup berat sebenarnya.

"Ibu, ayah.." ucapku gugup menghampiri keduanya

"Iya sayang?" Jawab kedua orangtuaku kompak

"Aku akan dipindah tugaskan." Debaran jantungku kuat, bukan karena cinta. Tapi karena rasa takut untuk mengatakannya.

"Kemana Ka?" Tanya ibuku terlihat membendung air matanya

"Negeri ginseng." isakku mengeluarkan air mata disela-sela pembicaraan

"Pergilah, anggap saja ini liburanmu seperti saat kau pergi ke ausi dan yang lainnya. Walaupun ini sangat berat, tapi kau pasti tau kami akan selalu mendukungmu." jawab ayahku tegas

"Kami sudah mengetahui semuanya nak." Tambah ibuku kini tak dapat lagi membendung air matanya

"Ibuuuu....... ayahhh...... aku akan kembali dengan selamat!!" sontakku memeluk kedua tubuh rentan mereka

Aku benar-benar bersalah harus datang membawa berita menyedihkan ini.

Aku tau betapa beratnya mereka melepasku, namun tanggung jawabku dan resiko yang harus aku lakukan dalam pekerjaanku.

Bulan dan bintang yang menerangi gelapnya langit malam, kini mulai menurunkan butiran-butiran air hujannya.

Seakan ikut merasakan kesedihan seperti yang sedang aku rasakan hari ini.
--
*Dering alarm*.

"Berisik!" Ketusku meraba-raba pinggiran kasur berusaha meraih alarm yang membangunkanku

"Jam berapa sihh?" Dengusku menguap

HAH JAM 9!!

"Shit gimana kalo ketinggalan pesawat!" Sontakku menjerit

"Ibu, kenapa tidak dibangunkan?" Teriakku kalut

Saat itu hanya terdengar seseorang tengah tertawa dari lantai bawah.

Tak lain itu adalah tawa dari adikku, Rangga.

Sialan!

Aku langsung melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Bergegas mencari baju, dan memasukkan semua perlengkapan kebutuhanku kedalam koper besar.

"Nyengir!" Ucapku seraya menepuk kepala belakang Rangga setelah turun kelantai bawah

"Sakit!" Teriak adikku ini

"Mana ayah ibu?" Tanyaku, meraih beberapa lembar roti dan dibalut dengan selai kacang diatasnya

"Ayah nyuci mobil kaka, ibu dipasar." jawabnya

"Sudah berapa lama ibu dipasar?"

"2 jam yang lalu." timbal adikku

"Kopermu besar sekali?" tanya adikku

Aku rasa ia belum mengetahui kepergianku untuk 5 tahun ke depan.

"Hmmm, Aku akan mengirimmu uang sekolah dan uang sakumu!" jelasku "jangan meminta pada mereka!"

"Hmmm, lagian aku magang!" Desisnya

"Baguslah!" Cicitku lalu beranjak dari kursi meja makan menyeret koper besarku keteras rumah

Aku akan benar-benar merindukan lingkungan rumahku.

Tbc.

HEART✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang