Empat Puluh - Ending.

19.5K 468 6
                                    

Anna tak bisa tenang sedari dua hari yang lalu. Dia selalu merasa bayi yang ada di kandungannya menendang dengan keras, dan hal itu membuat perutnya sakit, seolah dia sudah berontak ingin meminta sang ibu buat mengeluarkannya dari dalam perutnya.

"Al.. Al..." suara Anna terbata, dia tak bisa memanggil Aldi dengan suara yang biasanya dia gunakan. Kini suara Anna tercekat, karena rasa sakit yang ada di perutnya.

Tangan Anna meraba tombol yang ada di atas kepalanya di samping colokan lampu, dia meraba, tombol merah itu lalu memencetnya dengan dua kali.

Anna masih mengusap perutnya, mencoba menghentikan apa yang sedang anaknya perbuat.

Tak butuh dari lima menit, sudah ada dua orang perawat dengan dokter Shinta yang masuk di kedalam kamar inap Anna. "Ada apa, Ann??" dokter Shinta terlihat khawatir dengan kondisi Anna. "Apa ada yang sakit?"

"P-perutku.. Perutku sakit, Shinta.." ujar Anna terbata.

"Masih kurang seminggu lagi kau akan melahirkan Ann.." ujar Shinta sambil mengeluarkan Stetoskop yang ada di jubah kedokterannya. "Suster Alya, tolong bangunkan Pak Aldi." perintah Shinta sambil melanjutkan kegiatannya memeriksa keadaan bayi Anna dan juga kondisi Anna.

Aldi yang di bangunkan oleh suster, langsung terlonjak kaget, dan segera menghampiri Istrinya yang masih mengerang kesakitan. "Ann.. Bertahanlah..." ujarnya sambil menggenggam jemari Anna dengan sangat kencang, tapi, tak terasa sama sekali, karena yang Anna rasakan hanya rasa sakit yang luar biasa yang di ciptakan oleh buah hatinya.

"Dok, air ketubannya pecah dok.." ujar Suster yang bernama Alya tadi. "Kita harus membawanya ke ruang bersalin, Dok.." imbuhnya lagi, dan kini di angguki oleh Dokter Shinta.

"Siapkan semuanya, dan panggil beberapa perawat laki laki untuk memindahkan Anna ke Banker." perintah Shinta yang langsung di angguki oleh kedua suster yang ada di sampingnya.

"Kau harus kuat, Ann.. Kau harus berjuang demi bayi kita.." ujar Aldi yang tanpa sadar sudah meneteskan air matanya.

Anna hanya menanggapi semua itu dengan anggukan. Ingin rasanya Anna tersenyum, dan berlagak tak merasakan sakit sama sekali agar menenangkan hati Aldi, suaminya. Tapi, dia tak bisa. Rasa sakit yang dia derita sangat amat, hingga dia tanpa sadar telah mencengkram erat tangan Aldi dengan kukunya, hingga meninggalkan sedikit banyak luka goresan di sekitar tangan Aldi.

****

Kini Anna sudah berada di ruang bersalin, dan Aldi sudah ditemani oleh Vio dan Putra, yang tak lain adalah teman Aldi. Walau Aldi masih menganggap Putra masih menyukai Anna, tapi dia tak mempermasalahkan Putra berada di sini, menemaninya menunggui sang istri.

"Al, bagaimana kondisi Anna?" tanya Mytha yang langsung berdiri di samping tunangannya.

"Dia masih ada di dalam,," ujar Aldi sambil mengecek waktu di jam tangannya. "Sial, ini sudah dua jam.." imbuh Aldi sambil duduk di kursi tunggu lalu mengacak rambutnya frustasi.

Semenit Aldi duduk di kursi tunggu, kedua orang tua Anna dan orang tuanya sudah memasuki lorong ruang bersalin dan menemukan Aldi yang sedang mencengkram erat rambutnya pertanda jika dia sangat frustasi.

"Aldi.." ujar sang Mama yang kini sudah menghampiri Aldi dengan sang Ayah. "Bagaimana kondisi Anna?" suara lantang itu datang dari Ayah Anna yang langsung memotong kalimat Mama Aldi.

"Dia masih berada di dalam, Om.."

Kedua orang tua Aldi dan Anna menghembuskan nafas beratnya, terutama Ibu dari Anna yang sedari tadi mengeluarkan air matanya.

[Complete] Sad Weddingg Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang